"Besok malem Mama sama Papa mau bawa Mikaila jalan-jalan..."
Clara mengangkat kepalanya kemudian refleks memundurkan tubuhnya ketika Megan dengan seragam batiknya masuk ke kamar Clara
Megan melihatnya. Tapi tidak mundur juga dan melangkah lebih dekat lalu duduk di tepi ranjang. "Lo bisa istirahat atau kalo mau jalan-jalan juga"
Perempuan itu diam lebih lama. Menatap Megan. Ada yang menarik disana. Kantung mata Megan dan juga betapa gelapnya lingkar mata cowok itu. Suara Megan yang terdengar lelah.
Cowok itu sudah lelah sepertinya
"Ra..." Megan berusaha memanggil Clara karena perempuan itu mematung di depannya
"Hm?"
"Besok ke prom sama gue, ya?"
Clara menatap Megan sekarang. Di mata pekat cowok itu dan terlihat sangat tulus mengajak Clara, "Apa?"
"Besok, ke prom sama gue. Kan wisudaan gue yang dateng Papa sama Mama. Lo masih gak boleh duduk lama waktu itu..." Megan mengulangi pernyataannya, "Lo udah kuat apa belom? Kalo belom biar kita di rumah aja"
"Kita?" Clara mengoreksi lagi pertanyaan Megan yang terdengar tidak masuk akal baginya
Megan menganggukkan kepalanya, "Iya, kita. Lo sama gue"
Clara diam. Dia tidak pernah pergi ke prom sebelumnya. Tapi, bagaimana dengan putrinya? Baru saja Clara berniat untuk menggendong putri kecilnya, tapi sekarang dia sudah dijauhkan.
"Malem ini tidur sama Mikaila, ya?"
"Lo juga?" Tanya Clara. Seingatnya, putrinya itu tidak bisa tidur tanpa belaian tangan Megan.
Megan tersenyum, "Iya..."
Clara menggelengkan kepalanya, "Gak mau..."
Cowok itu menghela nafas dan merubah pandangannya lebih serius, "Karena gue?"
Mereka terdiam. Dengan Megan yang menebak isi pikiran istrinya itu dan Clara yang tidak tahu ingin mengatakan apa.
"Ra..."
"Gue takut, Mikaila..."
Megan menggenggam tangan Clara sampai dia bisa merasakan keterkejutan Clara disana. "Jangan bikin Mikaila mikir lo nolak dia, Ra. Mungkin..."
Clara mendengar keraguan di nada Megan. Seperti cowok itu menahan untuk mengatakan sesuatu
"Mungkin si jagoan pergi karena mau kita fokus ke adiknya, Ra. Mungkin Mikail mau adiknya dapet perhatian dari kita berdua..." Megan menatap ke bola mata Clara yang sudah berkaca-kaca, "Have you ever think about that, Ra?"
Clara menggelengkan kepalanya.
Sumpah. Megan tidak pernah menyangka ada perempuan yang begitu cantik ketika menangis dan lemah begini. "Jangan nangis..." kata Megan sambil menyapu pipi Clara yang sudah basah, "Kasian Mikail sama Mikaila kalo Bundanya nangis terus..."
"Gan..." Clara memejamkan matanya, "Maaf..."
Megan tidak berkata apa-apa. Dia diam beberapa saat lalu bangkit dari duduknya, "Udah, Ra. Ini bukan salah lo. Kalo emang lo gak mau ada gue nanti malem, lo tidur sama Mikaila ya?"
Clara menganggukkan kepalanya dengan lemah, "Iya... Iya, Gan"
...
Kemarin malam, Megan memang tidak tidur dengan mereka berdua. Sementara Mikaila terjaga semalaman karena tidak mau memejamkan mata dan menangis terus. Clara sampai menangis lagi untuk menenangkan putrinya. Mungkin, gadis kecilnya itu mengerti ayahnya tidak pulang ke rumah mereka.

KAMU SEDANG MEMBACA
RH
Genç Kız EdebiyatıThankyou yang sudah membuat RH sampai di peringkat 30 di chicklit. We're nothing without you. Cerita ini didedikasikan untuk followers saya. Maaf sebelumnya, terimakasih. Mabuk di kelab malam enggak bakalan bikin lo h...