Empatpuluhdua

14.5K 1.6K 103
                                    

Suster membantu Clara menggendong putri kecilnya. Bayi itu menangis dalam pelukan ibunya dan kemudian Clara tersenyum ketika bayinya mengerang begitu saja dalam pelukkannya.

Setelah istirahat selama dua hari berturut-turut dan hanya menggendong si kembar kalau mereka haus saja, akhirnya Clara menjadi lebih baik. Dokter bilang dia sudah boleh duduk karena keadaannya membaik. Megan menjadi lebih lega karena akhirnya bisa menjalani ujian nasional dengan tenang.

Siang ini jadwal si kembar minum asi dan di bawa ke kamar Clara. Dokter bilang, bayinya masih kecil dan beratnya kurang jadi masih harus diinkubator agak lama. Jadi mereka hanya keluar ketika waktunya minum ASI.

Ya, ampun. Clara tidak bisa berhenti tersenyum walaupun putri kecilnya itu menangis cukup kencang.

"Di dekap saja, Bu. Skin to skin lebih baik... Sama Ayahnya juga nanti. Biar ikatan batinnya lebih kuat. Bayinya tenang juga..."

Penjelasan suster membuat Clara mengerjap beberapa kali. Skin to skin? Clara sih tidak apa-apa tapi Megan? Cowok itu masih berdiri di luar bersama Carlos, Moreno juga Papa karena ini waktunya si kembar minum.

"Si cantik, nangisnya totalitas ya? Sudah kenyang mungkin..." kata suster lagi kemudian membantu Clara menenangkan Mikaila, "Apa mau sama Ayahnya, ya?"

"Mungkin. Soalnya dulu pas hamil juga ada yang suka kangen. Mungkin si adek..." Mama menyahut dengan semangat, "Saya aja yang panggil..."

Clara menyerah dan kemudian mengelus pipi putrinya yang masih saja menangis, "Kaila... Ssst... Nangisnya kenceng banget... Kakak bangun nanti..."

Megan masuk dan menghampiri ranjang Clara dengan bingung. Untungnya sudah berganti pakaian dari seragam menjadi flanel kotak-kotaknya. "Kenapa?" Tanyanya lalu melihat Mikail yang berada dalam gendongan suster. Megan mencoba meraihnya dengan bantuan suster yang sudah mengajarinya sejak dua hari lalu cara menggendong bayi yang benar

Takut. Dan kaku. Tapi Megan berhasil menggendong putranya lalu mengecup pelan pipi Mikail. Putranya membuka mata dan menggeliat kecil, "Lah? Dia malah bangun..."

Tapi beberapa detik kemudian bayi laki-laki itu menangis. Ruangan Clara sekarang penuh dengan tangisan bayi. Mama sampai menganggukkan kepala karena akhirnya dia mengerti ada apa dengan cucunya.

"Kaila itu anak ayah banget. Digendong Bunda nangis..." lalu Mama menatap Megan dan meringis, "Kael ini kayaknya Mommy's hero banget. Digendong ayahnya nangis. Tukeran aja kalian..."

Megan kemudian menyerahkan Mikail ke gendongan Mamanya kemudian menunggu suster untuk menyerahkan Mikaila.

Benar saja. Ketika kedua bayi itu bertukar tempat. Mereka terdiam dan kemudian kembali lelap dalam gendongan orang tuanya.

"Hm... Kael ini cowok cool banget. Nangisnya suka nahan-nahan. Pas di gendong Bunda langsung anteng..." komentar ibu mertuanya membuat Clara tertawa dengan pelan, "Kailanya anak ayah. Lihat tuh sudah senyum-senyum digendong Ayahnya"

"Hm..." Megan mengangguk saja, "Ssst. Kaila bobo ya?" Lalu memberikan kecupan singkat pada kening Mikaila dan bayi itu tersenyum kemudian. "Ck. Tau aja di sun cowok. Jangan ganjen ya dek..."

Clara berdecak mendengarnya. "Jangan ngomong aneh-aneh,,," lalu menimang Mikail yang pulas dalam pelukannya.

Megan tidak menanggapi dan kemudian sibuk memandangi putrinya sendiri sambil bersenandung kecil. Mikaila memang selalu lebih tenang kalau Megan melakukannya.

"Nanti kalau bisa sering kontak fisik ya. Skin to skin sama anaknya..."

Megan menatap dengan terkejut. "Gimana?" Skin to skin berarti Megan harus bertelanjang dada menggendong Mikaila dan Mikail? Bukannya masalah hanya saja Megan belum terbiasa dengan semua hal ini. Sekarang dia mengkhawatirkan bentuk tubuhnya yang akan terekspos begitu saja "Ma..."

RHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang