39. Belum nyata

1.1K 145 17
                                    

Lebih dari sahabat tapi juga bukan pacar. Begitulah hubungan Sefia dan Duta. Sekarang mereka makin deket dan semakin saling perhatian. Apalagi semenjak Sefia dihadapkan pada masalah keluarga yang rumit.

Soal hubungan Duta dan Airin masih begitu saja. Duta menemui Airin saat waktunya ketemuan. Airin juga tidak meribetkan kedekatan Sefia dan Duta. Toh, Airin juga gak liat ini.
Airin mah anteng selama gak ada yang mengusik. Dia cukup meyakini apa yang ingin dia inginkan.

Dan kapanpun Duta punya waktu senggang dia akan menggunakannya untuk memastikan Sefia baik - baik saja dengan menelpon atau chat. Ya, begitu saja terus sampai mentok.

Tak terasa udah mau weekend aja. Hari ini hari Jumat dan hari masih pagi. Di rumah Sefia terlihat Semuanya mulai sibuk.

Tante Putri sedang menyiapkan Endan untuk berangkat Sekolah, Putra sedang asik melahap roti nya di meja makan, papah masih bersiap di kamarnya belum keluar kamar.

Dan Sefia sedang mengolesi roti nya sendiri. Sejak kedatangan keluarga yang lain. Akang memang jadi males pergi ke dapur, semuanya lebih memilih diam di kamar jika tidak ada keperluan. Jadi Sefia pun harus menyiapkan kebutuhannya sendiri. Seperti saat ini.

Tapi tetiba akang datang menghampiri Sefia. Dengan berbicara pelan sedikit berbisik Akang pamit pergi sampe malam. Mungkin karena udah kebiasaan kalo akang pamit ke Sefia begitu juga sebaliknya. Jadi, si akang pun hanya pamit ke Sefia.
Dan karena merasa gak enak karena ada Putra sedang makan disitu makannya akang pamitannya agak bisik - bisik.

"WOY! Ada gue kali, gak usah pake bisik - bisik. Bisa salah paham gue." Celetuk Putra agak sinis.

"Apaan sih Lo? Santai aja gue gak tertarik ngomongin anak tiri. Gak usah baper." Kang Arief membalas ocehan Putra dengan gak kalah sinis.

"Lo, jangan sembarangan ngomong bang. Gue bukan anak tiri papah! Gue anak kandung papah! Selama hidup gue papah adalah papah gue." Putra gak terima disebut anak tiri oleh kang Arief. Dan dia nyolot sampe berdiri dari yang semula hanya duduk menikmati roti nya.

Pernyataan Putra ini sontak membuat Sefia dan akang kaget lalu seketika saling melempar pandangan penuh pertanyaan.

"Lo anak kandung papah dan Lo seumuran sama gue?" Tanya Sefia gak percaya.

"Gue bahkan lebih tua dua bulan dibandingkan Lo. Gue ini kakak jadi sebaiknya Lo........." Putra masih emosi dan terus menyauti pertanyaan dengan sinis. Tanpa memikirkan apa yang Sefia dan akang pikirkan. Sampai akhirnya kalimatnya terhenti dan Putra pun mulai memikirkan hal serupa dengan Sefia dan kang Arief.

Akhirnya ketiganya tertegun penuh kebingungan, mereka menyadari masih ada rahasia yang tersembunyi walau mereka sepertinya sudah mengetahui tapi tetap saja rasanya belum. Dan dalam suasana membingungkan ini.
Tante Putri datang ke meja makan. Dan Sefia pun langsung bertanya dengan stress.

"Tante, kenapa Putra lebih tua dari aku kalau dia anak kandung papah? Bukannya Tante menikah dengan papah setelah mama aku meninggal Tante?"

Disaat bersamaan papah pun datang ke meja makan dan sama bingungnya mendengar Sefia bertanya demikian kepada istrinya dengan suasana seperti itu. Ketiga anaknya yang sudah terbilang dewasa dan memahami banyak hal dan merasa di bohongi tengah begitu tegang menanti penjelasan. Yang mungkin sebenarnya sudah jelas.

Sementara Endan hanya terdiam bingung melihat mereka semua tegang.

"Jadi, Papah ninggalin aku sama akang selama ini karena ini? Papah bukan hanya menghianati kita tapi juga mamah? Bahkan papah masih berbohong setelah kita mengetahui papah memiliki mereka? Kenapa papah seperti ini pah?" Seketika tangis Sefia kembali pecah dengan rantaian pertanyaannya.

kisah baper tingkat galauTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang