Setelah mendengar teriakan seseorang yang sangat tidak asing baginya Arthur pun menoleh mencari sumber suara tersebut dan benar saja dugaannya Aya lah yang telah berteriak memanggil namanya sambil menopang kedua tangannya di lututnya karena lelah mencari Arthur dengan berlari keliling bandara yang terbilang cukup luas.
Arthur yang melihat kehadiran Aya dari jauh tersenyum lebar seakan-akan tidak memiliki beban dan salah. Aya menghampiri Arthur, sedari tadi Arthur terus melayangkan senyum lebarnya kepada Aya. Aya yang melihat senyuman itu merasa sakit bisa-bisanya Arthur tersenyum selebar itu di balik ini semua? Aya melangkahkan kakinya mendekati Arthur yang kini mereka berjarak sekitar 1 meter.
"Kenapa?" Tanya Arthur memulai percakapan.
Aya hanya diam menatap wajah lelaki yang di depannya kini yang tanpa henti tersenyum.
"Lo kenapa?" Timpalnya lagi.
Dengan menghela nafas berat keluarlah unek-unek nya yang dipendam Aya sedari tadi.
"Kenapa lo bisa tersenyum? Gak cukup udah pernah nyakitin gue? Waktu di puncak bukannya lo mau kita gak ada moment buruk dan lo mau buat kenangan indah? Tapi kenapa lo lakuin ini ke gue? Ini kali kedua lo gini ke gue? Sebenarnya ada apa Arthur? Kenapa belakangan terakhir ini lo baik ke gue lo berubah gak tengil kek dulu dan ini alasannya? Iya! Karena lo mau pergi ninggalin gue? Dan ini juga alasan lo gak mau ganggu gue lagi? Bukan ini maksud gue Arthur?! Gue gak pernah minta lo untuk pergi menjauh, I Just want lo gak ganggu gue aja bukannya pergi ninggalin gue kek sekarang! Dan gue orang terakhir yang tahu lo bakal pergi padahal hari-hari belakangan ini gue selalu ada di sekitar lo!!" Unek Aya tak tertahankan lagi.
Arthur terus saja tersenyum mendengar kata demi kata yang keluar dari mulut wanita nya.
"Dan lo gak tau gimana rasanya ditinggal pergi? Cukup gue yang ngerasa hal seperti itu, jangan biarin Melsa ngerasain itu juga. Ngerasain gimana lo pergi ninggalin dia juga! Kita sebagai cewek gak kayak cowok yang bisa atau mungkin gampang untuk move on" lanjutnya.
Arthur mendekati tubuhnya dengan mantan kekasihnya ini, dan mendekap Aya dalam pelukannya yang terasa di diri Aya hanyalah sebuah kehangatan. Jujur Aya tidak ingin dipeluk lagi oleh Arthur karena pelukan adalah ekspresi Arthur dulu yang pergi meninggalkan dirinya saat di rumah sakit.
Seakan tahu bahwa Aya akan mencoba melepaskan pelukan Arthur, tetapi Arthur malah memperkuat pelukannya. Hingga terdengar suara Arthur disela-sela pelukannya.
"Jangan nangis"
Saat Arthur mengucapkan kalimat itu malah Aya terlihat menjatuhkan air matanya di dekapan Arthur karena sudah tak sanggup menahan semuanya apalagi melihat Arthur pergi dengan kedua mata kepalanya sendiri. Seakan aya teringat akan dahulu yang Arthur pergi meninggalkan nya dengan berjanji akan kembali tetapi kenyataannya malah berbalik 180 derajat ia malah bertunangan dengan orang lain dan orang itu adalah teman sekelasnya pula.
"Eh bawel, udah gak usah nangis. Gue gak kemana-mana" sahut Arthur.
Saat mendengar suara Arthur tidak akan pergi kemana-mana, Aya langsung melonggarkan pelukannya dan beralih mendongakkan kepalanya melihat Arthur.
"Gue disini kan?" Ucap Arthur lagi.
"Kata temen gue lo pergi ninggalin Jakarta"
Mereka yang masih berpelukan tetapi tidak erat akhirnya Arthur melepaskan tangannya dari pinggang Aya dan mulai menatap lekat kedua mata Aya.
"Gue disini kok, dan mungkin itu hoax"
"Mungkin? Maksud lo?" Jawab Aya yang tak percaya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Just You [COMPLETED]
Teen FictionAya seorang siswi dari Star High School yang memiliki 2 orang sahabat yaitu Dita dan Cahya. Ia sedikit jutek terhadap cowok yang ia anggap 'nyebelin' namun seketika juteknya itu sedikit mulai hilang bagai daun yang diterpa angin dan berhembus ntah k...