PART 27 "HOLD"

341 15 0
                                    

Jam di dinding rumah sakit ini telah menunjukkan pukul 14:00 jam segini ia sedang bersiap-siap pulang sekolah bersama kedua sahabatnya tapi hari ini ia harus berdiam diri di rumah sakit sendirian tanpa ditemani oleh siapapun karena adiknya sedang sekolah sedangkan kedua orangtua nya bekerja. Dan ia tidak ingin merepotkan salah satu orang tuanya untuk absen hari ini, ia hanya merasa bosan disini dan ia memencet tombol untuk memanggil perawat, perawat pun dengan sigap langsung datang dan menanyakan kondisinya.
"Apa ada yang sakit nona?" Tanya perawat.
"Ah tidak, aku boleh keluar, aku sangat bosan" pinta Aya.
"Hm, tapi saya yang akan menemani" ucap sang perawat cantik itu.
"Ah tidak perlu, aku cuma ingin ke ruangan Rasya" ucap Aya.
"Ah, baiklah. Saya akan mengantarkan Anda setelah itu saya pergi" ucap sang perawat.
"Okeee" jawab Aya sangat ceria.

Aya pun di antar perawat menuju kamar Rasya dirawat dan perawat selalu memegang tubuhnya dan tiang infus, setibanya di kamar Rasya perawat tersebut pamit. Aya masuk ke dalam ruangan Rasya, Rasya kini sedang tertidur pulas di tempat tidurnya. Pria kecil ini sangat membuatnya bahagia saat tidur saja pria kecil ini saja masih bisa tersenyum manis, Aya duduk di sebelah Rasya sambil melihat wajah Rasya namun tatapan Aya berhenti di mata Rasya. Mata elang yang dimiliki oleh Adam Arthur Malik. Saat ia melihat mata elang itu yang sedang tertutup ia kembali meneteskan air matanya yang sudah kesekian kalinya di hari ini. Rasya yang merasakan sesuatu basah di jarinya akhirnya terbangun dan mendapati kak Aya yang sedang berada di hadapannya dengan mata sembab.

"Kak Aya? Kenapa nangis?" Tanya Arthur polos layaknya anak kecil pada umumnya.
"Kakak sakit ya?" Lanjutnya.
"Kalau sakit Rasya bisa panggilin dokter" timpalnya lagi.

Namun Aya hanya menggelengkan kepalanya dan terus melayangkan senyuman kepada pria kecil yang kini sedang mengkhawatirkan dirinya sehingga Rasya yang terbaring di atas ranjang rumah sakit ini terduduk saking melihat Aya menangis di hadapannya.
"Maaf ya, kakak pasti ganggu Rasya tidur ya?" Ucap Aya mengusap pipi gembul Rasya.
"Kakak jelek kalo nangis" ejek Rasya sambil menghapus air mata di wajah Aya dengan hati-hati.
"Ya ampun, kalo Rasya sekarang umurnya sama kek kak Aya pasti kak Aya suka sama Rasya" ucap Aya.
"Suka? Rasya kan suka kakak" jawabnya polos.

Seandainya yang menghapus air matanya dan berhadapan dengan dirinya sekarang Arthur pasti ia sangat bahagia tapi sayangnya hanya pria kecil yang memiliki mata hitam elang yang mirip dengan Arthur yang melakukan ini semua, tapi ini semua sudah membuatnya kembali melayang kan senyuman. Aya berdiri dari tempat ia duduk dan melihat pemandangan pepohonan di kaca sebesar tubuhnya yang berada di ruangan ini, Rasya pun turun dari tempat tidurnya dengan hati-hati. Kini Rasya sedang berada di belakang nya ia menyentuh jemari Aya hingga membuat Aya menoleh ke sebelah kanan nya, ternyata Rasya sedang menggenggam tangannya dengan lembut dan tak lupa juga senyuman tulus yang selalu anak kecil pancarkan sehingga menampakkan lesung pipi yang tepat berada di kedua pipi cabinya.

"Kak, Rasya mau jalan ke taman" pinta Rasya dengan pipi cabinya.
Aya jongkok agar mensejajarkan tubuhnya dengan pria kecil ini "Rasya kan harus istirahat"
"Tapi kak, Rasya ga mau liat kakak sedih" timpalnya.
"Ya ampun anak kecil kamu tau apa tentang sedih? Heh? Siapa yang ajarin kamu? Inget yaaa kamu masih kecil" ucap Aya gemas mencolet hidung Rasya.

Namun Rasya hanya menarik tangannya keluar dari ruangan ini, dan Aya pun menuruti permintaan Rasya. Rasya menuntut dirinya menuju taman dan berhenti di bawah pohon besar di rumah sakit ini, Aya menghentikan langkahnya ia teringat bahwa ia tidak sengaja bertemu dengan Arthur pada saat Rasya menabrak Arthur kejadian itu membuat Aya tersenyum manis mengingat kejadian itu. Aya yang tersadar karena tangannya dilepas oleh Aya akhirnya berjalan mundur ke arah Aya.
"Kenapa kak?" Tanya Rasya kebingungan.
"Hm, ga. Kita duduk sana yuk" ajak Aya menggendong Rasya yang lumayan berat.

Aya menurunkan Rasya duduk di bangku tepat di bawah pohon besar tempat mereka kemarin duduk, "kamu berat banget sih, pegal nih tangan kakak" omel Aya memanyunkan bibirnya.
"Biarin, berarti Rasya sehat" jawabnya polos.
"Oh iya kak" lanjut Rasya lagi.
Aya mengernyitkan dahinya "iya kenapa sayang?"
"Ga papa" jawab pria kecil ini mengerjai Aya.
"Kamu yaaaa, awas kamu" ucap Aya menggelitik perut Rasya.

Just You [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang