Lima

18.4K 1.7K 15
                                    

"Mereka ni temenku pas kuliah di Jakarta" kata Eri kemudian kembali berbicara dengan bahasa Bali dan terdengar seperti teriakan kepada teman-temannya

Clara sudah kenal mereka. Tadi dikenalkan di pintu masuk. Cowok dengan baju kaos tanpa lengan yang rambutnya hitam rapi itu namanya Dewa. Entah Clara harus memanggilnya apa, Bli atau Dewa saja. Karena sepertinya lebih tua.

Ada dua orang perempuan yang ikut dan mereka berdua kembar. Namanya Citra dan Candra. Mereka itu cantik banget sampai semua mata dari tadi memandangi mereka tanpa henti. Tiga orang cowok lagi namanya Ming, Pande dan Dite. Clara sampai keseleo lidah karena menyebutkan nama mereka. Nama Bali banget.

Tapi Uta sudah lancar menyebutkan nama mereka dan lancar berbicara dengan mereka. Clara juga sih. Tapi dia tidak banyak bicara karena tenggorokkannya terlalu sakit.

"Eh, gue ke toilet dong" Clara mencolek Uta

Cowok itu sama sekali tidak mendengar dan kemudian berteriak, "Hah?"

"Gue. Ke. Toilet!" Sahut Clara menambahkan volume suaranya

Citra yang berada di dekat situ kemudian bertanya, "Mau gue anter gak? Tau tempatnya?"

Clara menjawab dengan setengah berteriak, "Sendiri aja. Dibalik sana kan?" Tanyanya sambil menunjuk salah satu pintu dan kemudian Citra mengangguk

"Sip! Balik lagi ya kesini!"

Perempuan itu menganggukkan kepala dan mulai berjalan menuju restroom yang letaknya bersebrangan. Tidak cukup sulit untuk melewati kerumunan orang yang menatapnya, tapi Clara cukup risih. Sehingga ketika dia berbelok dan masuk ke dalam toilet, Clara segera menghela nafas lega.

Club malam yang Eri pilih menyediakan restroom yang berada terpisah dengan club. Sehingga ketika Clara keluar dari toilet dia bisa bernafas lega karena berada di luar ruangan club dan menghirup udara malam.

Dia tidak langsung kembali melainkan mengecek handphonenya dan melihat chat dari satu-satunya kakak laki-lakinya yang bertanya bagaimana keadaan dirinya. Clara tidak pikir panjang dan mengambil foto gang sempit itu kemudian mengirimkannya pada Carlos dengan caption 'i'm walking to the beach, bro' lalu tertawa dengan pelan

"Bohong sama cowok kamu kalo kamu mau jalan ke pantai itu dosa lo, sweetheart"

Clara langsung membalikkan tubuhnya dan menatap bingung kepada cowok yang sedang meminum fiji di tangannya. Cowok itu bersandar pada tembok toilet dan memandang kearahnya.

"Sorry" cowok itu tertawa kemudian, "Mau minum?"

Clara terlihat ragu dengan botol minuman fiji yang masih penuh yang berada di genggaman cowok yang lebih tinggi darinya ini.

Cowok itu kembali mencoba menawarkan minuman ditangannya. "Ambil aja gak apa-apa. Ini juga baru aku beli dari sana" katanya sambil mengedikkan dagu ke arah salah satu minimarket yang berada di pojokkan jalan, "Masih segel nih kalo gak percaya"

Clara tersenyum kemudian ikut bersandar dan mengambil botol minuman itu. Dia haus juga. Jadi langsung meneguk minuman itu dan kemudian menatap cowok itu, "Gak masuk ke dalem?"

Cowok itu menggelengkan kepalanya, "Belom. Nanti aja kalo udah mau puncaknya. Kamu? Habis bohong sama cowok kamu?"

Clara hanya menggelengkan kepalanya kemudian kembali meneguk minumannya bersamaan dengan cowok itu. "Nah, he's my brother actually"

"Kenapa gak masuk?"

Clara menggelengkan kepalanya lalu menyentuh tengkuknya yang tiba-tiba saja merinding, "Euh, rame. Pusing juga"

"Aku temenin kamu masuk deh, kasihan cewek sendirian. Nanti di tengah-tengah ditarik sama orang gak bener"

Clara tertawa dengan renyah lalu mengajak pria itu kembali ke dalam club, "Sejak kapan ada yang bener di klab?"

"I'm one of the exception, babe" kata cowok itu kemudian mengikuti langkah Clara.

Entah karena cuaca yang memang panas tapi Clara tidak meyukai bagaimana reaksi tubuhnya saat ini. Tenggorokkannya terasa kering dan dia kembali meminum air yang tadi cowok itu berikan sambil berusaha meneruskan langkahnya menuju meja tempat teman-temannya berkumpul.

Tiba-tiba matanya berkunang-kunang dan entah kenapa tubuhnya terasa sangat ringan. Clara ingin berterima kasih karena cowok itu sudah berada di depannya dan menangkap tubuhnya.

Tapi ada yang aneh. Cowok itu mencium bibirnya. Lembut. Dengan lumatan pelan yang membuat Clara menginginkannya lagi dan lagi. Ditambah sentuhan aneh jari-jari laki-laki itu pada tengkuknya. Clara tidak bisa menghindar kalau tubuhnya menginginkan cowok itu.

...

Clara tidak mengerti bagaimana dan entah setan mana yang merasuki pikirannya untuk ikut dengan pria asing dan mereka berada di dalam salah satu kamar hotel yang Clara yakin berada tidak jauh dari klab itu.

Dia sama sekali tidak menginginkan ada satu helai benang pun yang melekat pada tubuh pria itu sehingga sepanjang perjalanan dari pintu menuju ranjang mereka. Clara sudah membuat pria itu telanjang dan menggerayangi tubuh pria itu.

Ketika Clara sadar tubuhnya sudah berada diatas ranjang dan menatap pria itu dengan nafas terengah-engah. Tidak ada hal lain yang dia pikirkan bahkan ketika tangan pria itu bermain di area paling sensitif miliknya.

"Pelan-pelan..." lirik Clara ketika pria itu mencoba untuk menyatukan dirinya dengan Clara

Pria itu menatapnya, dengan lembut dan penuh perhatian lalu membelai rambut Clara dengan lembut, "Ini pertama kali buat kamu, ya?"

Clara menganggukkan kepalanya lalu pria itu memberikannya kecupan di bibirnya

"I'll do it gently, honey"

Clara mencengkram dengan kuat sprei kasurnya dan merasakan sensasi aneh luar biasa yang membuatnya sangat menyukai kegiatan mereka saat ini.

Pria itu tersenyum kepada Clara lalu merangkulnya dan bertanya, "Sudah?"

Perempuan itu meringis kemudian mengangguk sambil menggigit bibirnya. Dia sangat menyukai mereka berdua saat ini. Tidak mengerti kenapa, tapi Clara menyukai bagaimana pria itu bergerak dan menatap matanya dengan sorot kepuasan yang amat sangat

Sama seperti Clara. Pria itu memuja tubuh gadis yang berada dalam dekapannya. Apalagi saat perempuan itu menggigit bibirnya dan menatapnya dengan sayu. Tidak ada hal yang paling menyenangkan baginya ketika melihat bagaimana Clara menahan pekikkannya setiap kali pria itu melesak lebih dalam

Clara tidak mengerti kenapa semua kenikmatan ini termasuk dalam kategori dosa. Apalagi ketika payudaranya dikecup dengan hangat oleh pria ittu. Sungguh orang Clara menyesal tidak merasakan semua ini sejak dulu. Betapa bodohnya Clara karena dia tidak mencoba hal ini sejak dulu

Kalau tahu hal ini begitu nikmat dan bisa membuatnya teriak dengan kencang seperti mengambang ke angkasa, Clara sudah pastikan dia akan melakukan hal ini sejak umurnya masuk ke dalam kategori dewasa

RHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang