[2] Such a Nightmare

3.1K 225 192
                                    

Tolong dukung aku dengan tekan vote-nya dulu boleh gak? hehe
Abis tu, minta komen2nya hhi ;)

Thx, happy reading ^^

***

Dua bulan yang lalu...

Jakarta, Indonesia
13.23 WIB

Mendung dari awan gelap yang menggantung di atas langit mungkin tidak sekelam suasana hati seorang perempuan cantik berambut hitam yang sedang merenung di balkon kamarnya.

Sejak kepulangannya dari rumah Aidan—mantan kekasihnya yang sudah berbahagia dengan pernikahannya, perempuan itu merasa jika rasa bersalah yang mengganggu pikirannya selama ini mulai memudar seiring pintu maaf yang telah dibuka oleh orang-orang yang telah ia sakiti.

Dia cukup beruntung karena Indira—istri mantan kekasihnya, masih mau membukakan pintu maaf setelah dosa besar yang ia lakukan.

Dan dia, Ilmira Nilam Maheswari, akan memenuhi keinginan mereka untuk menjauh dan pergi. Sebelum rasa ingin memiliki itu kembali dan menghantui pikirannya.

Kedua mata perempuan itu masih menatap tanpa fokus satu titik di depan sana ketika bunyi pintu terbuka mengalihkan perhatiannya.

"Nona Mira, Tuan dan Nyonya baru saja tiba. Mereka bilang ingin bertemu Nona. Sekarang mereka sudah menunggu di ruang tamu."

Ucapan pelayan itu membuat Mira mendengus pelan. Dia jelas mengetahui apa yang akan dibicarakan kedua orang tuanya.

Masalah pendamping hidup. Padahal dia masih 25, muda, cemerlang dalam karir, juga barisan para pria yang mengantri untuk mendapatkan hatinya. Walau tak ada satu pun yang mampu membuat lututnya berubah menjadi agar-agar ketika berhadapan dengan salah satu dari mereka.

Dia memang merana karena kandasnya hubungan dengan sang mantan kekasih, tapi bukan berarti dia perempuan kesepian yang seolah sedang haus belaian hingga diharuskan mencari pendamping hidup secepat mungkin.

Apa mereka pikir, mencari pendamping hidup itu semudah mencari pakaian baru? Oh, asal tahu saja, untuk mencari sehelai pakaian saja ia harus mondar-mandir dari satu toko ke toko lainnya selama berjam-jam hingga kedua kakinya mengancam akan mogok berjalan.

Apalagi mencari pendamping hidup! Perempuan itu menggeleng tak paham seraya melangkahkan kedua kaki keluar dari sarangnya.

"Aku belum tertarik untuk mencari pendamping hidup. Aku masih ingin menikmati masa mudaku. Bukankah Ayah dan Ibu juga pernah muda?" ucap Mira, membuka percakapan.

Kedua orang tuanya tiba-tiba mematung layaknya sepasang manekin tanpa nyawa mendengar perkataan putrinya.

Mira tahu pasti, akan ada magma dan lahar panas yang siap meletup dari gunung api yang mungkin sebentar lagi akan meledak. Dia yakin sekali, akan ada berita besar ketika suasana mendadak horor seperti ini.

"Tentu, kau masih muda. Tapi, kau satu-satunya yang bisa kami harapan. Tidakkah kau ingin membahagiakan kami?" pinta sang Ibu pelan, dengan harapan penuh pada suaranya.

"Seumur hidupku, selama 25 tahun, tidak ada lagi yang kuinginkan selain membahagiakan kalian..." bisik Mira, menatap sepasang pria wanita menawan dengan kerutan-kerutan halus pertanda bertambahnya usia di wajah mereka.

"Tapi untuk sekali ini saja, izinkan aku untuk belajar berdiri di atas kakiku sendiri. Ibu tahu? aku masih memiliki mimpi yang ingin kuraih. Tentu semua itu untuk membahagiakan kalian juga."

My Perfect PoisonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang