PART 10 "RAPAT"

484 18 0
                                    

Sinar matahari menusuk kelopak mata Aya dengan cepat ia langsung bersiap-siap untuk berangkat sekolah beberapa menit ia menunggu Dita menjemput nya namun Dita tak kunjung datang, tiba-tiba saja ada suara klakson mobil di depan rumahnya. Aya pun dengan cepat langsung turun dari kamar menuju depan rumah ia berpikir mungkin Dita yang menjemput nya namun ia kaget saat ia berada di teras rumah.

"Perasaan gue kenal deh sama tu mobil, tp mobil siapa?" Pikir Aya bingung.

Aya pun membuka pagar rumahnya dan betapa kagetnya Aya saat yang mengendarai mobil membuka kaca jendela nya.

"Lo?!" Pekik Aya kebingungan.

Tanpa basa basi lagi Arthur menyuruh nya masuk ke dalam mobil menggunakan isyarat saja, Aya bisa saja menolak nya, namun ia berpikir sejenak bagaimana jika Dita tidak menjemput dirinya. Aya pun memutuskan untuk masuk ke dalam mobil Arthur dan sambil sedikit kebingungan.

"Knp?" Tanya Arthur tiba-tiba.
"Ga papa" jawab Aya masih bingung.

(Kenapa dia yang jemput gue? Apa ini salah satu ide Cahya untuk mendekatkan gue sama nih cowok? Ih gak banget gue sama cowok yang dingin,irit ngomong, plus selalu dituritin kemauannya. GAK BANGET!) Batin Aya kebingungan.

"Lo bingung kan kenapa gue jemput, kan kmarin pas gue antar lo pulang gue bilang besok gue jemput" ucap Arthur sambil fokus menyetir.

(Ah masa? B aja tuh) batin Aya sambil nyengir.

15 menit akhirnya mereka tiba di parkiran sekolah, saat Aya akan turun dari mobil Arthur ia melihat Arthur yang tidak menoleh bahkan melirik nya sedikit pun. Aya pun langsung turun dan berlari melewati koridor.

"Ih nyebelin deh, lirik gue kek dikit. Main hp mulu, kirim pesan ke siapa sih? Kok keknya penting banget. Nyebelin! Gue janji gue ga bakal mau sama tu cowok! Ntar kenapa gue jd ngomongin ntuh anak?! Ahhh Aya lo pasti udah ga waras, sadar Aya!" Omel nya di sepanjang koridor dengan suara pelan yang hanya bisa ia dengar sendiri.

Setibanya Aya di kelas bel pun berbunyi betapa ia kesal melihat Dita yang udah duduk manis di dalam kelas sambil tertawa ria bersama Cahya.

"Eh lo berdua resek! Kenapa ngerjain gue? Gue kan blm ulang tahun. Ih! Nyebelin kenapa kalian jahat banget sama gue!" Pekik Aya yang membuat seisi kelas menoleh ke arah nya.

"Apaan sih Aya? Datang-datang langsung ngedumel, darah tinggi lo ntar" sahut Cahya.
"Lo juga Cahya, lo sekongkol juga kan sama mereka?" Tanya Aya serius.
"Ntar deh, sebenarnya ada apa sih?" Bingung Dita.
"Mending duduk dulu, cerita pelan-pelan and jangan emosi okay" usul Cahya.

Aya pun duduk di kursinya dan mulai bercerita kepada kedua sahabatnya.

"Kan gue nunggu Dita jemput gue lama banget tiba-tiba aja nyokap gue bilang kalau ada yang jemput gue di depan yaa gue pikir lo dit tapi gue heran tumben lo pakai mobil, eh pas ntuh jendela kebuka ternyata Arthur sumpah malesin banget gue berniat mau bolos sekolah. Dia pun nyuruh gue masuk, gue mikir kalo lo bener ga jmpt gue gimana? Yakali gue jalan kaki yang ada gue telat-_- yaudah gue masuk trs pergi bareng dia" ungkap Aya panjang kali lebar.

"Sumpah demi apa??" Ungkap Cahya dan Dita serentak.
"Yaelahh lebay lo pada-_- gue kirain ini rencana Cahya sama cowok nya itu si Ranan" jawab Aya.
"Gak lah, malesin banget" balas Cahya memutar bola matanya.
"Tapi Aya, lo sendiri yang kirim gue SMS supaya ga jemput lo. Nih SMS nya" ucap Dita.
"Nomor siapa nih?" Bingung Aya.
"Ga tau, intinya akhir pesan nya kan 'Bye Aya' ya gue percaya laa gue balas aja oke" ucap Dita.
"Tapi ini nomor siapa ya?" Bingung Aya.
"Udah ntar kita lacak" Sambung Cahya.

Guru pun datang, pelajaran dimulai seperti biasanya. Di tengah pelajaran ternyata ada anak anggota OSIS masuk ke kelas, anggota OSIS itu meminta 2 orang perwakilan kelas untuk mengikuti rapat mengenai kebersihan kelas. Karena Dita adalah ketua kelas jadi ia yang mewakili dan ia pergi mengajak Aya, mereka pun tiba di ruang media tempat biasa untuk rapat. Aya dan Dita duduk di tengah-tengah, saat ia duduk ternyata di sebelah Aya dan Dita ada Arthur dan Yusuf perwakilan dari kelas XI MIPA 1. Seketika saja raut wajah Aya berubah cemberut karena duduk di sebelah Arthur.

"Dita, pindah yuk" bisik Aya mengajak Dita pindah tempat duduk.
"Gimana? Orang udah penuh gini, lo mau duduk di belakang? Gue sih ogah banyak cabe-cabean" bisik Dita.
"Sama" bisik Aya.
"Udah, duduk aja. Toh dia ga bakal gangguin elu" bisik Dita kembali.

Semua perwakilan kelas pun mendengar dan mengikuti rapat dengan tentram, namun di saat anggota OSIS mengumumkan bahwa sekolah kita akan menilai kelas tiap bulannya semua penghuni yang mengikuti rapat ribut layaknya pasar.

Kini kesempatan Aya untuk pindah tempat duduk ke belakang namun saat ia ingin beranjak dari kursinya tangannya di tahan oleh Arthur, Aya yang merasa kesal pun menepis genggaman Arthur namun tenaga yang ia punya tidak sebanding dengan tenaga lelaki dingin itu.

"Lepas" bisik Aya kesal kembali duduk.
"..."
"Arthur lepasin" bisik Aya sedikit meninggi.
"..."
"Lu pekak? Congek? Tuli? Atau apa sih" bisik Aya lagi.
"..."
"OK, terserah lu gue mau cabut" bisik Aya kembali ingin beranjak dari tempat duduknya.

Namun lagi dan lagi Arthur menahan nya agar Aya duduk kembali, saat tangannya ditahan oleh Arthur ia mendapatkan sebuah pesan LINE ia pun memutuskan untuk duduk kembali. Arthur pun masih menggenggam tangan kanan Aya menggunakan tangan kirinya, sedangkan tangan kanan nya memegang hp kesayangannya. Aya mengambil hp dari sakunya dan membaca pesan LINE lagi lagi dari 'NO NAME' ia membaca nya menggunakan tangan kiri karena tangan kanan nya masih digenggam oleh Arthur, entah kenapa Aya tak ingin melepaskan genggaman Arthur bisa saja ia berteriak atau memberontak namun tidak ia lakukan.

(Lagi lagi kata 'MAAF' yang dikirim dia? Walaupun hanya pesan LINE saja tapi itu sedikit terganggu baginya, karena ia tidak tau pengirimnya. Dan untuk bunga untung aja udah ga dikirim lagi) batin Aya dalam hati.


Aya mematikan hp nya dan memasukkan kembali ke sakunya, ia memandang tangannya yang masih setia di genggam oleh Arthur sambil sedikit tersenyum. Tanpa ia sadari ternyata Arthur melihat wajah Aya yang kini duduk nya lumayan dekat karena bersebelahan. Aya yang merasa di pandang pun melihat wajah Arthur, dalam hitungan ke 3 Aya mulai terhipnotis, terjatuh dan masuk ke dalam lelaki dingin yang ia anggap 'nyebelin'.

1...

2...

3...

Mereka bertatap mata tapi Arthur yang menyadari itu mulai memecahkan situasi yang sedikit canggung, Arthur pun berdehem dan langsung melepaskan tangan Aya dari genggamannya. Sesekali Arthur melirik-lirik Aya, Aya yang merasa di lirik pun mulai melting. Suasana mereka hadapi sekarang hanya lah 'canggung'.

"Aya, lo kenapa sih?" Tanya Dita berbisik.
"Ga" jawabnya ragu.
"Lo gak fokus" bisik Dita lagi.

1 jam kemudian rapat pun selesai mereka dipersilahkan kembali ke kelas masing-masing karena sudah jam istirahat juga jadi sekalian mereka ke kantin.
"Wait, Cahya!" Pekik Dita.
Karena mereka lupa mengajak 1 temannya ke kantin.
"OK, gue ke kelas. Lu duluan aja" usul Dita.
"Sip" jawab Aya.

Saat tiba di kantin yang begitu padat Aya melihat meja di pojok kosong karena itu memang meja Aya dan temannya, saat ia berjalan sambil celingak celinguk matanya tepat berhenti di lelaki dingin itu siapa lagi kalau bukan Arthur.

(Duhh, malesin deh!) Batin Aya.

Aya dengan sigap langsung ke tempat duduknya dan menunggu kehadiran kedua sahabatnya, beberapa menit kemudian Aya mendapatkan pesan LINE dari 'NO NAME'


'NO NAME': kita ketemu di caffe town jam 15:15








******
Akankah Aya datang?
Apakah si 'NO NAME' akan mengaku? Siapakah 'NO NAME'?

Tunggu kelanjutannya guys, don't forget to comment and vote
Thanks guys😉

Just You [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang