06. Awal perubahaan

1.6K 132 1
                                    

Masih di hari yang sama sepulang sekolah. Hari ini sungguh terasa lain dari hari - hari lainnya bagi Sefia. Dan berasa sangat melelahkan.
Di parkiran saat ingin menghidupkan motornya.

"WOY!" Tiba - tiba entah darimana asalnya Duta menepuk pundak Sefia sambil berteriak kencang membuat Sefia kaget dengan gaya kalemnya. Walaupun Sefia tidak berteriak kaget tapi Sefia cukup terkesiap dan jantungnya terasa menclat dengan ekspresi muke yang melongo. Dan seketika tertegun sesaat. Tapi hanya sesaat setelah itu Sefia mengelus dadanya dan mengambil nafas dalam menenangkan kembali dirinya, setelah itu Sefia berbalik dengan muka kesel dan spontan menonjok bahu Duta yang sedang nyengir puas setelah mengagetkan nya.

"Aw, sakit Fi."

"Rese banget sih Lo. Kaget gue"

" Ya, ampun Lo kaget? Gila lo ya, kaget aja kalem bener." Sambil refleks mencuil pipi Sefia yang tembem. Membuat Sefia memasang muka tambah kesel. Dan refleks mengemplang bahu Duta lagi, tapi kali ini Duta berhasil menghindari serangan Sefia dengan menangkap tangan Sefia dan memegangi tangan itu.

"Galak banget sih, Lo sama gue?" Ucap Duta tiba-tiba.

"Abisnya lu ngeselin." Sefia memberi penjelasan dengan wajah yang begitu imut dan nada merengek kesel. Membuat Duta jujur berkata.

"Abis Lo itu gemesin." Sambil tersenyum manis dan menaik turunkan alisnya menggoda.

"Ih, apaan sih, lo." Membuat Sefia sedikit tersenyum dan mulai melembut. Secara di senyumin semanis itu sama cowok seganteng Duta pastinya lumerlah.

"Udah ah, gue mau pulang. Lepas tangan gue." Sefia meminta tangannya yang sedari tadi di pegangin Duta supaya dilepas karena Sefia emang mau pulang dan ga mau lagi debat Ama Duta. Kali ini Sefia meminta dengan baik.

"Oh, ok." Sambil melepaskan tangannya. Duta bereaksi agak gelagapan karena sepertinya Duta lupa kalo dia megangin tangan Sefia.
Sefia pun mengenakan helm lalu naik motornya dan melajukan motornya.

"Eits. Duta menahan Sefia lagi, kali ini dengan meletakkan tangannya di stang motor Sefia.

"Apa lagi?" Tanya Sefia heran.

"Lo ga nyemangati gue latihan nih?"

"Sejak kapan? Gue nyemangatin Lo?" Sefia Bertanya sinis tapi santai.

"Ya, Lo kan harus jadi maskot suporter gue. Jadi Lo harus latihan." ga penting sih emang. Tapi ga tau kenapa Duta pengen aja bersama Sefia lebih lama.

"Apaan sih Lo? Itu mah gampang gue ga perlu latihan." Jawab Sefia pede. Padahal Sefia sendiri bingung dari mana dia dapet jiwa sepede itu. Tapi ya sudahlah. Mungkin refleks aja biar ga diganggu Duta Mulu.

"Yakin, Lo bisa?" Tanya Duta dengan mimik menantang.

"Liat aja nanti." Sefia semakin pede lalu meninggalkan Duta yang hanya bisa menyeringai ga nyangka liat sikap Sefia. Bagi Duta Sefia benar - benar membuatnya semakin penasaran ingin melihat lebih banyak lagi tentangnya.

Dan sepeninggalan Sefia, Duta pun melakukan apa yang ingin dia lakukan sebelumnya. Duta ke parkiran buat ngambil baju ganti yang masih ada dalam jok motornya. Tapi begitu melihat Sefia, jiwa isengnya langsung muncul. Ngisengin Sefia deh akhirnya.
Setelah selesai dengan urusannya di parkiran. Duta kembali masuk ke Sekolah untuk latihan basket.

*****

Sesampainya di rumah Sefia membuka gerbang sendiri, memasukkan motornya ke garasi, lalu masuk Rumah seraya mengucapkan salam pada Rumah yang besar dan kosong itu. Sefia selalu pergi membawa kunci karena memang kadang ga ada orang jadi biar lebih gampang. Secara papah kerja, akang kuliah, dan mama ga punya.
Sebenarnya ada mbok Sum koki sepecial di rumah ini dan sekaligus pengganti mama. Tapi sekarang dia udah tua dan udah sering sakit jadi kebanyakan ngabisin waktunya di kamarnya. Kalo pekerja rumah tangga lainnya ada dua tapi pulang pergi setiap hari.

Memasuki ruangan demi ruangan yang kosong Sefia melangkahkan kakinya dengan sangat lunglai. Dan begitu memasuki kamarnya Sefia kembali di kaget kan oleh beberapa barang yang tersusun rapih di atas kasurnya.
Barang - barang itu terdiri dari alat-alat meke up, tiga pasang sepatu, tiga dress cantik dengan tiga warna berbeda. Dan sepucuk surat. Sefia pun meraih surat itu lalu membacanya.

Dear adek kesayangan akang.

Dek ini adalah hadiah ulang tahun untuk kamu dari akang.
Karena kamu udah gede akang harap kamupun semakin memperhatikan penampilan kamu.
Kamu itu perempuan, jadi harus cantik, dan peminim. Jangan ikutin gaya akang terus.
Mulai sekarang belajar pake rok ya.
Maafin akang ya, akang gak bisa ngajarin kamu jadi perempuan yang cantik karena akang pun ga tau caranya.
Semoga kamu ngerti maksud akang.

Oh, ya. Satu lagi akang udah daftarin kamu buat les bahasa Inggris. Alamat tempatnya nanti akang WA ke kamu.
Kamu mulai les besok ya.
Baik - baik terus ya dek.
Akang sayang adek.
💖😘

Demikian isi surat si akang. Sebenarnya akang bisa aja tunggu pulang baru kasih hadiahnya. Lalu ngomong langsung. Tapi karena si akang takut dengan suasana yang mungkin tetiba jadi haru. Maka akang lebih milih bikin surat seperti ini.

Dan kekhawatiran si akang pun terjadi. Sefia pun menitihkan air mata seiring matanya menelusuri setiap kata yang tergores di selembar kertas itu. Kata maaf akang yang tidak bisa mengajarinya menjadi perempuan cantik terasa mencubit hatinya.
Selama ini akang udah ngajarin banyak hal buat Sefia. Tapi akang masih saja mengatakan maaf untuk sesuatu yang bahkan ga pernah Sefia pedulikan. Sefia juga sangat berharap agar akang juga tidak lupa memperhatikan dirinya.
Dan perhatian akang yang seperti ini membuat Sefia melow karena otomatis Sefia jadi inget mama.

"Jika saja ada mama. Pasti mama yang akan melakukan semua ini untuk aku." Bisik Sefia dalam hati. Sambil meraih satu dress berwarna merah.

Tapi tiba-tiba dress warna merah itu mengingatkan Sefia pada hukuman yang diberikan Duta padanya.

"Dress code nya harus merah dari ujung kaki sampai ujung kepala"

"Terus rambutnya di kuncir dua lucu banget tuh pasti." Omongan Duta dan Sakti terngiang di telinganya begitu saja. Membuat Sefia jadi kesel lalu melempar dress itu sembarangan di atas kasur lagi sambil ngedumel.

"Ah, gue benci merah. Gara gara Duta ngeselin." Lalu Sefia menghempaskan dirinya di atas kasur dan menenggelamkan wajahnya pada bantal. Dan selanjutnya Sefia pun tertidur pulas. Sepertinya Sefia benar-benar kelelahan.

*****

kisah baper tingkat galauTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang