Empatpuluhtujuh

12.9K 1.6K 48
                                    

Perempuan itu termenung. Setelah Mama menjelaskan panjang lebar mengenai kelulusan Megan. Clara melamun memikirkan bagaimana cerita Mama mengenai putra bungsunya. Dia menghela nafas beberapa kali dan menghapus air matanya. Tidak menyangka Megan bisa sesabar itu menghadapi kekalutannya dan juga selalu berusaha bersikap tenang.

Akhirnya selama seminggu ini, Clara pelan-pelan membiasakan diri untuk berada di dekat Megan. Walaupun dia ketakutan setengah mati. Setiap malam Clara akan berusaha untuk mengintip dari balik biliknya melihat bagaimana Megan bersenandung buat putri mereka.

Melihat Megan berbicara kepada Mikaila tentang dirinya membuat perempuan itu menangis. Pernah satu malam dia mendapati Megan sedang menepuki punggung Mikaila sambil berkeliling melihat foto dipajangan rumahnya.

"Kaila... Ini Bunda. Ini nenek, ini kakek, ini Papa Carlos..."

"Kaila sabar ya. Bunda suka kangen sama kembaran kamu..."

Clara menahan nafasnya

"Ayah juga kangen..."

"Kaila jangan nangis kalo sama Bunda. Kasihan Bunda. Jangan suka bikin Bunda nangis..."

"Bunda gak marah sama kita. Makanya kamu senyum dong kalo deket Bunda ya..."

Clara menyerah.

...

"Mama mau kemana?" Tanya Clara ketika ibu mertuanya selesai berpesan kepada Bi Tris untuk membantu Clara kalau nanti cucunya terbangun dan menangis

Mama yang sudah berpakaian rapi kemudian menghampiri menantunya, "Hm... Gak ada yang cerita sama kamu hari ini ada apa?"

Perempuan itu terdiam kemudian. Tidak mengerti maksud pembicaraan ibu mertuanya.

Mama menghela nafas akhirnya dan menyentuh puncak kepala Clara lalu membelainya. Kemudian mengajak perempuan itu untuk duduk dan barulah dia mulai bicara. "Hari ini Megan wisudaan di sekolah"

Clara menelan ludah kemudian memundurkan tubuhnya. Bersandar pada kursinya dan kemudian menunduk.

Mama melihat Clara mulai memainkan jari jemarinya dan mengambil tangan Clara lalu menggenggamnya dengan pelan. "Kamu..."

"Clara keterlaluan ya, Ma?"

Mama membulatkan matanya. Mengerjap beberapa kali kemudian mencoba memahami maksud menantunya. "Maksudnya?"

"Clara keterlaluan..."

Perempuan itu mengerti. Dia mencoba menari cara menjelaskan dengan kalimat lain yang tidak menyinggung menantunya ini. Bagaimanapun, kehilangan seorang anak dengan posisi baru melahirkan dan tanpa dampingan ibu kandungnya pasti berat untuk Clara. Perempuan itu sampai terenyuh beberapa kali mencoba memahami keadaan mereka.

"Clara takut sama Megan?"

Menantunya termenung sekarang. Ibu mertuanya bertanya begitu saja mengenai hal yang Clara tidak pernah sampaikan kepada siapapun dan sekarang dia harus menjawabnya.

Mama melihat Clara mengangguk dengan ragu. Dia hanya bisa menghela nafas kemudian, "Kamu takut sama Megan karena kamu takut Megan marah atau kecewa sama kamu, Clara?"

RHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang