Eri datang. Lengkap dengan oleh-oleh kain khas Bali yang katanya hadiah tujuh bulanan Clara yang walaupun tidak dilakukan syukuran apapun itu. Beberapa baju daster yang Clara idam-idamkan dan sandal. Juga beberapa pernak-pernik bayi lucu yang membuat Clara terharu memandang sahabatnya.
"Ah~ kok lucu, sih?"
"Bok, gue sama Eri kasi ini jadi kado, ya? Nanti kalo lahir kita kasih lagi. Kalo udah tau kelaminnya jangan lupa bilang"
Eri menganggukkan kepalanya, "Nih ada beberapa dari anak-anak tu. Katanya salam buat elo. Di suruh foto nantik masukkan ke chat..."
"Ah~ kan. Gue jadi gak enak" Clara memanyunkan bibirnya
"Ayok kita ngemall. Kangen thai tea di tempet langganan..." Eri bangkit dari duduknya kemudian membantu Clara berdiri
Rencananya, memang weekend ini Eri datang dan akan jalan-jalan ke Mall untuk melepaskan penat dan juga membantu Clara mencari tempat kursus hamil. Eri bersama Uta yang datang ke rumah Clara dan meminta ijin kepada Carlos untuk membawa ibu hamil itu.
Carlos sih tidak menjawab. Tapi Eri dan Uta mengambil kesimpulan iya atas kediaman Carlos. Masa bodoh dengan suami Clara yang masih sekolah itu.
Jadinya, ketika mereka akhirnya keluar. Clara sudah dengan totalitas berdandan dan memastikan kalau sneakersnya cukup nyaman untuk dipakai.
Mereka mengitari salah satu Mall yang cukup ramai dan akhirnya beristirahat di cafe yang cukup sepi.
"Ah, gila. Capek juga ternyata muter-muter bentar" kata Clara kemudian menyeruput coklat grandenya dan mengipasi diri
Uta menggelengkan kepala, "Gilak. Lo yang bunting aja capek ya? Apalagi gue yang gak bunting"
"Terbalik, bodoh. Yang bener itu, elo aja yang gak bunting capek apalagi doi" Eri menggelengkan kepalanya, "Ra, jadinya gak nendang-nendang?"
Clara menggelengkan kepalanya. "Lagi bobo, makanya gue ngantuk juga"
"Lah? Tapi seneng aja lo dibawa jalan-jalan" komentar Eri sekali lagi dan mengaduk thai teanya dengan kasar, "Gak pernah keluar, bu?"
Perempuan yang tengah mengandung itu mengedikkan bahunya beberapa kali, "Enggak. Gak tau mau ajak siapa. Uta kan kerja. Jatah cuti dia kasian kalo bolos sama gue"
"Duh. Lo kayak ama siapa aja. Terus gimana? Kecapekan? Ke dokter deh..."
Clara menggelengkan kepalanya, dia mendesah pelan dan kemudian menjawab Uta setelah sebelumnya menyeruput minumnya, "Gak. Kemaren kata dokter, gue udah disuruh jalan-jalan sama senam hamil"
"Padahal lo muterin warung sama nyiapin catering tu dah termasuk olahraga, lho. Yakin eh mau nambah senam hamil?" Tanya Eri
"Hm..."
Uta mengangkat wajahnya setelah sibuk dengan minuman miliknya, "Ra, jangan deh. Katanya abis masuk rumah sakit juga kan pendarahan"
"Sumpah?!" Eri menjerit dan membuat semua perhatian tertumpu pada mereka. Tidak peduli dengan pandangan orang-orang, Eri melanjutkan aksi menudingnya kepada Clara, "Eh ndak usah lo sok-sok merepotkan diri. Lo istirahat aja harusnya di rumah. Leha-leha kayak bos"
Clara dan Uta sudah melotot kepada perempuan itu. Terlebih Clara yang kemudian menggelengkan kepalanya dan berkata, "Ih, mau dapet duit dari mana juga kalo leha-leha terus"
"Halah. Semoga aja anak elo ndak keras kepala kayak lo, Ra. Capek kasih tau lo yang batu ini"
Clara mencebik, "Ih, anak gue. Gak batu kok, enak aja. Cantik-cantik atau ganteng-ganteng juga nanti. Ih. Ngeselin banget sih, lo"
KAMU SEDANG MEMBACA
RH
ChickLitThankyou yang sudah membuat RH sampai di peringkat 30 di chicklit. We're nothing without you. Cerita ini didedikasikan untuk followers saya. Maaf sebelumnya, terimakasih. Mabuk di kelab malam enggak bakalan bikin lo h...