Menyadari ada yang aneh dengan sikap Megan kepada Clara yang lebih sabar, Carlos memutuskan untuk diam di rumahnya sore itu. Satu minggu ini, Megan rutin mondar-mandir datang kalau Clara mengidam saja. Alasannya karena cowok itu sibuk ujian. Dan alasan lain karena Clara kadang-kadang bisa marah besar kepada Megan yang berujung mereka mengadu mulut secara tajam, tapi berakhir kepada Megan yang akan datang dengan sukarela melakukan hal yang diinginkan Clara.
Dia penasaran. Mungkin Megan juga mengalami fase emosional yang sama dengan ibu hamil karena itu adalah anaknya. Dan ada dua anak di sana. Kemudian salah satu anak itu pasti daddy's treasure banget dan salah satunya mommy's treasure karena senang mengerjai Megan. Walaupun hanya terlihat sesekali karena lebih banyak ngidam si daddy's treasure.
Misalnya seperti hari ini, yang ngidam adalah si daddy's treasure karena Clara sedang meringis di atas sofa sambil menggenggam tangan Megan sementara Megan berteriak-teriak kecil dan sesekali menggelengkan kepalanya.
"Udah? Sakit banget? Aw! Pelan-pelan kali, Ra"
"Huhu... Hisssh. Sakit!"
"Tangan gue juga sakit!"
"Lo aja yang hamil biar tau tulang sakit pas anak lo geser!"
"Makanya gue udah pernah bilang sama lo..."
"Diem lo, udah kejadian! Lo pegang yang bener dong! Perut gue aduh! Jangan yang situ, dia kayaknya musuhan ama lo nih makin sakit geraknya makin ke dalem! Jangan pegang yang itu!"
"Ah, woi bayi lo jangan muter-muter. Kelilit ntar lo! Muter mulu!"
"Megan!"
"Apa lagi?!"
"Aduh, Gan!"
Carlos menganga di tempatnya. Pemandangan Clara sedang meringis dan marah berkali-kali karena perutnya yang bergerak dan Megan yang berusaha menyentuh dimana si bubbles yang lengket dengannya itu sungguh langka. Adik iparnya jelas sedang menahan sakit karena cengkraman kuku Clara yang berada di tangannya dan juga sibuk meraba dibagian mana si daddy's treasure sekarang. Bayi itu sepertinya sedang ingin sentuhan Ayahnya sementara saudara kembarnya sibuk menghindar dari sentuhan Ayahnya.
Clara mengatur nafasnya. Bulir keringatnya masih menetes dan tentu saja pergerakkan di dalam perutnya membuatnya tidak nyaman. Bubbles sedang aktif bergerak. Ini jam aktif, mereka akan sangat sibuk bergerak di dalam sana sementara Clara menahan sakit karena tidak nyaman dengan pergerakkan itu.
Megan menyentuh dimana ada tendangan cukup keras yang membalasnya. "Hai..." katanya berusaha ramah walaupun setengah mati kesal karena Clara berkali-kali mencakarnya
Perempuan itu meringis dengan nafas yang pendek. "Aduh! Lo mah emang gak guna, Gan! Sakit, tau!"
"Dengerin ini emak kalian marah-marah sama gue! Diem gak lu berdua!"
Plak!
"Sialan! Sakit, kali Ra!"
"Makanya jangan ngomong aneh-aneh lo! Yang satunya nendang!"
Megan meringis memegangi lengannya kemudian menatap Clara dengan tajam. Beralih lagi menyentuh perut Clara dan merasakan tendangan lainnya. "Woi, tidur. Nanti lo boleh muter lagi"
"Gan, sumpah, Gan! Sakit..." Clara meringis nyaris tanpa suara dan mengatur nafasnya kembali
"Halah, capek gue. Kalo lo bayi, gak nurut sama gue, gak gue turutin lagi yang lo pengen"
Plak!
"Haish!" Megan menatap Clara sekarang. Perempuan itu sedang bersusah payah menghela nafas, "Lo juga! Gue iket di pohon mangga, lo..."
"Lo apasih, Gan!" Clara terisak dengan lemah memotong ucapan Megan, "Sakit..." genggamannya pada tangan Megan menguat dan membuat dirinya sudah tidak mengerti bagaimana menjelaskan pergerakkan bayinya yang kelewat aktif itu. "Lo dulu kecil petakilan, ya?!"
"Heh! Di dalem perut lo ada dua! Yang petakilan bukan cuma gue berarti!" Megan menatap perempuan itu. Menghela nafas dengan kasar dan kemudian menyentuh lagi perut Clara dengan lebih pelan dan lembut, "Hei, sudah ya? Jangan ribet cari posisi enak kalian. Main apa sih di dalem sana? Udah, ya? Denger rukiyah aja, ya?"
"Maksud lo apa denger rukiyah, hah?!" Clara meringis kembali
"Diem, Ra. Tahan aja kenapa sih?! Bawel banget jadi perempuan"
"Elo tuh jadi cowok kebanyakan ngomong!" Clara menangis dengan pelan, mengerjapkan matanya dan berusaha menghapus air matanya, "Sakit... Mereka gerak terus..."
"Ya, tahan lah. Masa brojol sekarang? Siapa suruh hamil!"
Plak!
"Sssh! Bubbles lo kalo gak nurut sama gue, gue gampar nih emak lo!" Megan geram juga.
Mereka terdiam akhirnya. Sementara Carlos hanya bisa ternganga melihat bagaimana Megan berucap tidak punya hati begitu. "Si bego. Ckckck. Mimpi apa gue punya adik apar kelewatan begini"
Tapi dia tersenyum juga akhirnya. Melihat Clara yang berangsur-angsur memejamkan mata dan sepertinya sakitnya berkurang dan Megan yang menyeka keringat Clara dengan tangannya.
Carlos tertawa pelan lalu masuk ke dalam kamarnya. Sudah, tidak perlu ikut campur. Toh dia tahu, sekasar-kasarnya dan semarah-marahnya Clara ke Megan, dia hanya sebatas bisa memukul lengan cowok itu. Semarah-marahnya Megan, cowok itu hanya bisa berkata tajam saja. Selama belum ada piring melayang, sebaiknya dia melihat dari jauh saja.
...
"Wah, minggu depan masuk ke minggu 28 ya? Syukurlah..." dokter kandungan Clara tersenyum dan memberikan print lainnya kepada ibu hamil itu
Clara menghela nafas kemudian mengangguk dan akhirnya menatap foto usg bayi kembarnya. Lucu sekali. Mereka sepertinya sedang berbagi posisi nyaman di dalam sana dan mereka tertidur. Pantas saja Clara mengantuk.
"Jalan-jalan, ya? Sudah harus ikut senam hamil, lho. Biar lahirannya gampang"
Clara menganggukkan kepalanya
"Cek berikutnya sama walinya, ya? Biar lihat kelamin. Mau gak?"
Eh? Perempuan itu menoleh dengan bingung. Dia sampai lupa kalau dia harus mengecek kelamin si kembar agar nantinya tidak kesulitan dalam mencari warna baju Bubbles. "Tapi..." suami saya kayaknya gak peduli deh
"Makannya juga dijaga, ya? Berat kamu sudah ok, kok. Gak usah tambah aneh-aneh vitaminnya. Nanti malah obesitas sulit lahirin normal..."
"Hm..."
"Wah, syukurlah, Bubbles sehat ya. Gak ada yang kurang. Pintar juga lagi tidur. Tapi ini satunya, kita panggil kakak aja ya?"
Clara melirik ke fotonya sekali lagi ketika dokter itu menunjuk salah satu bayinya yang berada di sebelah kanan. "Kakak ya?"
"Iya. Kakak soalnya dia gak seaktif adiknya. Montokkan adiknya ini. Hm. Gimana ya? Kakak ngalah sama adiknya terus. Kalo gitu Bunda coba ganti makannya ya? Coba makan ikan, ya?"
Clara mengangguk saja.
"Kalo cek lagi, kita cek lagi kakak sama adiknya" dokter tersenyum ramah. "Kaki kalo kram mending jangan dipake kerja terus. Istirahat. Berat udah naik lumayan lho"
"Iya..."
"Nah, itu aja sih dari saya. Kalo cek lagi bisa kita konsultasi sama wali biar dipantau terus Bunda..."
Eh. Iya. Kemudian Clara mengingat hal lain dalam benaknya. Kalau dia mau mengecek jenis kelamin Bubbles, hanya membawa Carlos saja cukup, kan? Megan kan...
Pasti sibuk pacaran gara-gara kemaren ujian dan sibuk bantuin gue
KAMU SEDANG MEMBACA
RH
Chick-LitThankyou yang sudah membuat RH sampai di peringkat 30 di chicklit. We're nothing without you. Cerita ini didedikasikan untuk followers saya. Maaf sebelumnya, terimakasih. Mabuk di kelab malam enggak bakalan bikin lo h...