37. Kenyataan

1.1K 161 11
                                    

Kini jauh dari cafe tempat Sefia melihat papahnya dan keluarga Putra.

Sefia hanya bisa menangis dalam pelukan Duta sambil terus mempertanyakan.

"Kenapa Putra manggil papa aku papah juga? Kenapa papah bohong dengan bilang bertugas di luar kota?" Dengan air matanya yang tak terbendung.

Lalu tetiba Kang Arief datang bersama Ruby. Dengan Sewot si akang menjewer kuping Duta sambil berkata.

"Ngapain Lo meluk - meluk adek gue?" Tanpa melihat wajah adeknya yang memang membelakanginya.

Sementara Sefia yang menyadari kedatangan Akangnya langsung keluar dari pelukan Duta dan berpindah memeluk Akangnya. Sambil terus menangis.

"Lo apain adek gue?" Tanya kang Arief sewot dan cemas ke Duta tapi Duta cuman diam. Duta tidak bisa menjelaskan semuanya pada kang Arief.

"Aku liat papah akang. Papah sama keluarga lain. Dan mereka manggil papah kita papah juga akang." Rengek Sefia dalam tangisnya. Ruby dan Arief pun cukup kaget mendengarnya.

"Dimana dek? Dimana? Kasih tau akang?" Desak kang Arief yang mendadak emosi.

"Di cafe itu kang." Sefia pun memberi tahu akangnya sambil terus saja menangis.

"Kamu tunggu disini." Perintah Arief pada Sefia sementara Kang Arief bergegas pergi ke cafe itu untuk memastikannya sendiri. Ruby pun mengejar Arief dengan niat menghentikan, karena bagaimanapun juga ini masalah keluarga. Mereka harus menyelesaikannya di rumah.

Dan ternyata Arief pun tak sekuat itu. Langkahnya terhenti seketika di ambang pintu masuk cafe. Dilihatnya papah yang sangat dihormatinya sedang terlihat bahagia dengan mereka. Benar, mereka terlihat seperti keluarga.

Awalnya niat Arief untuk memastikan, menghampiri, dan akan bertanya langsung. Tapi hanya dengan melihat mereka dari jauh saja rasanya begitu menyesakkan dada. Kepercayaan, dan kebanggaan dalam hati Arief terhadap sang papah meragu seketika.

"Kak Arief, pulang yuk! Kita tunggu om di rumah baru membicarakan semuanya." Ajak Ruby dengan lembut penuh pengertian dan rasa simpatik yang dalam. Seraya memeluk Arief yang tertegun disana.

"Ada apa ini?" Tanya Miss Dijah heran ketika melihat Ruby dan Arief saling berpeluk di ambang pintu masuk cafe. Dan mengajak mereka berdua mendekat pada Duta yang sedang menjadi sandaran Sefia.

"Apa yang sebenarnya terjadi?" Tanya Miss Dijah lagi semakin tidak memahami situasi melihat raut keempat anak muda itu memasang wajah yang begitu sedih.

Dan kali ini akhirnya Duta yang menjelaskan.

"Ya, udah. Sekarang kalian pulang. Tunggu papah kalian di Rumah. Dan bicarakan baik-baik masalah ini denganya di rumah. Beliau pasti punya alasan untuk semua ini."

Akhirnya mereka semua pulang. Miss Dijah memutuskan pulang sendiri. Sedangkan Duta mengantarkan kang Arief, Sefia, dan Ruby ke rumah Sefia. Karena gak mungkin membiarkan Ruby menyetir dan menenangkan kakak beradik yang sedang gundah sendirian.

Pada akhirnya di mobil Duta yang menyetir. Kang Arief sibuk nelponin papah yang tidak kunjung di angkat di kursi depan. Sedangkan Ruby memeluk Sefia di bangku belakang.

Duta dan Ruby menemani Sefia dan Arief di rumah mereka sampai papah mereka pulang. Satu jam lamanya Arief terus mencoba menghubungi papahnya. Dan setelah satu jam itu baru Arief bisa menghubungi papahnya.

"Pulang pah! Arief dan adek udah liat papah di cafe bareng keluarga itu. Papah harus jelasin semuanya ke aku dan adek."

Setelah tiga puluh menit kemudian papah pun pulang ke rumah. Dengan wajah penuh kekhawatiran.

kisah baper tingkat galauTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang