PART 24 "GALAU"

336 17 0
                                    


Kini tinggallah dirinya sendiri di ruangan kecil tempat dimana ia di rawat ia berpikir kejadian sebelumnya dimana Arthur baru saja pergi meninggalkan dirinya dengan memberikan sebuah kecupan yang cukup lama. Bagai di sambar petir ia mendadak merasa sesak di dadanya entah apa yang membuat nya sesak seperti sekarang, ia meneteskan satu tetes mutiara yang keluar dari matanya. Ia berpikir bahwa kecupan itu adalah kecupan terakhir yang Arthur berikan pada dirinya.

Bagaimana bisa ia berpikir seperti itu bahkan ia berpikir bahwa Arthur benar-benar akan meninggalkan dirinya sekarang dan selamanya. Detik di jam begitu terdengar karena sunyinya ruangan yang ia tempati, masih dalam pikirannya sendiri ia terus memikirkan sikap dan perilaku Arthur. Ia tidak ingin anggapan nya akan menjadi kenyataan ia tidak sanggup kehilangan sosok Arthur walaupun itu hanya dipikirannya saja, ia tak mau itu terjadi. Dan juga pertemuan itu sangat singkat tapi kesingkatan itu bisa merubah dirinya menjadi seorang wanita yang sedang mencintai pria yang ia sangat cintai.

Ia membuyarkan semua pikiran nya tentang kekasihnya yang akan pergi meninggalkan dirinya, ia mulai bangkit dari tempat tidur rumah sakit ini dan melangkah kan kakinya turun dari ranjang ini dan berjalan menuntun tiang infus yang berada di sebelah kanannya. Ia berjalan menuju pintu dan terus berjalan tanpa berhenti meskipun sang suster terus mencegah dirinya untuk keluar dari ruangan namun ia hanya menggeleng dan teguh pada keyakinannya. Ia berjalan hingga akhirnya menemukan sebuah taman yang cukup luas bagi penghuni rumah sakit ini, ia duduk di salah satu bangku yang berada di bawah pohon besar.

"Inikah dunia? Baru satu hari aja tapi udah kayak sebulan, huh" timpal Aya sambil menghembuskan nafasnya.




Dan satu hari ini begitu memilukan Arthur!




Saat ia terdiam sekitar 5 menit ia mendengar anak kecil sedang berteriak kegirangan sambil terus berlari karena di kejar oleh sang suster, Aya menarik mulutnya hingga terukir sebuah senyuman yang begitu menyentuh. Pria kecil itu berlari melewati dimana Aya duduk dan dengan senang hati Aya memanggil pria kecil itu.

"Hei pangeran kecil, sini!" Ucapnya sambil meraih pria kecil itu untuk mendekati dirinya dan tak lupa sambil tersenyum.

Rasya yang merasa terpanggil pun menghampiri Aya yang sedang duduk di bangku taman yang berada di bawah pohon yang kokoh besar ini. Ya dia Rasya. Pria kecil yang pernah bertemu dengan Arthur.
"Kenapa kak?" Tanya Rasya dengan ekspresi bingung nya dengan pipi yang begitu gembul.


Sungguh imut.


Aya menepuk tangannya di sebelah dirinya menyuruh nya duduk di sebelahnya dan Rasya menuruti Aya dan hingga merasa sedikit kesulitan menaiki bangku ini dan dengan bantuan Aya ia berhasil duduk di sebelah Aya begitu dekat "makasih kak" ucapnya tersenyum menampakkan lesung pipi tepat di kedua pipinya.
"Kamu imut banget sih? Mau ga jadi anak kakak aja" ucapnya mencubit pipi kiri Rasya.
Rasya yang merasa sedikit kesakitan pun akhirnya melakukan protes "kak sakit tau, kakak orang kedua yang cubit pipi Rasya"

Aya yang mendengar ucapan pria kecil di hadapannya kini menarik perhatiannya "Oh nama kamu Rasya, emangnya siapa yang udah cubit kamu sampe sakit? Hm?" Tanya Aya begitu antusias.
"Kakak siapa namanya pokoknya paling ganteng deh" jawabnya
"Oh, benarkah? Setampan apa sih? Paling tampanan juga kamu Rasya" ucapnya terkekeh pelan.
"Tapi kakak itu tampan kok, tapi.." ucap Rasya menggantung kan kalimatnya.
"Tapi apa?" Kepo Aya menatap lekat kedua mata pria kecil ini.



Mata hitam elang itu mirip seperti Arthur.



"Kepo deh" jawab pria kecil itu memeletkan lidahnya ke hadapan Aya.
Membuat Aya semakin suka dengan tingkah lucu pria kecil ini, Aya terus-menerus mencubit pelan perut Rasya dan juga menggelitiknya hingga membuat Rasya menggeliat kegelian.
"Makanya bilang dulu, baru kakak lepasin" ucap Aya terus menggelitik Rasya.
"Iyaa kak" ucapnya terbata bata.

Aya menghentikan gelitikkannya pada perut Rasya dan kini ia sedang menunggu janji Rasya setelah menghentikan gelitikkannya, namun saat aya sedang serius menatap lekat kedua matanya Rasya turun dari bangku dan berlari pelan meninggalkan Aya, Aya pun bangkit dan berlari kecil mengejarnya hingga seketika Rasya telah menabrak seseorang hingga membuat tubuh mungil Aya terjatuh ke lantai taman dan membuat sedikit memar di lengannya.

"Rasya!!" Pekik Aya dari kejauhan karena panik.

Aya yang telah berhasil mendapati Rasya yang sedang di pangku oleh seseorang yang ditabraknya, tanpa memperhatikan yang lain ia langsung berjongkok melihat kondisi Rasya.
"Rasya kamu gak papa kan sayang?" Tanya Aya panik celingak celinguk melihat tubuh Rasya.
Rasya hanya menggeleng saja.
"Jawab kakak dimana yang sakit?" Tanya Aya lagi.
"Kita ke ruangan kamu aja ya?" Timpal Aya.
"Atau kakak panggil dokter?" Tambah Aya lagi.
"Atau kita bertiga terus menjadi pusat perhatian orang?" Ucap seseorang yang ditabrak oleh Rasya.

Aya pun mendongakkan kepalanya mendengar suara yang berbicara itu, betapa bergetar hati nya Aya melihat mata hitam elang milik orang itu dan ternyata seseorang yang ditabrak Rasya adalah kekasihnya sendiri. Adam Arthur Malik. Bagaimana mungkin ia bisa disini? Bukannya ia sudah pergi dari 2 jam yang lalu? Apa yang ia lakukan disini? Masih dengan pakaian yang sama..

"Kakak tampan!" Pekik Rasya tersenyum.
"Eh ternyata Rasya yang tabrak kakak? Awas ya kamu ntar kakak bales heheh, lagian hobi banget sih lari larian, hm? Oh iya lengan kamu itu harus di obatin dulu yaa?" Ucap Arthur begitu manis terhadap anak kecil ini.

Aya yang melihat sikap Arthur pun merasa terharu ia tak menyangka di balik sikap dinginnya bagaikan es di kutub Utara mendadak mencair setelah bertemu dengan pria kecil ini. Seperti ada musim panas di kutub Utara hingga bisa mencairkan seluruh es disana. Aya membuyarkan lamunannya dan langsung mengalihkan pandangannya ke Rasya, "yuk kakak obatin dulu luka kamu" timpal Aya membuat kedua orang di hadapannya yang memiliki mata yang sama menoleh ke arahnya.

Ada apa? Apa ia telah salah berbicara?

"Kenapa? Ayo bawa dia ke ruangannya" pinta Aya sedikit salah tingkah karena di pandangi oleh kedua pria bermata elang tersebut.

Mereka pun bangkit dan berjalan menuju ruangan rawat Rasya ternyata lumayan jauh dari ruangan kamar Aya. Sambil terus menunjukkan arah kamarnya dan digendong oleh Arthur, sedangkan Aya ia berjalan di samping Arthur dan berpikir jika saja ia memiliki seorang pangeran kecil atau putri kecil apa Arthur juga akan bersikap sama kepada anaknya?


(Aya!! Lo mikir apaan sih!! Sekolah aja belom tamat udah mikir anak, efek sakit) Batinnya.



"Itu kak, udah sampe." Ucap Rasya masih digendong oleh Arthur.
"Iyaa Rasya, kakak bakal turunin kamu kok. Lagian kamu berat dasar gendutt" ledek Arthur, Rasya hanya memanyunkan bibirnya.

Setelah sampai, Arthur meletakkannya di kasur Rasya dan beralih untuk memanggil dokter. Namun langkahnya terhenti saat Aya menghentikan langkahnya.
"Biar gue aja yang manggil" ucapnya tersenyum kaku.
"Ga usah" tolak Arthur.
"Gak papa kok" ucap Aya menyentuh lengan Arthur.
Arthur membalas sentuhan Aya dengan pelan "lo kan lagi sakit, tunggu aja disini"
Aya yang mengalah pun akhirnya berdiri di sebelah Rasya.

Dokter dan Arthur pun tiba dan dokter langsung memeriksa kondisi Rasya dan menyuruh suster membalut luka di lengannya, setelah selesai Aya dan Arthur mengucapkan terima kasih kepada sang dokter.
"Kak, ini loh kakak tampan yang Rasya bilang" celetuk Rasya hingga membuat Arthur dan Aya menoleh ke arah Rasya.
"Maksud kamu?" Bingung Arthur.
"Jadi gini loh kak, tadi Rasya ketemu kakak cantik ini dan kakak cantik mencubit pipi Rasya dan Rasya juga bilang kalo kakak tadi juga cubit pipi Rasya" ucap Rasya dengan gaya lucunya.
"Oh jadi kakak ini cantik?" Tanya Arthur melirik Aya.
"Banget" jawab Rasya.
"Hm begitu, nama kakak cantik ini kakak Aya" sahut Arthur.
"Kok kakak bisa tau?" Tanya Rasya.
"Karena kakak tampan ini pacar nya kakak cantik itu" ucap Arthur terus tersenyum.
"Serius?" Kaget Rasya.

Aya yang merasa jadi bahan pembicaraan akhirnya membuka suara dengan mendekati wajah Rasya. "Dan kakak tampan ini namanya kakak Arthur"
"Wow, jadi kakak galau karena kak Aya?" Ucap Rasya.

Aya langsung menatap Arthur saat ia mendengar bahwa ia galau?
Kenapa?
Apa karena hubungan ini?
Apa lagi ini ya Tuhan?













*****

♦BERSAMBUNG♦
Rasya yang asli lebih lucu dari karakter😂
Don't forget to follow me and vote yaa😉
.
.
THANKS

Just You [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang