Ketika jam istirahat tiba. Sakti langsung menghampiri Luna, dan menyapanya ramah dengan sedikit genit.
"Hi, Luna."
"Hi, juga Sakti" Luna menyambut sapaan genit Sakti dengan tak kalah genit. Mereka memang sengaja bertingkah genit dengan tujuan saling bercanda. Lucu sih, jatohnya. Dan ada manis - manisnya gitu.
"Luna, semangati aku dong di lapangan. Aku sama team mau latihan basket nih." Pinta Sakti pada Luna santai. Dan sebelum Luna sempat menjawab tiba - tiba suara lantang Duta memanggil Sakti dan mengajaknya bergegas ke lapangan.
"Woy, Sakti. Ayo Kelapangan, yang lain kelamaan nunggu ntar."
"Iya, iya, gak sabaran banget sih, lu." Sakti bergegas menuju Duta sambil ngoceh. Dan kembali mengajak Luna begitu dia sudah berada di ambang pintu di samping Duta, dengan sedikit berteriak. "Lun, gue tunggu di lapangan ya." Dan Sakti pun langsung berlalu tanpa mempedulikan tanggapan Luna. Intinya Sakti maksa.
"Ajak juga tuh, si kutu buku." Duta menambahkan seraya menunjuk Sefia yang sedang asik membaca novel sedari tadi dengan tatapan matanya. Lalu mereka pun meninggalkan Luna dan Sefia di dalam kelas, dengan harapan mereka bakal nyusul.
"Sefia" panggil Luna pada sahabatnya yang masih saja anteng dengan novelnya. Bahkan saking antengnya Sefia ga ngeh kalo Luna memanggilnya. Akhirnya Lunapun berinisiatif mengambil buku Sefia dari tangannya dengan paksa.
"Apaan sih, Luna? Balikin buku gue." Pinta Sefia agak sengit karena merasa terganggu dengan kelakuan sahabatnya itu.
"Please, stop bacanya, dan temenin gue nontonin latihan Sakti di lapangan sekarang." Luna menangkupkan kedua tangannya tanda memohon kepada Sefia.
"Ogah, ah. Mendingan gue baca. Daripada berada di tengah orang - orang berisik dan riweuh." Tolak Sefia tegas.
"Lu tega sih, sama gue. Gue kan mau liat Sakti latihan. Masa iya, gue sendirian? Temenin gue ayo." Luna terus berusaha membujuk Sefia.
"Disana banyak orang kali Luna. Lu gak bakal sendirian. Udah gih, lu aja. Gue gak mau." Sekali lagi Sefia menolak dengan tegas.
"Kalo gitu baiklah, gue pergi sendirian, tapi setelah gue ludahin setiap lembar ni buku." Luna mengancam dengan ekspresi yang meyakinkan.
"Awas aja lu berani." Sefia balik mengancam dengan lebih sengit.
"Oh, nantangin? Siap! Berani gue." Lalu Luna bergegas menjauh dari Sefia lalu mulai membuka buku dan mengumpulkan ludah sambil memonyongkan bibirnya seolah siap meludah di atas buku itu, dengan tampang menantangnya.
"Ok, ok, gue temenin!" Akhirnya Sefia nyerah karena sejujurnya Sefia anaknya gampang geli dengan hal hal jorok seperti itu. Makannya Sefia ga berani terlalu berusaha merebut bukunya dari Luna dengan adanya ancaman Ludah.
Luna pun tertawa puas melihat Sefia menyerah dan mengikuti kemauannya. Dan Luna pun langsung mengembalikan buku Sefia padanya sambil tersenyum manis dan berkata. "Maaf" dan pada akhirnya mereka berdua bergegas menuju lapangan.
*****
Sesampainya di pinggir lapangan puluhan siswa perempuan sudah meramaikan suasana dengan teriakan semangatnya. Duta dan Sakti pun sudah terlihat lihai mempertontonkan permainan basket mereka bersama team dan team lawannya yang juga menjadi team cadangan karena ini hanya pertandingan latihan. Tapi serunya serupa dengan pertandingan perebutan piala bergilir.
Mendapati suasana seperti ini mood Sefia langsung drop terlihat dari ekspresi wajah nya yang berubah asem. Sedangkan Luna langsung heboh dan ikutan meneriakkan nama Sakti seperti pengemar Sakti lainnya. Penggemar Duta pun tak kalah banyaknya dan meneriakkan namanya dengan lantang menambah keramaian. Membuat Sefia sangat ingin menyumpal kupingnya. Karena bagi Sefia keramaian seperti ini sangat menyebalkan dan super ganggu, pokoknya berisik banget.
Ditambah lagi team ceers yang terus meneriakkan yel-yel mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
kisah baper tingkat galau
Fanfiction(completed) Ketika sahabatnya jatuh cinta. Sefia juga jatuh cinta. Bukan pada orang yang sama.Tapi pada temannya yang bernama Duta. Seseorang yang tiba-tiba muncul dalam hidup Sefia, mengganggu ketenangannya, dan entah bagaimana Duta berhasil membua...