Setelah Moreno mengatakan kepadanya untuk mengganti baju dulu dan makan siang. Megan sampai juga di kamar perawatan Clara. Perempuan itu masih belum sadar dan membuat Carlos masih menunduk dengan cemas di lorong rumah sakit ditemani kakaknya dan kedua orang tuanya.
"Kamu sudah makan?" Tanya Mama sambil membelai lengan Megan dan anaknya itu mengangguk, "Gimana ujiannya?"
"Ma, kenapa Clara belum bangun? Kata Mama baik-baik aja..." Megan menatap dengan sorot bertanya kepada Mamanya,
Carlos mengadahkan wajahnya menoleh kepada Megan kemudian menarik nafas dengan susah payah. Dia ingin sekali menghajar cowok itu, sayangnya dia tidak mau berkata apa-apa kepada keluarga Megan kalau sampai dia melakukannya.
"Lo makan. Istirahat, nanti gue kabarin..." kata Moreno kepada sahabatnya, "Ada Mama sama Papa gue, ada Gue, ada Megan. Lo istirahat dulu..."
"Adek gue lebih butuh gue, Ren..." kata Carlos menanggapi kemudian berdiri dan berjalan pelan menghampiri Megan. Dia menunjuk bahu Megan dengan tulunjuknya dan menyipitkan mata, "Masuk..."
"Los..."
Carlos menganggukkan kepalanya, "Lo boleh masuk, Gan. Tapi sekali ini aja"
Mama menatap dengan iba lalu membelai lengan Megan sekali lagi dan menganggukkan kepalanya, "Jenguk Clara dulu ya, baru si kembar?"
Megan menganggukkan kepalanya dengan lemah kemudian mengikuti sang Mama dan memasuki ruang perawatan intensif Clara setelah sebelumnya menyeterilkan diri.
Dia diam. Mendekatkan dirinya ke ranjang perempuan yang sedang terbaring dengan bantuan alat-alat pernafasan di tubuhnya. Megan tidak banyak bicara dan mendesah dengan pelan lalu duduk di samping ranjang Clara.
Setelah obrolan terakhir tentang minuman itu, Megan belum bicara dengan Clara sama sekali.
"I'd never knew a sip of drink would make you like this..." gumamnya dengan pelan lalu mengambil telapak tangan Clara ke dalam tangannya
Megan diam beberapa saat. Menyelaraskan deru nafasnya dengan deru nafas Clara yang sedang berbaring. Dokter belum menjelaskan apa-apa lagi kepadanya. Dan Megan mengerti kalau ini bukanlah baik-baik saja.
Tapi Megan ingat. Clara waktu itu memegangi perutnya tidak peduli dengan kepalanya yang berdarah dan beberapa bagian tubuhnya yang lain terluka.
Dia menggenggam tangan Clara dengan pelan lalu mendesah kembali. "Hey, Ra. Gue lebih kesel sama lo yang enak-enak tidur begini sementara gue harus ngadepin kakak lo di luar sana"
Pelan-pelan Megan kembali meletakkan tangan Clara diatas perut perempuan itu dan menggenggamnya sekali lagi lalu memandang wajah Clara yang terdapat beberapa memar. "Capek ya, Ra? Ngadepin gue..."
Dada Clara masih naik turun dengan teratur. Seorang perawat masuk dan kemudian menundukkan kepalanya kepada Megan dan kembali memeriksa Clara.
"Kok gak bangun-bangun, sus?"
Suster itu menoleh dan menurunkan kacamatanya, "Sabar, ya. Kita berdoa saja, Nyonya Clara sudah berusaha keras kemarin untuk melindungi bayinya dari benturan..."
Megan menganggukkan kepalanya dengan canggung, lalu menatap Clara yang masih bernafas dengan teratur, "Kok lama?"
Suster itu diam beberapa saat kemudian berkata dengan pelan kepada Megan, "Doakan ya, Mas. Mbaknya pasti sedang berjuang sekarang..."
Megan menganggukkan kepalanya kembali dengan semakin canggung. Menghela nafas beberapa kali kemudian menggenggam tangan Clara lebih kuat, "Heh bangun... Lo belom marah-marah hari ini..."
KAMU SEDANG MEMBACA
RH
ChickLitThankyou yang sudah membuat RH sampai di peringkat 30 di chicklit. We're nothing without you. Cerita ini didedikasikan untuk followers saya. Maaf sebelumnya, terimakasih. Mabuk di kelab malam enggak bakalan bikin lo h...