[5] Meet the poison

2.2K 194 128
                                    

Bantu vote dan komennya ya semuaa hhii thx, happy reading ❤

***

Kedua telinga Mira berdengung dan panas mendengar perkataan tidak senonoh yang dilontarkan oleh mulut-mulut usil sepanjang langkah menuju ruangannya tadi.

Dia tidak menyangka jika keadaannya sudah segawat ini. Hampir seisi gedung tempatnya bekerja bersekongkol memojokan dia. Menempatkan dia sebagai bahan lelucon yang tentu saja menyentil egonya sebagai seorang wanita.

Bahkan, dua orang yang pernah mengaku sebagai sahabatnya, menjadi salah satu dari sekian banyak mulut-mulut tajam itu. Mereka meninggalkan Mira tepat di saat dia membutuhkan mereka sebagai tempatnya bersandar.

Karena, tempat utamanya untuk bersandar selama ini—yakni orang tuanya justru merupakan faktor pertama yang mendorong dia hingga berada pada posisi rawan ini.

Mira langsung menghempaskan tubuhnya di atas kursi dengan keras. Punggungnya merosot di atas sana sebelum ia memutuskan untuk membenamkan wajahnya ke dalam lipatan lengan di atas meja.

Dia menggigit bibir bawahnya untuk meredam teriakan yang nyaris terlepas dari bibirnya. Dia tidak boleh menangis. Tidak di sini.

***

Samuel dan David melangkah keluar dari lift yang mengangkut mereka ke tingkat 8. Mereka melangkah mengikuti arahan yang ditunjukan oleh seorang resepsionis dengan bibir merah menyala dan senyuman yang membuat Samuel tak nyaman.

Samuel bersumpah sebentar lagi dia pasti melihat air liur yang menetes dari kedua ujung bibir resepsionis itu seolah laki-laki itu adalah daging yang sangat sedap untuk dinikmati, jika saja ia tidak segera ditarik pergi oleh David dari sana.

David memilih menunggu di satu set sofa yang berhadapan langsung dengan langit Jakarta siang itu dan membiarkan Sam melanjutkan sendiri tujuannya.

Kewajibannya hanya sampai di sini, mengantar Sam. Selebihnya, biarlah Sam sendiri yang memutuskan. Ia jelas tahu bahwa Sam tidak akan berani berbuat macam-macam di tempat ini, di negara orang lain. Apalagi yang sedang Sam hadapi adalah gadis pribumi.

Tanpa mengetuk, Samuel membuka pintu suatu ruangan dan mendapati seseorang dengan rambut panjang hitam bergelombang duduk membelakanginya.

Rambut-nya. Setidaknya, rambut itulah yang dia lihat pada foto-foto itu. Karena ia tidak pernah benar-benar memperhatikan wajah racun sialan itu.

Sam menatap perempuan yang tengah menelungkupkan kepalanya ke atas meja itu dengan pandangan tak terbaca.

Ia mulai melangkahkan kakinya lagi ketika perempuan itu mengangkat kepalanya lalu tanpa aba-aba berbalik menatap Sam melalui kedua mata beningnya.

Yang terjadi selanjutnya sudah diluar kehendak Sam, ketika laki-laki itu merasakan bagaimana dadanya berdesir dan berdetak liar menatap wajah sang racun.

Laki-laki itu tidak melihat seorang wanita dengan penampilan khas jalang—bibir merah menyala nan menggoda, blouse dengan kerah dada rendah ataupun rok mini, dan sorotan mata yang mengundang lawan jenis untuk mendekat-seperti yang ada dalam bayangannya.

My Perfect PoisonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang