Minggu pertama di masa libur panjang di jam makan siang.
Duta, Sakti, Luna, Airin, Sefia, dan Putra sedang ngumpul di sebuah cafe sesuai janji yang sudah disepakati bersama sebelumnya. Rencananya setelah makan siang mereka akan bermain bersama seharian. Dan Anas gak tau juga dia dimana? Gak kunjung nongol tuh anak. Padahal bilangnya Udah otw dari tadi.Nah, di cafe ini mereka sedang menikmati makanan sambil ngobrol - ngobrol seru. Tapi gak semua merasakan keseruan tersebut. Tau lah, ya?
Luna dan Sakti uh....... So sweet suap - suapan. Saling ngobrolin sesuatu yang gak penting, gak seru aja mereka bisa ketawa. Airin dan Duta juga kurang lebih sama. Walaupun kelihatan sih, si cewek yang lebih usaha sok romantis. Tapi tetep aja nyesek cuy!
Dan si Putra yang mau aja di ajakin Airin biar bisa nemenin Sefia, biar Sefia gak caper sama Duta, katanya. Kini ngerasain tuh gimana seseknya liat orang yang disukai malah glendotan sama yang lain.
Kurang lebih kini perasaan Sefia dan Putra hampir sama lah." Sefia. Cabut yuk!" Ajak Putra yang emang gak pernah bisa nahan perasaannya entah lewat ucapannya maupun lewat perbuatannya.
"Mau ngajak Sefia kemana Lo?" Tanya Duta Seketika sewot Cem gak rela gitu mau bawa - bawa Sefia pergi. Refleks itu Duta gak nyadar posesif nya kambuh.
"Eh, Duta. Lo kira kita ini patung gak punya perasaan? Udahlah gak usah sok peduli. Kalian mau pacaran udah pacaran aja gak usah bikin kita kayak kambing congek nontonin kalian sok mesra." Lalu dengan gaya seenaknya Putra pun pergi menggeret Sefia keluar dari cafe itu.
Sejujurnya Sefia beneran bersyukur di ajak pergi oleh Putra. Tapi caranya itu lho bikin kesel.
"Apaan sih Lo? Main tarik - tarik aja."
"Eh, Sefia Lo gak gerah apa liat mereka begitu sok lengket makan aja pake suap - suapan. Gue sih ogah nongkrong disono kelamaan nyesek gue?" Oceh Putra jujur.
"Lo suka ya? Sama Airin?" Tanya Sefia mencoba saling memahami walaupun mereka baru ketemu hari ini.
"Lo, juga suka kan sama di Duta?" Putra balik tanya yang sebenarnya memastikan apakah pengamatannya benar atau tidak?
Akhirnya berdua duduk di bangku santai yang tersedia di beberapa titik di mall. Sambil ngobrol mengalir begitu saja.
"Enggak kok, gue gak suka sama Duta." Sefia menolak untuk jujur.
"Aellah! Keliatan kali Sefia . Gak usah bohong Lo sama gue. Keliatan kok!"
"Masa sih? Keliatan? Tapi Duta gak bisa liat?"
"Duta, bukannya gak lihat. Tapi dia takut untuk melihat. "
"Maksudnya?"
"Kalian ngapain disini? Yang lain mana?" Tanya Anas tiba - tiba yang entah dari mana datangnya tetiba dia udah ada aja di hadapan mereka. Dan kini langsung duduk persis di samping Sefia.
"Hai, Nas!" Sambut Sefia ramah dalam mimik yang tidak ceria dan ringan seperti biasanya.
"Yang lain lagi pacaran, kalo Lo mau gabung sama mereka gih Sono. Kita udah kenyang liat mereka. Enek udahan." Putra kembali curcol menjawab pertanyaan Anas yang terabaikan oleh Sefia.
Mendengar hal itu Anas jadi gak mau lagi bahas mereka yang katanya lagi pacaran. Dan cuman mengangguk paham mendengar penjelasan dia yang tidak Anas kenal."Lo baru dateng Nas? Dari mana aja?" Tanya Sefia teralihkan dari obrolannya semula dengan Putra.
"Sumpah macet banget tadi." Jawab Anas sekenanya.
Iya, macet banget. Mana Anas ke Rumah Sefia dulu mau jemput niatnya. Tapi ternyata Sefia udah berangkat duluan. Jadi Anas telatnya dua kali lipat deh.
KAMU SEDANG MEMBACA
kisah baper tingkat galau
Fanfiction(completed) Ketika sahabatnya jatuh cinta. Sefia juga jatuh cinta. Bukan pada orang yang sama.Tapi pada temannya yang bernama Duta. Seseorang yang tiba-tiba muncul dalam hidup Sefia, mengganggu ketenangannya, dan entah bagaimana Duta berhasil membua...