PART 21 "BANGUN!"

354 17 0
                                    

Ia bergegas mandi dan menggunakan pakaian yang apa adanya saja tanpa mengoles bedak ataupun pelembab di wajahnya, ia berlari tanpa pamitan ke semua orang yang berada di rumah. Ia terus berlari dan mencari taksi, ia masuk ke dalam taksi dengan ngos ngosan karena habis berlari tanpa berhenti. Otaknya terus memikirkan Arthur dan tempat yang akan ia kunjungi.

Sekitar menempuh perjalanan sekitar 30 menit karena terhambat oleh macetnya kota, ia keluar dari taksi dan terus berlari tanpa hentinya. Dan tibalah ia di tempat tersebut dan melihat sosok yang kini tengah berdiri membelakangi nya.


Inilah cara Tuhan untuk mempertemukan kita.
Kadang aku berpikir sebenarnya ada apa?
Bermacam macam pertanyaan ingin ku pertanyakan dan mendapatkan penjelasan itu yang keluar langsung dari mulut manis mu itu. Namun terkadang sebuah pertanyaan juga tidak akan mendapatkan sebuah jawaban. Tapi kali ini aku ingin mempertanyakan nya dan ingin mendapat jawaban itu. Tapi berbagai macam pertanyaan itu aku singkirkan karena aku tidak ingin menjadi seseorang yang egois dimatamu.




Secara perlahan dan memberanikan dirinya maju melangkahkan kakinya menuju sosok yang kini berada di membelakanginya, sosok yang bisa menyentuh hatinya, sosok yang ia rindukan selama seminggu terakhir ini. Seseorang itu kini menghadap ke sebuah danau yang sangat tenang. Ya danau. Tempat ini lah yang dirinya maksud. Aya mencoba mendekati seseorang itu namun ada suara yang tiba-tiba mengiris hatinya.

"Kita putus"

Kalimat itu terlontar saja di mulut lelaki yang ia rindukan ia cintai. Kalimat yang berisi 9 huruf itu menghancurkan hati Aya. Aya tak percaya sebelum mempertanyakan semua pertanyaan yang menghantui pikirannya ia malah mendapat jawaban yang tak seharusnya ia dapatkan.

Hatinya hancur. Rapuh.

Ia tak mengerti apa yang dimaksud lelaki itu, Aya terdiam kaku dan menghentikan langkahnya. Ia mencoba mencerna ucapan lelaki yang sedang membelakangi dirinya.

Nafasnya kini seakan mulai berhenti.

Aya tersadar dan berpikir mungkin lelaki ini hanya bercanda, ia tetap tersenyum lebar meskipun di dalam lubuk hatinya kini hatinya sedang berteriak. Sakit. Saat Aya ingin melangkahkan kakinya yang sempat tertunda itu ia mendapatkan sebuah ungkapan yang kini lagi dan lagi membuat hatinya ingin berteriak kencang.

"Jangan mendekat!" Pekik lelaki itu.

Aya kini tak tahan menahan air matanya, ia meneteskan satu air matanya. Ia tak tahan ingin mendekati lelaki itu dan mempertahankan semuanya. Sebenarnya apa yang terjadi? Ini sangat sulit baginya. Tangisnya pun akhirnya pecah, air matanya kini tak terbendung lagi. Ia tak peduli lagi dengan sekitarnya kini ia tengah merasa remuk, hancur dan tak berdaya. Pria yang bisa membuatnya jatuh cinta kembali dalam waktu singkat bisa berubah dalam waktu singkat juga.

Apa lagi ini ya Tuhan?

"Maksud lo apa?" Tanya Aya sesenggukan.
Lelaki itu tetap setia memandang danau yang ada di depannya tanpa menoleh ke belakang yang notabene nya masih kekasihnya kini tengah menangis sesenggukan.

"Arthur, gue salah apa?! Kenapa lo kek gini? Bilang sama gue kalo lo bercanda!!" Pekik Aya terus menangis.

"Sebenarnya ada apa Arthur? Kenapa lo berubah? 7 hari lo pergi tanpa ada kabar. Lo hilang! Tapi gue tetap yakin sama pendirian gue kalo lo ga bakal ninggalin gue! Gue yakin itu karena gue yakin lo cinta sama gue!" Lanjutnya tak tahan lagi menahan semua yang ada dihatinya. Ia terus bergerak seperti orang frustasi memukul dirinya sendiri. Itulah yang dilakukan Aya.

Namun Arthur tak menggubrisnya, ia terus menatap danau yang ada di depannya. Suara isakan Aya yang kini terngiang-ngiang di pendengaran nya, sejujurnya ia tak sanggup mendengarnya bahkan yang membuatnya menangis seperti itu adalah dirinya sendiri. Namun beberapa saat kemudian suara isakan itu tiba-tiba menghilang dari pendengaran nya, ia merasa cemas. Ia berbalik melihat Aya yang sudah jatuh tak berdaya diatas rumput yang ia yakini disitulah tadi Aya berdiri sambil meneteskan air matanya. Dengan cepat kilat Arthur berlari ke arah yang kini masih berstatus kekasihnya, ia mencoba membangunkan Aya. Ia terus menggoyangkan-goyangkan tubuh Aya namun hasilnya nihil.

"Aya!? Aya!! Bangun!!!"

Aya pingsan tak sadarkan diri, Arthur yang khawatir langsung menggendong wanitanya dan memasukkan ke dalam mobilnya, ia menancapkan gas dengan full. Di sepanjang perjalanan ia terus melihat ke arah kaca spion untuk memastikan bahwa Aya mungkin akan sadar. Ia tidak lagi peduli orang-orang akan komplain karena mengemudi secepat kilat. Mereka tiba di suatu rumah sakit ia melihat ke jok belakang mendapati Aya yang masih tak sadarkan diri. Arthur menggendong Aya masuk ke dalam rumah sakit dan mencari dokter.

"Dokter! Suster!!" Pekiknya yang masih menggendong tubuh mungil kekasihnya.

Suster pun datang membawakan sebuah tempat tidur sementara bagi kekasihnya, Arthur meletakkannya dan berlari menemani Aya menuju ruang UGD sambil terus menggenggam tangan kanan Aya. Pikirannya kini hanya Aya.

"Maaf, tolong tunggu di luar" ucap sang suster menutup pintu ruangan tersebut.

Arthur hanya bisa pasrah, ia menyesal telah melakukan hal yang tidak seharusnya dilakukan. Ia merasa sangat bersalah. Hatinya kini hancur, rapuh dan seakan jiwanya hilang karena melihat Aya kekasih dan pujaan hatinya kini sedang di pasang berbagai macam alat yang melekat ditubuhnya.

Aya? Bangun?
Maafin gue Aya. Gue ngelakuin ini semua demi kita. Tapi gue salah, ini hanya akan memperburuk keadaan, gue ga mau liat lo dalam kondisi kek gini Aya? Pliss bangun demi gue! Jujur gue sayang banget sama lo, lo cewek yang pertama kali bikin sifat gue berubah. Lo yang udah ngerubah gue sampe gue ga sedingin dulu. Gue kangen lo, 7 hari gue tahan rasa ini. Aya bangun!!!

Kini teman Arthur datang ke rumah sakit setelah mendapatkan telepon dari Arthur, Yusuf dan Ranan mendapati Arthur tengah duduk dalam keadaan menundukkan kepalanya. Ia kini sedang menangis. Kedua sahabatnya menghampiri Arthur dan ikut duduk di sebelahnya.

"Aya gimana? Lo ga papa kan?" Tanya Ranan.
"Lo habis ngapain coba? Sampe berakhir di runah sakit? Kalian kecelakaan atau gimana?" Tanya Yusuf memegang pundak Arthur.
"Cerita dong" pinta Ranan.

Perasaan bersalahnya terus menghantui pikiran dan otaknya. Arthur menaikkan kepalanya yang tadinya menunduk, ia tidak melihat ke arah kedua temannya melainkan ia melihat tembok yang ada di hadapannya

"gue yang udah buat dia kek gini"
Ucapnya singkat dan berhasil membuat kedua temannya bingung.














*****
Sorry pendek guys...

Next?

Please, vote ya 😉
Thank you For Reading😂

Just You [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang