Kini tinggallah dirinya sendirian di sini setelah sekian detik lalu yang tadinya masih menjadi kekasihnya pergi dengan meninggalkan sebuah perpisahan, Aya terus berdiam diri dan meneteskan air matanya karena tak sanggup lagi menahan sesak di dadanya, kejadian yang baru saja ia alami begitu singkatnya. Tiba-tiba saja kedua orang tuanya datang dengan wajah yang panik karena melihat tetesan air mata di wajahnya, Aya yang sadar akan hadirnya kedua orang tuanya dengan sigap mengalihkan pandangannya dan menghapus kasar air mata di pipinya. Ia tidak ingin kedua orang tuanya menjadi panik dan khawatir karena melihat dirinya kini sedang menangis, Mama Aya langsung menghampiri Aya.
"Kenapa? Hei?" Tanya mamanya lembut menyentuh pundak kanan anaknya.
Aya yang saat itu hanya menjawab dengan bahasa kalbu pun mendapat tatapan curiga dari sorot mata mamanya, karena mamanya kini sedang curiga bahkan sangat curiga kepada dirinya. Begitu pula dengan ayahnya, ia mendapati tatapan curiga juga pada mata ayahnya, Aya yang melihat kedua orang tuanya itu pun langsung duduk di ranjangnya dan memastikan bahwa dirinya baik-baik saja.
"Aya gak papa," ucapnya sambil tersenyum.
Ya senyuman pahit yang ia tampilkan di hadapan kedua orang tuanya.Di sisi lain kini Arthur sedang berada di dalam mobilnya dengan keadaan yang sedikit kacau karena kini tengah merasa frustasi ia menyesal telah mengatakan berbagai macam kalimat seperkian detik lalu yang tidak seharusnya dikatakan pada mantan kekasihnya, ia menancapkan gas mobilnya hampir full karena sudah larut jadi ia bisa sedikit leluasa menyusuri jalanan yang biasanya macet. Setelah beberapa menit ia menyusuri jalan ia tiba di rumahnya ia masuk ke garasi rumahnya untuk memperkirakan mobil yang dikenakannya. Saat ia masuk ke dalam rumahnya yang cukup besar kini ia langsung menuju ke atas karena kamarnya terletak di atas.
"Huhh" Arthur menghembuskan nafasnya begitu berat sambil menghempaskan tubuhnya di atas ranjang king size-nya.
Ia kini tengah kebingungan apa yang harus ia lakukan selanjutnya setelah ia berhasil membuat wanitanya menangis dan jatuh sakit berkat dirinya.
"Oke, gue besok bakal ke rumah sakit lagi sehabis pulang sekolah"Arthur yang merasa haus pun turun ke bawah untuk mengambil minuman, karena ia terbiasa mengambilnya sendiri tanpa menyuruh asisten rumah tangga yang bekerja di rumahnya apalagi ini sudah lewat tengah malam. Saat ia melewati kamar kedua orangtuanya, ia mendengar ucapan dari kamar dalam kamar.
"Kita harus secepatnya urus pertunangan Adam"
"Tapi gimana kalo dia nolak pa?"
"Papa yakin, Adam ga bisa nolak. Kalau dia ga mau perusahaan papa kehilangan proyek yang sangat besar dan menguntungkan bagi perusahaan kita"
"Tapi pa, setahu informan mama. Adam kini sedang menjalin hubungan dengan seorang gadis di sekolahnya"
"Kita hancurkan hubungan mereka! Kalo perlu kita musnahkan wanita itu!!"
Bushhh
(Jadi selama ini gue di mata-matain? Dan apa? Menguntungkan? Gue dijual demi keuntungan perusahaan? Emang gue barang?) Batinnya dalam hati.
Arthur yang mendengarnya langsung membuka pintu kamar tersebut dengan kasarnya, "Pa! Ma! Papa mau jual aku? Aku ini anak kalian bukan boneka yang seenaknya bisa kalian apa-apakan! Adam juga punya hati dan perasaan pa, Adam ga mau kek gini" pekik Arthur.
"Adam, kamu anak papa satu satunya jadi kamu harus nurut sayang, dan papa lakuin ini demi kamu demi masa depan kamu. Kamu mau nanti kedepannya kamu bakalan jatuh di posisi terendah!" Ancam papanya.
"Tapi pa, Adam punya kehidupan sendiri!" Bentaknya
"Adam!! Kalo papa bilang A harus A ga ada protes!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Just You [COMPLETED]
Teen FictionAya seorang siswi dari Star High School yang memiliki 2 orang sahabat yaitu Dita dan Cahya. Ia sedikit jutek terhadap cowok yang ia anggap 'nyebelin' namun seketika juteknya itu sedikit mulai hilang bagai daun yang diterpa angin dan berhembus ntah k...