Duabelas

14.6K 1.5K 32
                                    

Cowok itu bangun. Lebih tepatnya membuka mata ketika merasa cukup dingin dan menarik kembali selimutnya. Ah, perempuan itu sudah pergi ternyata. Salah satu hal yang lumayan mengganggu pikirannya sampai akhirnya Megan memaksa matanya untuk terbuka adalah bercak darah mengering yang ada di sprei dari alat vitalnya.

Megan mendengar ada suara pancuran air dari kamar mandi. Cukup keras. Cowok itu berpikir beberapa saat. Mungkin dia harus membeli minum untuk menenangkan gadis itu karena Megan jelas mendengar suara isakan tangis.

Cowok itu menggaruk kepalanya dengan kasar dan berdecak kesal. Kalau tahu akan menyesal kenapa mau-mau saja pergi ke klab. Dasar anak kemarin sore. Megan menggerutu dengan kesal dan memakai pakaiannya kembali.

Dia menutup pintu kamar dengan sangat pelan kemudian berjalan menuju restaurant hotel untuk memesan makanan dan minuman. Perempuan itu pasti shock berat kan?

Sumpah Megan kira perempuan itu memang mau mencoba hal seperti itu tadi malam. Lalu kenapa menangis? Kalau begini, harga diri Megan terluka juga. Mungkin saja perempuan itu menangis karena Megan melakukannya dengan kasar kan? Mengingat betapa berantakannya kasur mereka, Megan yakin dia sangat liar tadi malam. Ditambah puasa dua minggu.

Ariesta anak babon: Gan, lo dimane? Check in jam 12 coy, ini jam sembilan
Sandy harja kutil badak: Tinggal aja bro
Varrel Wanna one: Mungkinqa Megan disekap tante2
Sandy harja kutil badak: Mungqin
Ariesta anak babon: Sangat gak mungkin

Megantara: Gue? Bawain koper gue aja. Masi ada urusan cuk

Varrel Wanna one: Gan tidur ama sape? Gile lu, kena hiv ntr bang megan stok cogan abis bang
Ariesta anak babon: Amin
Ariesta anak babon: kita samperin lu Mega?

Megantara: tai
Megantara: boleh

Megan menutup aplikasi chatnya setelah mengirimkan pesan dan kembali ke kamarnya. Tidak ada siapa-siapa disana. Megan meneliti lagi ke kamar mandi dan ke balkon kamar. Tidak ada siapa-siapa.

Panik. Sial. Megan tidak pernah kecolongan sebelumnya. Dia belum melihat perempuan itu apakah perempuan itu terluka atau justru merasa baik-baik saja. Megan berlari panik dan menghampiri resepsionis.

"Mbak, atas nama Megantara, tadi ada yang balikin kunci?"

Resepsionis itu menggelengkan kepalanya, "Belum, Mas"

"Ah, shit" Megan mengumpat dengan pelan kemudian mengetuk-ngetukkan jarinya pada meja. "Check out atas nama Megantara"

"Baik, sebentar ya, Mas" resepsionis itu terlihat lebih sibuk dengan komputernya,

"Mbak, tadi ada cewek pake celana pendek gak?" Tanya Megan dengan tidak sabar

Ariesta menepuk pundaknya dan menaikkan satu alisnya ketika Megan menoleh

"Anjing gue kira siapa" kata Megan kemudian menatap resepsionis kembali meminta jawaban atas pertanyaannya

"Ada. Tadi sudah keluar beberapa menit yang lalu..." resepsionis itu menyerahkan bil kepada Megan

"Ambil tuh, nyet. Bayarin. Gue mau keluar dulu"

Ariesta hanya mengerutkan keningnya. "Berapa mbak?" Tanya cowok itu dan kemudian menatap ke tagihan Megan lalu mengeluarkan kartu kreditnya

Varrel dan juga Sandy menatap bingung ke arah Megan yang terlihat terburu-buru berlari menuju pintu hotel. Bahkan cowok itu tidak sempat mengumpat kepada mereka dan hanya menghilang begitu saja

"Mana?" Tanya Varrel kepada Ariesta dan dijawab cowok itu dengan gelengan kepala

Beberapa menit berlalu sampai akhirnya Megan kembali dan mengerutkan keningnya lalu menghampiri sahabatnya yang sudah berdiri

"Lu kenapa, Gan?"

Megan menatap Sandy dan kemudian menghela nafas dengan kasar, "Gue? Ya lo pahamlah"

"Anjir..." Ariesta menggelengkan kepala, "Terus ceweknya kemana?"

Megan mengedikkan bahunya lalu meraih botol minuman milik Varrel, "Ilang"

"Santai kali, Gan. Mungkin dia emang cuma mau satu malem sama lo. Kok lo panik amat? Kayak gak biasa aja" sindir Sandy dengan sengaja lalu tertawa pada akhirnya

Megan juga maunya begitu. Tapi dia merasa kalau kali ini dia sudah salah cari lawan.

...

Akhir-akhir ini Megan suka masuk angin. Iya sih, mengingat jadwalnya yang semakin padat dan bersamaan dengan ujian yang semakin dekat. Semua siswa kelas tiga di sekolahnya digenjot habis-habisan untuk belajar. Katanya ujian tahun ini susah. Pakai komputer. Masa bodoh. Sekolahnya pasti melakukan yang terbaik untuk siswanya.

"Maaaaa!" Megan berteriak dari arah kamarnya dan mengambil hpnya membuka tab obrolan dirinya dengan ketiga temannya, "Ma, Megan sakit!"

Benar saja. Mamanya baru saja akan mengetuk pintunya, Megan sudah berlari ke kamar mandi untuk memuntahkan isi perutnya. Sayang sekali kali ini perut Megan agak kosong sehingga yang keluar hanya air saja.

Mamanya mengurut tengkuk Megan dan mendecak beberapa kali. "Gan, Gan. Makan apa sih? Kamu kebanyakan kelayapan, ya!"

Megan menggelengkan kepalanya lalu menunduk lagi ke wastafel dan membasuh wajahnya, "Aduh, Ma. Gak kuat deh, Megan tidur aja"

"Udah, sini. Kamu makan bubur ya?"

Megan berjalan menuju kasurnya dan kembali menyelimuti dirinya sendiri lalu menutupi kepalanya dengan sikunya, "Ck. Gak pengen"

"Mau makan apa dong? Kalo gak diisi ya sakit terus..." kata Mamanya sambil membaluri kaki Megan dengan minyak kayu putih

Cowok itu memejamkan mata. Berusaha mengusir pergi rasa mualnya yang masih saja menghantui.

"Lo gak sekolah?" Moreno masuk ke dalam kamar dan mencium tangan Mamanya, "Si anak ingusan kenapa Ma?"

"Masuk angin. Tapi parah ini, kasihan adik kamu" kata Mamanya sambil menijit kaki Megan dengan pelan, "Kamu pulang jam berapa nanti?"

Moreno mengedikkan bahunya dan ikut mengecek suhu tubuh adiknya, "Manjaan kayak anak cewek" lalu Moreno menyenggol lengan Megan dengan kakinya

Sang Mama langsung menatap tajam bahkan ketika Megan berusaha mengusir kaki kakaknya dengan sekuat tenaga, "Moreno! Adiknya sakit kok ya masih aja digangguin"

"Biarin. Lucu. Sekalinya sakit malah terkapar tidak berdaya" Moreno tertawa penuh kemenangan dan kemudian melirik Megan, "Gan, gue biasanya diinjek tuh langsung sehat. Lo mau coba gak?"

"Najis"

"Megan!" Mama menegur Megan yang kemudian menatap kakaknya tajam sementara Moreno sudah tertawa terbahak-bahak. "Makan ya, Gan. Mama masakin bubur ya? Kalo gak sop deh"

Megan menggelengkan kepalanya. "Mah, mau sayur asem aja. Bikin ya, Ma"

Mama dan Moreno sukses melongo di tempat. Secara yang mereka tahu. Anak laki-laki yang jarak usianya enam tahun dari Moreno itu mana pernah mau makan sayur asem. Cium baunya saja ogah.

"Fix koslet ini dia, Mah. Rukiyah aja, kalo gak ke reparasi barang bekas, Ma"

"Morenoooo" Mama menggeram marah kepada anak tertuanya








....

Bonus foto es degan (eh si adek ganteng) manis Megantara.

Bonus foto es degan (eh si adek ganteng) manis Megantara

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
RHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang