Empatpuluhdelapan

13.8K 1.5K 64
                                    

Clara mencoba menyalakan lampu kamar tidur putrinya. Si kecil, memang tidak akan bisa tidur dengan nyaman kalau lampu dinyalakan. Pelan-pelan dia masuk dan mengecek apakah putrinya tidur dengan nyaman atau tidak.

Semalaman tadi, Clara terlalu tidak enak badan dan si kecil menangis tidak ingin tidur dengan dirinya. Sedih. Tapi mau bagaimana lagi. Putrinya itu bahkan hanya tenang ketika Megan yang menggendongnya.

Mengingat Megan, Clara mengernyitkan keningnya ketika dia melihat babybox putrinya Mikaila, berisikan tidak hanya bayi cantiknya tapi juga sang suami yang tidur dengan kaki menggantung pada babybox Mikaila. Clara menggelengkan kepalanya. Sangat tidak mengerti kenapa Megan bisa tidur dengan posisi seperti itu sementara kaki Mikaila sudah berada pada wajahnya dan tangan Mikaila terlentang begitu saja.

"Gan..." Clara memelankan suaranya seperti berbisik dan menggoyangkan lengan Megan yang bebas. "Gan udah subuh..."

Megan membuka matanya dan menyipit, mencoba memastikan siapa yang membangunkannya dan terkejut ketika menemukan Clara, "Hm?" Dia mencoba mengontrol emosinya karena takut Clara akan histeris kembali

"Subuh. Lo katanya ada urusan..."

Acara mingguan sialannya. Megan menghela nafas dan melirik ke putrinya. Mikaila masih tertidur dengan pulas dan sesekali bibirnya berbunyi seperti sedang mengenyot dot. "Ra, tapi gue gak bisa bangun"

"Kenapa?" Tanya Clara lalu mencoba membantu Megan untuk bangkit dari babybox

Megan melirik putrinya dan kembali berbicara pada Clara, "Bangun dia, kalo gue bangun"

Clara mendengus dengan sebal. Putrinya itu terlalu hafal bau tubuh Megan, sampai-sampai kalau Ayahnya datang saja dia bisa menangis sekencang-kencangnya ingin digendong Megan dengan segera. Benar kata orang, anak perempuan itu anak ayah banget.

"Coba dulu" kata Clara lalu menyiapkan botol susu Mikaila dan memanaskan asi yang sudah dia simpan. "Kalo bangun ya udah. Diajakin subuhan biar gak males gedenya"

Megan memejamkan matanya dan mengangguk dengan pelan. "Hmh" cowok itu mulai mencoba memindahkan lengan kecil Mikaila dan mulai berusaha bangun.

Clara menoleh untuk melihat salah satu proses melarikan diri paling susah yang dia tahu. Mikaila akan sangat sensitif, bayi itu seperti punya feelingnya sendiri kalau Megan akan jauh-jauh darinya.

Baru saja satu kaki Megan mendarat di karpet kamar putrinya, Mikaila terisak dan membuka matanya.

"Astagaaaaa" ucap Megan dan Clara berbarengan lalu diikuti tangisan kencang Mikaila

Terpaksa Megan keluar dari babybox itu dan meraih Mikaila ke dalam gendongannya. Mengusap punggung putrinya dan memejamkan mata sambil terus menggoyangkan gendongannya, "Cup, cup, cup"

Clara tidak ingin mendekat. Dia terdiam begitu saja memandangi bagaimana Megan menggoyangkan lengannya dan berbicara kepada Mikaila.

"Udah bangun, ya? Bangun ya, anak sholehah. Pinternya bangun pas subuh, ya? Mau sholat, ya? Ngaji? Mau apa sih Mikaila? Nangisnya jangan kenceng-kenceng nanti sakit tenggorokkannya"

Perempuan itu masih diam saja. Beberapa detik kemudian pipinya terasa dingin dan pandangannya sedikit kabur. Clara memegangi perutnya dengan lemah lalu mencoba menghapus air matanya dan mengatur nafasnya.

"Ini susunya" katanya pelan lalu meninggalkan Megan begitu saja dengan putri mereka.

...

Megan menghela nafasnya dengan kasar sementara Mikaila masih menangis dengan pelan. Bayi itu masih tidak bisa tenang. Mungkin karena tidurnya terganggu.

RHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang