32. Cemas

1.3K 164 17
                                    


Sabtu sore Sefia mulai resah. Di kamar berasa sumpek keluar kamar tetep gak merasa lega.

"Aduuuh! Belum apa-apa aku udah gak jelas gini! Gimana nanti kalo beneran bareng Duta dan dia bakalan sibuk dan care ke Airin. Mana aku kuat?" Keluh Sefia cemas.

Hanya dengan mikirinnya aja udah nyesek mana kalo kejadian.

Apa cari alasan aja biar gak usah pergi? Tapi alasannya apa? Aku pura - pura sakit? Ah, ntar mereka malah nengokin. Ketahuan deh bohongnya. Gimana atuh??????
Sefia bener bener - bener dan sungguh - sungguh gak mau pergi.

"Dek, mandi dek, udah sore masih lecek aja." Si akang yang baru pulang Futsal dengan wajah yang lelah. Dan gak dijawab salamnya langsung menegur adiknya yang terlihat begitu lecek karena sedari tadi terus mengacak - ngacak rambut dan wajahnya itu.

"Eh, akang udah pulang?" Sambut Sefia agak kaget karena baru menyadari kehadiran kakaknya itu sambil mencium tangannya.

"Kamu gak pergi dek malam ini?" Si akang ngajakin ngobrol. Sambil duduk di sofa seraya merebahkan diri. Kayaknya akang Arief lelah banget wajahnya aja agak pucat.

"Aku ada pergi sama Luna dan yang lainnya." Jawab Sefia sangat malas. Seraya duduk juga di samping Akangnya dan bersandar manja padanya.

"Mau pergi kok lemes gitu?"

"Gapapa cuman sebenarnya males, tapi gak enak kalo gak pergi. Gimana dong?"

"Kamu itu udah gede, harus banyak bergaul masa mau jalan sama temen- temen aja malas. Gimana kamu ini dek?"

"Iya, aku tahu. Makannya aku mau pergi walaupun sebenarnya gak mau. Ya, udah ah aku mandi dulu."

Akhirnya Sefia beranjak ke atas mau ke kamar untuk mandi dan bersiap-siap.
Si akang juga naik ke atas karena mau bersihin badan. Ntar mau pergi juga. Mau ketemuan sama Ruby.

Kini matahari sudah terbenam, Sefia sudah siap dengan penampilan kasual. Entah kenapa rasanya begitu berbeda dengan saat ketika dirinya mau menemui Duta tempo lalu.
Waktu itu Sefia begitu bersemangat dan begitu ingin terlihat cantik. Sedangkan sekarang Sefia merasa begitu lemas apalagi berdandan gak ada hasrat sama sekali.

"Sefia aku sama Sakti, Duta dan Airin. Udah sampe mall nih. Kamu jangan lama-lama ya. Kita tunggu di mall." Demikian chat dari Luna mengingatkan bahwa inilah saatnya pergi.

Tapi alih-alih pergi Sefia malah meraih buku Diary dan menggoreskan beberapa kata disana.

Daer..... Duta!
Aku gak mau ketemu kamu saat kamu sedang bersamanya.
Membayangkannya saja hatiku sudah sesak. Gimana jadinya jika aku beneran disana bersama mu dan dia. Aku pernah sekali dan gak mau mengulangnya lagi.
Aku beneran gak sanggup Duta, aku harus gimana?

Lalu Sefia menghentikan menulisnya lalu berdoa dalam hati.
"Ya, Alloh! Tolong aku, aku gak mau pergi. Bantu aku membuat alasan supaya aku gak usah pergi. Kau maha kuasa atas segala sesuatu di dunia ini ya Alloh. Tolong aku." Aamiin Sefia pun mengakhiri doanya lalu menyampirkan tas dan keluar dari kamar. Karena gimanapun juga Sefia tetep harus pergi.

"Akang....... Akang......." Kemudian Sefia turun ke bawah dan mencari sosok Akang untuk pamit. Tapi karena gak menemukan Akangnya di bawah Sefia pun naik lagi ke atas dan mengetuk kamar Akangnya. Dan setelah mengetuk pintu walaupun tidak mendapat Jawaban Sefia langsung masuk karena udah kebiasaan.

"Astaghfirullah Akang!" Sefia bergegas lari menghampiri Akangnya yang tergeletak di lantai. Dan seketika tangis Sefia pun pecah dan memanggil - manggil akangnya yang tidak sadarkan diri tersebut.

"Akang bangun, akang kenapa? Akang hiks hiks hiks....."  Dalam kesedihan bercampur panik akhirnya Sefia merogoh hanpone di tasnya lalu menelpon ambulance meminta bantuan sambil terisak-isak.

kisah baper tingkat galauTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang