"Ini terakhir kali, Gan. Terakhir kali gue menutupi kesalahan lo..." kata Moreno sambil menatap Megan dengan lemah. Pria itu memijat keningnya dan melirik Carlos yang sedang menenangkan adiknya
Carlos menoleh kepada Moreno dan mengajak sahabatnya itu keluar dengan mengedikkan dagunya ke arah teras rumah. Carlos keluar lebih dulu dengan sopan setelah mengajak adiknya ke kamar tidur. Kemudian Moreno menyusulnya.
Beberapa menit mereka terdiam. Sampai kemudian Carlos melayangkan tinjunya begitu saja ke sudut bibir Moreno. Pria itu tidak membalasnya dan memegangi wajahnya lalu menatap Carlos.
"Udah?" Tanya Moreno menatap Carlos yang masih mengepalkan tangan dan nafas yang memburu
Mungkin, Carlos sudah sangat terlihat frustasi saat ini. Moreno jelas sangat tidak bisa menerima Clara dan juga bubbles. Bukan berarti Carlos tidak suka tapi dia tidak bisa melihat semua keterpaksaan dari Moreno untuk menerima Clara.
"Los, lo jangan khawatir. Gue..."
"Ren..." Carlos memanggil nama sahabatnya dengan pelan memotong ucapan Moreno yang dia tahu akan jadi pembicaraan apa. Menatap pria itu cukup lama kemudian menghela nafas, "Kalo lo gak mau mending lo bilang sekarang, Ren. Gue bakalan kirim Clara pergi ke sepupu gue"
Moreno menyatukan kedua alisnya dengan bingung. Lipatan di dahinya semakin dalam mengingat kalimat terakhir Carlos, "Los. Lo gak mungkin selamanya tanggung jawab ke Clara. Ponakan lo kembar. Apa lo pikir biaya persalinan itu dikit? Men, 20 juta aja masih belum bisa menutupi semuanya. Belum kebutuhan lain. Sedangkan lo masih kuliah, Los. Dan lo dengan kondisi lo yang sekarang belum bisa bertanggung jawab sebesar itu"
"Dan terus lo pikir lo yang bisa tanggung jawab soal semua itu, Ren?" Tanya Carlos dengan lemah, "Oke, mungkin orang tua lo gak akan lepas tanggung jawab mereka tapi Ren, gue gak bisa liat adik gue tercukupi materi tapi batin dia tersiksa. Dengan lo yang terpaksa menerima dia sama anak-anaknya. Even itu keponakan lo. Apa lo pikir nanti Clara gak stres? Dan apa lo bisa belajar nerima adik gue?"
Moreno tidak menjawab dan menelan ludahnya
"Clara itu perempuan dan sensitif. Kita udah gak punya orang tua, Ren. Gak semua orang menginginkan gue sama adik gue makanya gue milih buat ngelakuin semuanya berdua sama Clara. Kalo sampe lo yang nikah sama adik gue, atau Megan, Clara gak bakalan bisa ngilangin perasaan kalo dia gak diinginkan. Menurut lo apa gue tega ngeliat saudara gue, keluarga satu-satunya yang gue punya mengalami hal kayak gitu?"
"Los... Gue emang gak ngerti dan gak tau rasanya ada di posisi itu. Tapi gue..."
Laki-laki itu memotong ucapan sahabatnya sekali lagi. Carlos menggelengkan kepalanya, "Ren. Gue serius ngomong ini. Lo minta waktu sama bokap lo buat bicarain ini. Gue, bakalan ngomong sama sodara gue soal ini dan biarin Clara disana"
Moreno menghela nafas, "Car. Gue tau lo sayang dan peduli sama Clara. Tapi ini kesalahan adik gue, jadi biarin gue tanggung jawab masalah ini"
"Terus apa, Ren? Clara itu gak bakalan bisa ngelamar kerja habis ini. Dia pasti bakalan menggantungkan hidup banget sama suaminya. Sedangkan gue tau kita sama-sama pemula di bidang kita. Berat, Ren. Mempertanggung jawabkan sesuatu yang bukan kesalahan lo"
Ada makna tersirat dalam ucapan Carlos dan membuat Moreno menunduk menatap sepatunya. "Los. Kalo dulu lo yang maju, biarin gue sekarang yang maju"
Carlos menaikkan satu alisnya. "Udah, Ren. Lo ikutin aja apa yang gue bilang. Perjalanan lo sama Megan masih panjang"
"Terus maksud lo, hidup lo sama semuanya ini pendek gitu, Los?" Tanya Moreno dengan tidak percaya
Carlos menghela nafas, "Lo punya keluarga masih lengkap, Ren. Keluarga lo baik-baik aja..." kemudian dia menatap lemah kepada Moreno, "While mine is messed as fuck. Jadi biarin aja, tetep begini. Lo gak harus merusak masa depan lo dengan menanggung apa yang bukan jadi tanggung jawab lo"
...
Megan melihat kakaknya berjalan keluar mengikuti Carlos. Kemudian mengganti es batunya dan kembali mengompres wajahnya yang bengkak. Beberapa kali dia meringis dan kemudian tidak berani menatap Papa dan Mamanya.
"Megan... Jadi begini kelakuan kamu selama ini" Papanya membuka pembicaraan, "Kamu belajar ke Jogja. Jadi anak baik disana sama Eyang Kakung kamu. Pulang setelah kamu..."
"Pa..." Megan memotong dan menatap Papanya yang sudah memberikan tatapan kecewa padanya, "Pa, Megan minta maaf"
"Maaf kamu tidak akan membuat semuanya baik-baik saja, Megan" kata Mamanya
Megan menggaruk keningnya yang tidak gatal sama sekali. "Terus kenapa Papa ngomong begitu? Kenapa Papa sama Mama nyuruh kak Reno yang..."
"Karena Papa mau kamu ingat semua ini, Megan" kata Papanya dengan sangat dingin dan Mamanya sama sekali tidak berusaha menenangkan Papanya
Megan mengerutkan keningnya untuk kesekian kalinya dan memegangi kompresannya dengan kuat, "Buat apa?"
Pria paruh baya itu menghela nafas kemudian menatap Megan dengan tajam, ketegasan yang Megan selalu takut lihat sejak dia masih kecil. "Kalau kamu sudah menghancurkan hidup dua orang sekaligus, Megan"
Cowok itu membatu. Tidak berbicara untuk menanggapi omongan Papanya dan menatap dengan lemah
"Moreno sudah sering menutupi kesalahan kamu. Jangan pikir Papa tidak tau kalau kamu suka kebut-kebutan, Megan. Moreno diam saja dan mengatakan kalau kamu hanya ikut salah satu acara entah apa namanya motovlog?" Papanya berdecak, "Kali ini biarkan Moreno menutupi kesalahan kamu sekali lagi, Megan. Ini terakhir kalinya Moreno menggantikan kamu. Setelah ini, silahkan kamu bicara sama diri kamu sendiri, apa yang akan kamu lakukan setelah kamu berhasil merusak hidup kakak kamu sendiri yang sudah dia rancang dari dulu hanya untuk menutupi kesalahan kamu, adiknya. Megan, Moreno dan Clara adalah dua orang yang sudah kamu rusak hidupnya..."
Megan terdiam di kursinya. Dia menghela nafas lalu memejamkan matanya cukup lama. Mendengar ucapan Papanya sepertinya Megan tidak sanggup kalau harus bertemu Moreno dan melihat bagaimana kakaknya yang mantan preman itu menjadi penggantinya.
Kakaknya yang punya cita-cita S2 di MIT itu pasti sudah menyusun rencana hidup dengan sempurna kan?
Lalu bagaimana dengan dirinya? Apa Megan sudah memiliki rancangan hidup bahagia yang ingin dia miliki? Megan tidak tahu. Dia masih ingin begini. Tapi apa dia sanggup menatap wajah Moreno nanti? Apa dia sanggup lima tahun tidak bertemu dengan keluarganya? Megan rasa dia tidak butuh waktu lama untuk memikirkan semuanya.
"Megan saja, Pa" katanya setelah berpikir cukup lama. "Megan aja. Ini semua salah Megan. Jangan bawa kak Reno lagi"

KAMU SEDANG MEMBACA
RH
ChickLitThankyou yang sudah membuat RH sampai di peringkat 30 di chicklit. We're nothing without you. Cerita ini didedikasikan untuk followers saya. Maaf sebelumnya, terimakasih. Mabuk di kelab malam enggak bakalan bikin lo h...