Matthew0702 Mungkin, di esok hari, pendaran senja yang membias di langit sore akan selalu mengingatkanku pada senyummu. Karena, tak akan pernah ada kita di masa depan. Juga karena sepertinya takdir memang tidak menggariskanmu untukku. ENP.
Tiga huruf di akhir barisan kata puitis itu sejak setengah jam lalu membuat Samuel sibuk menerka-nerka dan berakhir pada satu kesimpulan pasti. Kesimpulan yang bertanggung jawab atas amarah yang mulai mendidih di kepalanya.
Erland Nathanael Phillips. Atau, sebutkan alasan lain yang bisa merubah pendirian Samuel jika tiga kata tersebut bukanlah singkatan dari sebuah nama.
Seraya menggulir layar ponsel dengan telunjuknya, kedua mata Samuel bergerak naik ke bagian atas layar yang tengah menampilkan figur perempuan dalam sebuah video berdurasi singkat.
Tak banyak yang bisa dilihat dari video tersebut. Tapi beberapa detik itu sudah cukup membuat Samuel menyadari betapa menyiksa rindu yang tengah dirasanya.
Ketika perempuan itu berada di balkon dengan mata memandang jauh pada biasan jingga di langit senja.
Ketika perempuan itu berbalik saat menyadari langkah kaki seseorang di belakangnya.
Dan juga ketika senyum gugup menghiasi bibir yang pernah begitu menggoda untuk Samuel kecup untuk merasakan manis yang terpatri di sana.
Man, apa yang Samuel lihat saat ini—video yang Matthew sialan unggah di laman sosial media—benar-benar membuat Samuel merasa déjà vu.
Benar-benar membuat Samuel terlempar kembali pada masa-masa Ilmira masih berada di dekatnya. Cukup dekat untuk Samuel bisa merengkuhnya ke dalam pelukan.
Ya, ya. Ingatkan aku untuk selalu memeluknya sesering mungkin nanti.
Bicara soal Matthew, menumbuhkan kembali getar kemurkaan di tubuhnya.
Entah sudah berapa hari ia dan David memantau sosial media Matthew atau Erland atau—Samuel lebih suka menyebutnya sebagai biang keladi—dan baru kali ini menemukan titik terang.
Seraya meredam gejolak amarah di dalam dirinya, Samuel menggeram pelan, "Si keparat itu! Bagaimana bisa dia melakukan ini?!"
Sial mungkin belum cukup untuk menggambarkan situasi yang membelenggu mereka selama ini.
Demi Tuhan, Erland adalah sepupu terdekatnya. Belasan tahun mereka tumbuh dan tinggal bersama sebelum akhirnya sepupunya itu keluar dari kediaman Phillips akibat perpisahan antara Jeremy dan Lily yang membuat hak asuh Erland jatuh ke tangan Jeremy.
Ternyata, menyandang nama belakang yang sama bukan berarti mereka bisa merasa aman terhadap satu sama lain.
"Semua ini semakin jelas dan terkesan mendadak. Apakah mungkin si keparat itu mengetahui jika dia sedang di awasi?"
"Mungkin. Tapi seharusnya hal itu membuatnya menjadi semakin hati-hati," jawab David sebelum melanjutkan ucapannya. "Kita tidak akan tahu sampai kita menemukan mereka."
David menambahkan lagi, "Erland tidak mungkin berada di balik ini seorang diri. Apa kau lupa, Erland selalu menuruti perintah ayahnya? Bahkan aku yakin Erland akan melompat ke dalam jurang jika Jeremy memintanya melakukan hal tersebut. Jadi bukan tidak mungkin Jeremy yang paling bertanggung jawab atas seluruh tragedi yang terjadi pada keluargamu. Mengingat tabiat pamanmu yang sudah kita semua ketahui."
"Bajingan!" Samuel berseru sambil bangkit dari duduknya, tak tahan dengan perasaan campur aduk dalam dirinya.
Putus asa karena masalah internal perusahaan sekarang membuatnya tak berdaya, menghentikan keinginannya untuk terbang langsung ke kampung halamannya dan saat ini yang bisa ia lakukan hanyalah menunggu.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Perfect Poison
RomanceSamuel Alan Phillips terpaksa menginjakkan kaki di tempat yang tak pernah ingin dia datangi lagi demi memberi peringatan kepada dalang di balik semua kekacauan yang mencemarkan nama baik keluarganya. Kekacauan yang juga mengancam akan mendepaknya da...