"Gue suka lihat lo khawatir" sahut Auvan kemudian menangkup wajah Aya menggunakan kedua telapak tangannya.
Aya yang mendengar ucapannya menatap mata Auvan, lagi dan lagi jantung Aya berdegup kencang tidak seirama dengan tempo. Aya menyadarkan dirinya dan mulai menjauhkan tangannya dari jidat Auvan yang tadi ia sentuh, Aya mengalihkan perhatian nya sembari berdiri di depan pintu rumahnya. Auvan hanya menahan tawanya dari tadi, Auvan selalu saja menjahili Aya hingga akhirnya membuat Aya menjadi salah tingkah sendiri.
"Gue masuk, bye!" Ucapnya langsung masuk kedalam rumahnya dan menutup pintu dengan sangat kencang.
Auvan yang melihat gerak gerik Aya hanya menahan tawanya saja, ia menghidupkan kembali motor nya dan pergi meninggalkan rumah Aya. Sedangkan Aya, ia kini tengah bersandar di balik pintu sambil memegang dadanya yang tak henti-hentinya berdegup kencang. Aya tidak ingin apa yang orang-orang asumsi kan itu akan menjadi benar menjadi kenyataan Aya tidak ingin itu terjadi, orang-orang berasumsi bahwa Aya dan Auvan memilik perasaan yang lebih dari sekedar teman, Aya tidak ingin seperti itu lagi. Cukup ia kehilangan Arthur yang menjadi sahabat nya juga, ia tidak ingin kehilangan orang yang membuatnya nyaman untuk kedua kalinya ia masih tak bisa menerima kenyataan seandainya nanti Auvan juga meninggalkan dirinya seperti apa yang Arthur lakukan pada dirinya.
"Aya?" Sahut mamanya.
Aya terbangun dari lamunannya, ia melayang kan senyuman kepada Mamannya dan segera masuk ke dalam kamarnya namun saat ia ingin menaiki anak tangga, mamanya memanggilnya dan membuat Aya mengurungkan niatnya menginjak anak tangga tersebut dan berbalik memandang mamanya yang tengah duduk menonton televisi.
"Aya? Sini dulu deh"
Aya menuju Mamanya yang tengah duduk, "kenapa Ma?" Tanya nya sembari duduk dan melepaskan Sling bag nya dan meletakkan nya di atas kursi.
"Tadi Mama telepon Arthur.." ucap mamanya menggantung.
Aya yang mendengar nama Arthur langsung nyesss, ia hanya tersenyum kikuk kepada Mamanya. Ia yang akan mengetahui bahwa Mamanya pasti akan bertanya mengenai Arthur langsung bangkit dari tempat duduknya, namun mamanya yang tahu akan gerak anaknya langsung celetuk.
"Arthur udah jelasin semuanya, kamu udah putus kan? Dan posisi kamu disini yang tersakiti jadi Mama mohon jangan menyakiti diri kamu sendiri"
BUSHHH
Aya berbalik melihat mamanya dan langsung mendekap mamanya memeluknya sangat erat karena selama 1 bulan ini perasaan kecambuknya emosi marah sedih ia pendam sendirian tanpa meluangkan kepada satu pun keluarganya paling hanya Auvan yang selalu peka kepadanya, mamanya hanya mengelus punggung Aya sedangkan Aya yang sudah tak tahan menahan bendung air matanya tercurah lah semua rasa yang di pendam yang di tutupi selama ini kepada keluarganya.
"Maafin Aya Ma, Aya udah bohong" ucapnya sembari menangis di pelukan mamanya.
"Udah,udah Mama sih berharap kalian tetap berteman baik karena apapun yang di awali dengan kebaikan maka akan berakhir dengan kebaikan pula" ucapnya melepaskan pelukannya.
Aya disitu hanya menunduk kepalanya karena menahan air mata nya agar tidak keluar lagi, Mamanya menaikkan wajah Aya menggunakan jari telunjuknya sembari berkata, "don't cry, smile sayang"
Aya tersenyum sembari meneteskan air matanya lagi, ia tahu ia memiliki Mama yang sangat baik sangat perhatian pada anak-anak nya, Aya sangat bangga dimana ia kini tengah terpuruk ada keluarganya yang bisa membantu nya untuk tetap terus bangkit bangkit dan bangkit. Mamanya kembali duduk di sofa sembari menonton televisi tiba-tiba saja datanglah adiknya dari halaman belakang dengan membawa gadget yang selalu di gunakan adiknya, adiknya melihat ada keanehan pada kakaknya langsung menghampiri kakaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Just You [COMPLETED]
Teen FictionAya seorang siswi dari Star High School yang memiliki 2 orang sahabat yaitu Dita dan Cahya. Ia sedikit jutek terhadap cowok yang ia anggap 'nyebelin' namun seketika juteknya itu sedikit mulai hilang bagai daun yang diterpa angin dan berhembus ntah k...