Perut Clara besar sebelah. Sepertinya si kembar sedang tukar tempat dan menendang-nendang karena beberapa kali terlihat tonjolan di perut perempuan yang sedang terbaring lemah dan meringis beberapa kali.
"Bayi nih, suka banget tengah malem bikin keributan"
Carlos tertawa kecil kemudian mempersilahkan Megan masuk ke kamar adiknya. Cowok itu berlutut kemudian menyentuh perut Clara. Carlos hanya memperhatikan Megan yang sudah mengusap-ngusap perut adiknya.
"Bayi. Lo ngapain mainnya jam segini. Gue lagi yang tidurnya kepotong gegara lo berdua. Mau lo berdua gue mati muda?"
Carlos menggelengkan kepalanya kemudian bersandar pada kusen pintu. "Enggak, Yah. Kan Ayah belom kena ompol"
Megan melirik tajam ke arah Carlos. "Bacot anjir. Kenapa gue harus kesini malem-malem begini? Gue harus berburu kunci jawaban besok"
Kakak iparnya tertawa dengan pelan kemudian menggelengkan kepala, "Halah, Gan. Lo kan pinter. Anak lo kangen. Clara sampe gak bisa tidur dari tadi"
"Terus gue harus apa?"
"Ya, biasanya lo ngapain biar mereka bisa tidur?"
Megan menggelengkan kepalanya. "Gue lagi serak, gak bisa nyanyi"
"Bagus, dong. Makin seksi aja bapak muda ini" ucap Carlos membuat Megan mendelik tajam ke arahnya. "Oh, iya. Lo ujian besok? Cepet banget ya..."
"Hm..." Megan memegangi perut Clara kemudian merasakan tendangan lainnya. Kaget. Tapi lebih karena senang karena ternyata kali ini dia tidak salah menyentuh. Biasanya dia malah menyentuh ke bayi yang musuhan dengannya. "Ujian pertama gue besok. Tapi malem-malem gue malah ke sini"
"Mama sama Papa lo bilang apa tadi pas lo ke sini?"
Megan mengedikkan bahu. "Mama sama Papa nanti ke sini. Kayaknya Mama mau nginep sini"
Carlos mengangguk pada akhirnya. Dia dan Moreno akan ada presentasi ke salah satu kota di Singapura dan melanjutkan project mereka. Sepertinya ibu mertua adiknya tahu kalau Clara akan ditinggal lama kali ini.
Megan mendesah setelah beberapa kali mengelusi perut Clara dan perempuan itu akhirnya tertidur juga. "Kata Mama kalo udah gede gini biasanya punggungnya sakit. Lo gak kasih salonpas gitu, Los?"
Kakak iparnya lumayan terkejut. Megan memperhatikan juga ternyata, "Tugas elo, lah. Gue kan bukan lakinya" jawab Carlos dengan santai sambil bersedekap menatap adik iparnya
"Lo kan kakaknya" Megan melirik kemudian, "Susah amat lo jadi abang. Adek sendiri begini lo malah..."
"Lo sebenernya peduli sama Clara atau sama anak kembar lo, Gan?" Tanya Carlos memotong ucapan cowok itu
Megan mengerjap beberapa kali. "Gue lebih peduli sama nasib gue kalo misalnya Mama sama Papa gue milih ngedepak gue dari rumah karena ini cewek kenapa-napa"
Laki-laki itu mengangguk. Mungkin kalau dia yang di posisi Megan, dia juga akan berlaku sama. Mana ada cowok yang mau bersusah payah begini kalau tidak ada ancaman. Kemudian kembali menjelaskan pada akhirnya, "Clara kan hamil muda. Kata dokter karena ini anak kembar dan berat Clara kurang, bisa beresiko sama ibu dan anak. Gue sempet ditanya apa gue siap kalo harus memilih..."
"Maksud lo?"
Carlos membulatkan matanya kemudian menghela nafas dengan berat, "Sebagai abangnya Clara, gue bakalan milih adek gue. Kalo lo? Kalo yang selamat adek gue bukan anak kalian..."
"Terus buat apa gue nikahin ini cewek, hah?"
Mereka terdiam. Carlos menghela nafas kesekian kali akhirnya. Dia memang sudah menduga kalau Megan akan mengatakan hal itu. Hanya saja ini lebih menyakitkan dari perkiraannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
RH
ChickLitThankyou yang sudah membuat RH sampai di peringkat 30 di chicklit. We're nothing without you. Cerita ini didedikasikan untuk followers saya. Maaf sebelumnya, terimakasih. Mabuk di kelab malam enggak bakalan bikin lo h...