Bab 24 - Ada Tempat Untuk Bersandar

2.5K 217 11
                                    

Lorong sekolah, 7:47 pagi, dengan udara dingin yang khas dan wangi pel lantai serta embun tanaman yang menyegarkan.

"Kak Raken sakit?" tanya Emily dengan rona kaget dan cemas.

"Ha-hah, iya, Em. Overdosis dia," balas Yuda santai.

"Overdosis apa?" tanya Emily, agak tak senang dengan candaan Yuda.

"Overdosis belajar," kata Yuda disambung tawanya sendiri.

Emily tampak cemberut di ambang pintu kelas.

"Sudah, gak apa-apa. Dia cuma gak enak badan aja, kecapekan. Malam dia kerja, siang sampai sore belajar," jelas Yuda.

Emily memutar badan ingin pergi, tapi lengannya ditahan Yuda.

"Mau ke mana?" tanya Yuda.

"UKS," balas Emily sambil menatap Yuda dengan mata beningnya.

"Bentar lagi bel masuk bunyi. Raken gak apa-apa. Lagian ada Ibu Indri juga di UKS. Sudah dikasih obat juga pasti. Biarin dia istirahat," kata Yuda.

Emily memalingkan kembali badannya dan masuk ke kelas bersama Yuda. Sepanjang pelajaran, yang menghiasi pikirannya hanyalah rasa cemas pada Raken, padahal orang yang sedang dia pikirkan sedang tidur nyenyak di ranjang UKS.

"Kepalamu masih pusing?" tanya Bu Indri dari mejanya.

"Gak, Bu," balas Raken sambil membenamkan wajahnya ke bantal.

Raken merasa pusing sekali tadi. Akhir-akhir ini hidup terasa lebih berat baginya karena dia terlalu banyak belajar.

Bagi Raken yang tak biasa belajar dengan begitu sungguh-sungguh, semua itu rasanya amat menyiksa. Otaknya tak sanggup menampung semua materi pelajaran. Dia jadi tak enak badan dan kepalanya pusing.

"Bu," kata Raken disambut gumaman hm Bu Indri yang sedang sibuk menulis. "Kira-kira tahun ini saya lulus gak, ya, Bu?" tanya Raken dengan mata terpejam.

"Lulus gak lulus itu urusan belakangan, yang jelas kamu sudah belajar benar-benar belum? Kalau sudah, gak usah terlalu dipikir, hasil belajarmu pasti gak akan sia-sia," jawab Bu Indri.

"Kalau saya gak lulus lagi tahun ini, kira-kira bakal di D.O sama Pak Kepsek gak, ya, Bu?" tanya Raken disambut tawa tak habis pikir Bu Indri.

"Kamu mau sekolah sepuluh tahun juga gak bakal dikeluarkan, Ken," balas Bu Indri sambil mengganti pulpennya.

Raken tersenyum simpul. "Ibu tega, ya, doain saya SMA sampai sepuluh tahun."

Bu Indri tertawa ringan. "Ya enggaklah. Menurut Ibu kamu lulus kok tahun ini."

Raken tersenyum, masih dengan mata terpejam.

"Habis lulus mau melanjutkan ke mana, Ken?" tanya Bu Indri sambil menutup buku.

"Gak tahu, Bu. Paling cari pekerjaan baru pakai ijazah SMA."

Raken membuka mata, lalu dengan pelan bangun dari tidurnya saat mendengar suara bel istirahat.

"Gak ikut SNMPTN?" tanya Bu Indri.

"Saya? Ikut SNMPTN? Ibu ngelawak, Bu?" tanya Raken tak tahu sopan. "Rapor saya gak bakal dihargai buat daftar SNMPTN, Bu. Orang saya peringkat terkebelakang. Lagian, saya gak mau kuliah, kok, Bu, takut di-D.O," katanya sambil menertawakan diri sendiri.

Bu Indri tersenyum masam. "Yah, gak apalah Ken. Mau kuliah atau enggak sama aja, yang penting hidupmu jadi orang berguna."

"Iya, Bu, tenang. Saya gak bakal jadi penjahat, kok, habis lulus," balas Raken dengan wajah riangnya.

RAKENZATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang