42. Derita Akang

1.1K 141 12
                                    

Keesokan harinya Sefia pun memutuskan pulang setelah dinasehati, Om Sodrun ba'da sholat berjamaah subuh fajar tadi.

Bahwasannya keluarga adalah rumah sejati tempat semua orang kembali. Semua orang memiliki rumah mereka sendiri. Rumah tidak selalu bagus, dan butuh modal besar untuk membuat rumah menjadi bagus. Dan jika sebuah rumah belum bagus maka bisa direnovasi. Dan modal untuk membangun sebuah keluarga adalah kesabaran dan penerimaan yang ikhlas.

Akhirnya setelah sarapan Sefia pun memutuskan pulang ke rumahnya.
Dengan diantar Miss Dijah dan Duta.

Miss Dijah juga sempat berkenalan dengan papah dan mamah tiri Sefia. Sebelum akhirnya kembali pulang bersama Duta.

Sementara Sefia langsung masuk kamar dan tetap membisu kepada papah maupun Tante Putri. Bahkan Endan yang menyambut hangat kedatangan Sefia pun harus menerima sikap dingin Sefia.

Dikamarnya Sefia sempat membaringkan tubuhnya di kasur. Tapi Sefia merasa begitu tidak nyaman. Setelah beberapa saat Sefia baru keingetan akang Arief. Maka Sefia pun bangun dan melihat kamar kang Arief.

"Akang Lo belum pulang." Tetiba Putra berdiri di belakang Sefia.

Sefia pun hanya diam tidak menanggapi Putra. Dan Putra pun hanya pergi ke dapur Karena memang itu tujuannya keluar dari kamarnya yang tidak jauh letaknya dari kamar Sefia dan kang Arief.

Suasana terasa begitu canggung. Begitu tidak nyaman. Semuanya memang telah berubah sekarang.

"Tapi ada yang lebih penting, aku harus ketemu akang." Ungkap Sefia berusaha menyadarkan dirinya sendiri bahwa memang ada yang lebih penting yang harus dilakukan. Ketimbang hanya meratapi keadaan.

"Mau kemana nak?" Tanya Tante Putri saat melihat Sefia melewati ruang keluarga menuju pintu untuk keluar.

"Mau ketemu akang." Jawab Sefia singkat dan dingin.

"Ajak akang pulang ya!" Pinta Tante Putri begitu tulus dan lembut. Membuat Sefia merasa bersalah telah bersikap dingin padanya. Tapi ya, sudah lah.

Akhirnya Sefia pun bergegas pergi dan tidak mau lagi banyak bicara dengan siapapun di rumah ini.

Lalu sesampainya di rumah Ruby. Sefia disambut oleh seorang mbak. Mbaknya bilang.

"Maaf non. Di rumah lagi gak ada orang."

"Emangnya pada pergi kemana mbak?" Perasaan Sefia mulai gak enak.

"Itu, neng. Mas Arief gak tahu pergi ke mana? Tetiba gak ada di kamarnya. Sekarang semua orang rumah sedang mencarinya."

Bagai disambar petir hati Sefia mendengar berita ini. Sefia pun langsung menaiki motornya. Tapi tunggu Sefia harus tanya dulu pada Ruby.
Akhirnya Sefia pun menelepon Ruby.

"Sefia, maafin aku, aku gak bisa jaga kak Arief. Sekarang aku gak tau dia kemana? Aku masih mencari-cari." Dari ujung telepon nya terdengar suara rengekan tangis Ruby.

Akhirnya Sefia menutup teleponnya setelah memastikan bahwa Akangnya belum ditemukan, sambil menghembuskan nafas berat berusaha menguatkan diri.
Meski pelupuk matanya memanas dan air matanya sudah hampir menetes tapi Sefia segera menyalakan motor lalu segera pergi. Entah pergi kemana pokoknya cari kang Arief.

Jadi, tadi pagi ketika Arief bangun dia langsung pergi ke dapur. Arief berniat untuk minum. Tapi tak sengaja Arief mendengar obrolan antara mamah Ruby Tante Wine dan papah Ruby, si coach Indra.

"Kasian Arief ya, pah! Gak nyangka ternyata dia seorang yatim-piatu. Padahal dia masih sangat muda."

" Lebih kasian anak kita mah, karena dia mencintai Arief."

kisah baper tingkat galauTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang