02. keluarga Sefia

2.2K 139 0
                                    

Di Rumahnya Sefia di ceramahin kakaknya. Soal nilainya yang turun. Kakak Sefia emang udah kayak papah sekaligus mamah baginya. Kakak laki-laki yang selalu mengurusi segala hal tentang dirinya. Yang selalu menjaga, menggurui, dan selalu ada untuknya. Kakak laki-laki yang bernama Arief Putra. Yang seolah mendedikasikan hidupnya hanya untuk menyayangi adik semata wayangnya.
Mamah Sefia meninggal ketika Sefia berusia tujuh tahun. Papahnya sibuk kerja dan tidak menikah lagi sampai sekarang. Dan sangat jarang memiliki waktu untuk keluarga. Mungkin bekerja adalah salah satu cara bagi papah untuk melewati hidup tanpa pujaan hatinya. Semenjak mamah meninggal, papah memang jauh lebih sibuk. Tapi baik Arief maupun Sefia memahami papah dan tidak pernah menuntut apapun darinya. Arief dan Sefia juga sangat mandiri menjalani hidup. Meski tanpa bimbingan orang tua tapi mereka berdua saling menguatkan dan menjaga. Sehingga hubungan kakak beradik antara Sefia dan Arief sangatlah erat.

"Akang, bingung dek, sama kamu. Kamu ga aneh-aneh. Tapi kok bisa nilai turun gitu?"

"Gapapa lah, akang. Cuma turun dikit. Katanya nilai bukan segalanya. Nilai aku turun, kok Akang ngomel?" Sahut Sefia dengan nada manja.

"Gapapa sih, gapapa. Tapi ingat sesuatu yang baik itu wajib di pertahankan."

Si Akang Arief emang bijak dan layak menjadi contoh bagi adiknya. Padahal usianya hanya selisih tiga tahun doang sama Sefia. Dan kata - kata bijak Akang membuat Sefia akhirnya menceritakan alasannya yang membuat nilainya menurun.

"Baiklah, kamu gak usah khawatir. Akang bakal cari solusi nya."

Keputusan Akang tidak bisa di ganggu gugat. Itu adalah selogan dan peraturan wajib di rumah ini. Si papah aja mematuhi aturan tersebut. Pokoknya si Akang mah the best.

******
Ketika malam menjelang sebelum tidur si Akang mengetuk kamar Sefia. Dengan malas Sefia menjawab dengan terpaksa.

"Apa sih, Kang? Aku udah mau tidur."

Tapi si Akang bukannya menjawab malah mengetuk lebih keras. Membuat Sefia yang sudah dalam posisi nyaman di atas kasur dengan terpaksa beranjak untuk membuka pintu sambil ngedumel.

"Apaan sih, Akang. Berisik banget tinggal masuk akukan ga pernah kunci pint...." Sefia tidak melanjutkan omelannya ketika tangannya meraih gagang pintu dan membukanya. Karena si Akang dengan senyuman termanisnya berdiri di ambang pintu sambil memegang kue ulang tahun dengan lilin angka 17 diatasnya yang sedang menyala.

"Selamat ulang tahun adikku tersayang." Ucap Akang Arief begitu tulus.

"Ya, ampun. Aku sampe lupa kalo besok aku 17 tahun." Sahut Sefia sambil nyengir.

" Emang kapan kamu pernah inget?" Si Akang sinis manja membalas omongan adiknya itu.

Memang tidak pernah ada perayaan ulang tahun di Rumah ini sejak sang mama meninggal. Karena perayaan ulang tahun hanya akan mengingatkan mereka pada sosok almarhum mama. Di tambah lagi sosok papa yang sangat jarang berada di Rumah. Tapi biarpun begitu selalu ada ucapan sepecial dari Akang untuk Sefia maupun sebaliknya.

"Ayo, tiup lilinnya. Nanti keburu meleleh sampe kuenya." Perintah Akang pada Sefia. Dan Sefia pun menurut lalu memonyongkan bibirnya. "Eit, make a wish dulu." Si Akang mengingatkan.

Tapi Sefia cuman tersenyum pada Akangnya dan langsung memadamkan lilin di atas kue yang di pegang Akangnya tersebut. Setelah meniup barulah Sefia mengungkapkan harapannya.

"Harapan aku di tahun ke 17 ini adalah aku mau hidup mandiri. Dan Akang harus berhenti ngurusin aku."

"Maksud kamu apa sih, dek?" Si akang langsung sewot denger penuturan adeknya itu. Sefia pun dengan tegas mengutarakan maksudnya dengan tetap tenang dan menggenggam sebelah tangan kakaknya itu.

kisah baper tingkat galauTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang