Minta votenya dulu bolekah? hhi
Selamat membaca ^^
================================"A thought is a hard thing to control."
***
Detik demi detik yang terus bergulir menjadi menit tak membuat Samuel melepaskan dekapannya untuk sekedar memberi Ilmira kesempatan bernapas karena perempuan itu pasti sudah menahan napas ketika kedua lengan kekar Samuel mulai melingkari tubuhnya.
Merasakan Ilmira yang tak merespon atau bahkan menolak pelukannya, malah membuat pria itu semakin berani bertindak lebih jauh.
Setelah sekali lagi meremas tubuh mungil dalam pelukannya, Samuel melepas tangannya hanya untuk menunduk dan merangkum wajah Ilmira di tangannya lalu kembali terhanyut ke dalam wajah polos yang membuatnya mengesampingkan tujuan kedatangannya ke sini.
Persetan dengan tujuannya itu! Saat ini, Samuel hanya ingin memuaskan perasaan mengganggu yang dihasilkan oleh racun-nya ini.
"Kau memang racun. Yang kapan saja bisa melumpuhkanku, yang seharusnya aku jauhi. Tapi anehnya, aku tak bisa begitu saja mengabaikanmu. Ini—menakutkan."
Menakutkan karena Samuel takut ia akan ikut terjatuh untuk kemudian lumpuh oleh perempuan yang menjadi penyebab benang kusut masalah yang menimpa keluarganya.
Penyebab ia yang mungkin akan tergeser dari posisi pertama pewaris kekayaan keluarga Phillips. Karena jika Ayahnya sampai menikahi Ilmira, tentu 'harta karun' yang ia terima akan 'sedikit' berkurang.
Dan, perempuan itu juga penyebab Sang Ayah berpaling dari ibunya.
Manik pekat Ilmira menyelami kedalaman tak berujung dari manik biru di depannya. Mencari-cari maksud dari ucapan sang pemilik mata biru tadi—yang membuat perempuan itu meremang penuh antisipasi.
Siapa yang menyangka, sorot yang Ilmira tebar rupanya membuat Samuel tenggelam lebih dalam, membuat pria itu semakin terseret ke dalam pekatnya.
Samuel tidak tahu setan penggoda macam apa yang melintas di antara mereka karena dalam se-persekian detik selanjutnya Samuel merasakan kelembutan di bibirnya saat ia tanpa sadar mengunci bibir Mira dalam kecupannya.
Apakah bibir perempuan selalu terasa lembut seperti ini setelah menangis? desah Samuel di tengah pagutannya dengan mata terpejam.
Tangan laki-laki itu melepas rengkuhannya dari wajah Ilmira dan bergerak merengkuh pinggang perempuan itu merapat pada tubuh tegapnya.
Tidak butuh waktu lama untuk Ilmira tersentak sadar dari keterkejutannya dan melepas diri dari sentuhan dan kurungan lengan Samuel.
"Apakah seperti ini kau memperlakukan seseorang yang bahkan tak kau kenal?!" pekik Ilmira syok, mengangkat tangannya untuk menghapus bekas sentuhan Samuel pada bibirnya dengan satu gerakan cepat. Insting mempertahankan diri memerintahkan kedua kakinya untuk mundur dan menjauh.
Demi tujuh lapis langit dan tujuh lapis bumi, mereka sedang berada di kantor!
Kata-kata tidak senonoh—yang seharusnya masuk ke dalam kamus kata terlarang—apalagi yang akan rekan kerjanya umpankan ketika memergoki Ilmira dan Samuel dalam kondisi layak sensor seperti ini?
Oh, celaka dua belas.
"Tentu saja tidak. Hanya kau. Siapa bilang aku tidak mengenalmu? Kau, racun. Kau dengan semua kepolosanmu yang sudah berhasil melumpuhkan Ayahku." Dengan seringai iblis Samuel menjawab pada Ilmira yang perlahan meringsut menjauhinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Perfect Poison
RomanceSamuel Alan Phillips terpaksa menginjakkan kaki di tempat yang tak pernah ingin dia datangi lagi demi memberi peringatan kepada dalang di balik semua kekacauan yang mencemarkan nama baik keluarganya. Kekacauan yang juga mengancam akan mendepaknya da...