Tigapuluhtiga

13.4K 1.5K 51
                                    

"Gue lagi ujian. Yang diperhatiin anak orang" Megan menggumamkan kata-kata itu sambil membuka buku latihan soalnya dan kembali berkutat dengan soal-soal fisikanya.

Urusan belajar, Megan memang selalu serius. Dia adalah salah satu siswa berprestasi di sekolah. Selain terkenal karena ganteng, cowok itu juga terkenal dengan prestasi 10 besar di sekolah. Makanya, banyak yang suka sama Megan.

"Megan, Mama masuk, ya?"

"Hm..." anak laki-laki itu kembali sibuk dengan bukunya.

Sementara Mama sudah masuk dengan membawa  baki dengan minuman untuk Megan lalu duduk di samping Megan. "Megantara, mau ranking lagi?"

"Iya. Megan pengen motor baru, cagiva di rusakin sama Moreno..."

Mama menganggukkan kepalanya. Anaknya ini nakal. Tapi selalu jadi anak pintar di sekolah buat menunjukkan kalau nakal juga bisa pintar. Dan setiap kali Megan dapat ranking, Papanya akan memberikan hadiah.

"Megan ada uangnya. Cagiva dijual. Tambah tabungan aku sama ditambahin Papa. Boleh ganti yang lain"

Perempuan itu diam. Kemudian menatap putranya. "Kamu gak mau menabung buat Bubbles?"

Megan menoleh kepada ibunya dengan alis tertekuk dan mata menyipit. "Mood aku hilang Mama sebut mereka"

"Kamu kan memang mood swing..." Mama berkilah kemudian kembali mengangkat topik yang Megan tidak suka itu, "Mama marah, kecewa sama kamu Gan. Mungkin Mama gak pernah ngomong begitu karena Mama masih marah sama kamu. Takutnya Mama salah bicara dan malah ngutuk kamu yang enggak-enggak"

"Ya, udah. Jangan diomongin kalo gitu" Megan kembali menatap bukunya sekarang

"Megan..." Mama menghela nafas, bersabar menghadapi anak bungsunya. "Mama kecewa karena anak cowok Mama yang Mama banggain ini malah berbuat kesalahan fatal begini..."

Megan tidak menggubrisnya dan mencoret-coret asal lembaran bukunya untuk kembali kepada rumus yang tepat dan mencari rumus yang baru untuk memecahkan soal

"Kamu pikir Mama mau melihat kamu menikah di usia kamu yang kayak gini?" Mama menunggu jawaban anaknya, "Enggak"

"Terus kenapa aku disuruh nikah?" Megan melemparkan begitu saja pensil mekaniknya dan bersandar sebelum akhirnya menatap sang Mama

"Ya karena kamu harus nikahin Clara. Kamu harus tanggung jawab sama perbuatan kamu. Karena sudah semestinya yang boleh berhubungan intim begitu hanya suami istri, Megan" volume suara Mama naik dan menatap putranya dengan tajam, "Kamu pasti main sama anak gak bener, kan? Makanya kamu jadi terjerumus hal gituan"

Megan menundukkan wajahnya. Kalau Mama sudah bicara begini, berarti ibunya itu sedang benar-benar marah kepada Megan.

"Iya, kamu ngerasa masih muda bebas lakuin apa aja. Ngerasa karena masa muda itu cuma sekali dan gak bisa diulang. Justru itu yang harusnya kamu pikir ke depan Megan..." Mama kembali melihat putranya menunduk, "Kalau masa muda gak bisa diulang. Begitu juga sama kesalahan kamu yang gak bisa kamu perbaiki..."

Megan menoleh menatap ibunya, "Ma..."

"Kalau misalnya kemarin Clara menggugurkan anaknya, lalu terjadi apa-apa sama dia bagaimana? Terus Moreno datang pemakamannya ajak kamu, dan kamu baru tau dia meninggal karena berusaha gugurin kandungannya. Apa kamu gak kasihan sama Carlos? Apa kamu gak merasa bersalah, Megan?"

Ibunya sudah terisak sekarang. Dan Megan tidak bisa menatap ibunya lebih lama lagi. Susah bicara dengan Mama kalau sudah menangis begini. Dan Megan paling tidak bisa melihat Mama menangis

"Mama kecewa sama kamu karena kamu memandang perempuan serendah itu. Mama ini perempuan Megan..."

"Ya, kalo gak perempuan mana bisa Megan lahir Ma"

RHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang