[12] Fainted

1.8K 188 75
                                    

Minta votenya dulu bolekah? komennya juga deh hhi
Happy reading ^^^
================================

"Every inch of you is just perfect."

***

"Turunkan aku sekarang juga, Phillips!!" Ilmira berteriak frustasi pada Samuel yang melangkah keluar lift, masih bertahan memanggul perempuan itu di bahunya.

Berada di posisi seperti ini dengan kepala menggantung ke bawah tentu membuatnya pening. Ilmira bersumpah seluruh darahnya pasti sedang ber-migrasi massal menuju kepala. Membuat kepalanya semakin berat, belum lagi kedua pandangannya sedikit mengabur dan berputar sekarang.

Putus asa karena tak mendapat respon, dia mendesah keras sambil menerang pelan menahan pening, "Selain ber-otak dangkal ternyata kau juga tuli, hah? Apa kekayaan keluargamu yang tak terbatas itu tak cukup untuk membeli cotton buds?"

"Young lady, apa kau tahu kalau saat ini tanganku terasa gatal ingin memukul pantatmu?" ancam Samuel, meregangkan jemarinya. Kepalanya sedikit menengok ke belakang pada Ilmira yang tiba-tiba memberikan cubitan mematikan pada punggungnya.

Samuel mengerling dan menjawab dengan suara iseng, "Mencubit, eh?"

Suara pekikan khas wanita membuat laki-laki itu terlonjak. Ilmira berteriak di belakang kepalanya, "Young Phillips!" Perempuan dengan blouse berwarna peach itu membalikkan kata-kata Samuel.

"Kakiku cukup panjang untuk mencapai aset-mu dan menendangnya dengan high heels-ku. Kau mau aku menghancurkan masa depanmu?!"

Ancaman yang terdengar tidak main-main itu membuat Samuel bergidik, ngeri membayangkan ia akan menjadi laki-laki yang tidak laki. Dengan alat tanpa adanya manfaat. Ck.

Ia lalu menurunkan Ilmira yang tak siap, merosot di badan Samuel yang secara spontan meraih tubuh Ilmira di lengannya sebelum perempuan itu bisa saja bersimpuh di lantai lobi kantor tempatnya bekerja.

Debaran yang bertalu di dada Ilmira saat tubuhnya melekat erat di tubuh Samuel, membuat perempuan itu tersentak dan dengan masih menahan pening melepaskan diri lalu merapikan rok-nya yang sedikit terangkat.

Baru saja menghirup napas lega karena akhirnya terbebas dari bahu sialan itu, Ilmira kembali memekik saat Samuel membungkuk lalu meraih kaki serta punggung Ilmira dan mengangkat tubuhnya ala bridal style.

Sebagai wanita normal dan lurus, Ilmira pernah memimpikan berada di posisi ini. Sebagai seorang pengantin yang berbahagia di atas lengan pangeran impiannya yang tampan.

Bukan di atas Phillips yang tampan tapi membuat dia hipertensi dan terancam mati muda!

Memikirkan itu, Ilmira baru akan kembali mengomel ketika Samuel mengambil alih pembicaraan lebih dulu, "Jangan harap aku akan melepaskanmu, lady."

Wajah Samuel berada begitu dekat hingga Ilmira bisa merasakan pucuk hidung bangir Samuel menyentuh hidungnya.

Ilmira membuang muka, memaki dadanya karena berdentum-dentum kencang menatap mata biru indah itu.

"Menyerah, racun?" ejek Samuel mengeratkan rengkuhannya.

Membisu. Hanya itu yang bisa Ilmira lakukan, merasa usahanya sia-sia saja untuk melepas diri.

Secara sembunyi-sembunyi perempuan itu memijat keningnya, tak ingin terlihat lemah terlebih di depan si Phillips yang menyebalkan.

Jangan di sini. Jangan di hadapan laki-laki ini, batinnya. Khawatir vertigo yang selalu menyerangnya tanpa permisi tiba-tiba muncul di waktu yang tak tepat.

My Perfect PoisonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang