[20] Putus Asa

1.6K 179 70
                                    

Boleh minta votenya sebelum baca? Abis tu, komennya jugak hehe thx
oh, part ini lebiiih panjang lagi, moga ga bosen :( terus agak sedikit nganu jugak, harap maklum XD
happy reading ^^
================================

"I didn't try to kill myself,
i was trying to make the sh*t stop."

-Ilmira N. Maheswari-

***

Suara tetes demi tetes air yang meluncur keluar dari keran yang tak tertutup sempurna merupakan satu-satunya pertanda bahwa ternyata ia masih hidup dan bernapas.

Hidupnya yang terasa penuh drama bagaikan sinetron kejar tayang murahan yang selalu ibunya lihat setiap malam.

Tidak lucu, ia bahkan tidak bisa menentukan sendiri apa yang harus ia lakukan setiap harinya semenjak nilai-nya di mata sang Ayah dan Ibu tidak jauh lebih penting dari lembaran rupiah.

Sebelah tangan Ilmira bergetar hebat di atas tangannya yang lain. Tekadnya belum sepenuhnya bulat untuk melaksanakan niat gila dan nekatnya ini.

Sepuluh persen kesadarannya, masih memberinya peringatan untuk mundur dan mencari jalan lain guna membebaskan diri dari situasi yang membuatnya putus asa seperti ini.

Sembilan puluh persen sisanya, kembali mengambil alih pikiran dan akal sehatnya.

Tidak ada lagi yang menginginkan keberadaanmu. Tidak mantan kekasihmu yang sudah bahagia bersama istrinya, tidak si Phillips muda yang selalu berusaha mendepakmu, tidak sahabat-sahabat penghisapmu, bahkan tidak juga orang tuamu.

Maka, untuk apa kau melanjutkan hidup ketika yang mereka inginkan adalah kepergianmu?

Dengan kalimat-kalimat menyesatkan di dalam kepalanya, Ilmira yang berada di ambang batas kesadaran dan jarum putus asanya tengah menunjuk angka maksimal itu akhirnya melaksanakan niat gilanya.

Jika kalian memang menginginkan aku pergi, maka aku akan pergi. Ilmira mengulang kata-kata yang pernah ia ucapkan sebelumnya.

Perlahan, kepalanya terkulai jatuh ke lantai seiring jatuhnya benda tajam dari telapak tangannya yang kini terbuka.

Dari sebelah tangannya yang lain, pada pergelangan tangan yang sama-sama terkulai, mengalir cairan kental merah yang kini mulai menggenang di sekitar tangan perempuan yang tergeletak di atas lantai kamar mandi yang dingin itu.

Dalam kondisi tubuh yang serasa lumpuh, Ilmira merasakan perih yang tak terperi pada sayatan di pergelangan tangannya.

Ke manakah aku setelah ini? Surga atau bahkan neraka, dia sudah tidak peduli ke mana kematian akan membawanya. Yang menjadi prioritas gilanya saat ini hanyalah menghentikan semua kekacauan yang sudah menyeretnya masuk ke dalam pusaran keputus-asaan.

Dan, pergi jauh dari semua orang yang tiba-tiba tidak menginginkannya ada.

Rasa perih itu semakin menjadi-jadi, beriringan dengan kegelapan yang mengambil alih seluruh kesadarannya.

Yang pasti tidak terbayangkan oleh Ilmira, dia tidak akan terbangun di tempat yang ia inginkan. Surga, neraka, atau tempat bagi jiwa-jiwa yang sudah meninggalkan raganya.

My Perfect PoisonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang