Bantu vote dan komennya yaa..
thx, happy reading ^^***
Birmingham, Inggris
09:46 AM"Phillips! Cepatlah bangun!" panggil seorang wanita berparas aristokrat di samping tempat tidur berukuran king size seraya menyilangkan tangannya di depan dada. Sudah lebih dari lima menit ia berdiri di sini dan sisa kesabarannya hampir menyentuh batas minimal.
"Oh, siapakah yang sedang Bibi panggil? Bibi tahu? Ada banyak Phillips di rumah ini," racau laki-laki yang semakin meringkuk ke dalam selimut yang memberinya kehangatan setiap malam.
Lily Anthony Phillips berdecak kesal, menghadapi tingkah laku keponakan yang sudah ia anggap layaknya putra sendiri.
"Tentu saja ada banyak Phillips di rumah ini. Tapi kau satu-satunya yang masih meringkuk seperti kepompong di atas tempat tidur. Anak-anak bebek yang baru menetas minggu lalu saja sudah berjalan-jalan di pinggir danau belakang bersama induknya sekarang, kau tahu?"
"Aku tak percaya Bibi menyamakanku dengan bebek-bebek sialan yang berisik itu," gerutu laki-laki itu dari dalam selimut yang kini menutupi wajahnya.
"Kepalaku baru saja mencium bantal ketika suara Bibi yang lebih kencang dari alarm-ku itu berkumandang," keluh Sam, sebut saja namanya. Dia menarik selimut dari wajahnya dan menatap malas-malasan wanita paruh baya yang berdiri di samping ranjangnya.
"Samuel Alan Phillips!" seru Lily dengan suara memperingatkan.
"Aku yakin kau tidak akan setenang ini ketika mengetahui akan ada orang lain yang mungkin mengancam posisi pertama-mu sebagai pewaris harta keluarga Phillips!"
"Jangan bercanda, Bibiku sayang. Seisi kota ini bahkan semut-semut di dalam tanah sekali pun mengetahui aku-lah satu-satunya pewaris urutan pertama keluarga Phillips," balas Sam tergelak kecil, sedikit meremehkan kalimat sang Bibi.
"Tidak, sebelum kau melihat yang satu ini," jawab Lily dengan nada serius, membuat Sam seketika bangkit duduk dan terdiam waspada melihat Bibinya mengibaskan sesuatu di tangannya.
"What the hell is this?! Sebenarnya, apa yang selama ini dilakukan oleh si tua bangka Phillips di negeri itu?!" cetus Sam yang terkejut. Ia melotot tak percaya menatap lembaran kertas yang kini berada dalam genggamannya.
Sam menoleh menatap ngeri pada Lily yang duduk di tepi ranjangnya, "Dari mana Bibi mendapatkan ini? Aku harap Bibi menyembunyikan dan menjauhkan kertas-kertas ini agar tidak diketahui siapa pun."
"Mrs. Nora menemukannya di depan pintu pagi ini. Entah siapa yang menyimpannya di sana. Saat pertama kali mendapatkannya, itulah hal pertama yang ingin kulakukan, Sam. Memusnahkannya. Seandainya saja aku bisa," Lily mengangkat kedua bahunya pasrah. Menatap prihatin keponakan berwajah mendung di depannya.
"Maksud Bibi?" tanya Sam was-was, mencoba meyakinkan dirinya sendiri dan berharap dugaannya salah.
"Tidakkah kau sadar? Kita hidup di zaman di mana segala sesuatunya serba kilat dan cepat. Kecepatan mobil sport jutaan dollar-mu saja mungkin sudah terkalahkan oleh kecepatan mulut-mulut lapar yang menyebarkan berita panas seperti ini," bisik Lily muram.
"Beberapa koran harian lokal juga situs-situs berita di dunia maya menempatkan berita ini sebagai topik utama—" Lily belum menyelesaikan ucapannya ketika Sam meraih telepon wireless dari nakas kecil di samping tempat tidurnya.
"Shit!!" umpat Sam seraya menekan tombol pada telepon. Sebelah tangannya bergerak ke keningnya yang mendadak nyeri memikirkan semua ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Perfect Poison
RomanceSamuel Alan Phillips terpaksa menginjakkan kaki di tempat yang tak pernah ingin dia datangi lagi demi memberi peringatan kepada dalang di balik semua kekacauan yang mencemarkan nama baik keluarganya. Kekacauan yang juga mengancam akan mendepaknya da...