[21] Never be Mine

1.6K 167 41
                                    

Vote dan komen dinanti selalu ❤
================================

"I can't seem to get her out of my mind. And it hurts, because i know she will never be mine."

-Samuel A. Phillips-

***

Derap langkah tergesa sepasang kaki saling bersahutan dengan langkah lain yang mengikuti di belakangnya.

Tiap hentakan langkah terdepan itu menghasilkan bunyi berisik, mengundang beberapa mulut mengeluarkan peringatan untuk tetap tenang walau sama sekali tak digubris pemilik langkah yang semakin mempercepat langkahnya melewati koridor rumah sakit yang lengang itu.

"Sam," panggil David menjaga suaranya agar tak mengganggu kegiatan di sekitar mereka.

Pria itu berdecak pelan karena tak kunjung mendapat respon dari Samuel yang berjalan cepat beberapa meter di depannya.

Jelas sekali kepanikan melanda Samuel yang secara ajaib mampu menembus alam bawah sadarnya saat mabuk dan membawa kesadarannya menyentuh tingkat maksimal setelah mendengar kabar buruk yang menimpa racunnya.

Beberapa menit lagi menjelang pergantian hari, dan Samuel memaksa datang ke tempat ini, menolak usulan David untuk datang besok pagi-pagi sekali.

Setelah merasa bosan diacuhkan, David akhirnya menyamakan langkah, "Tenanglah, Sammy. Kau harus tenang. Aku tahu kau mengkhawatirkan keadaannya. Dia berada di tangan yang tepat. Mereka pasti bisa menyelamatkannya."

Langkah Samuel terhenti, dalam gerakan cepat ia mengambil posisi duduk di kursi panjang terdekat. Memajukan tubuh dan menumpukan siku di atas pangkuan. Kepalanya tertunduk, sedangkan telapak tangannya bergerak mengusap wajah, merasa frustasi.

"God! Mengapa aku harus sekhawatir ini?" bisik Samuel tak percaya seolah baru tersadar.

"Karena kau peduli padanya. Karena kau mencintainya. Tak ada jawaban yang lebih tepat dari itu," jawab David membuat Samuel menoleh, pria dengan mata biru berkabut itu tak sadar telah menyuarakan kekhawatirannya langsung tadi.

"Aku tak tahu. I just—i just can't get her out of my mind!" Dengan gelengan samar Samuel menegaskan jawabannya.

Dia bukannya menyangkal pernyataan David jika ia menaruh rasa pada Ilmira, dia hanya takut jika kedalaman perasaannya ini semakin menenggelamkannya di saat dia tak bisa mengelak dari fakta jika dia tidak bisa memiliki Ilmira, racun yang sepenuhnya telah melumpuhkannya.

***

"Terima kasih, Nak Erland. Kami tidak tahu apa yang akan terjadi jika sedetik saja terlambat menemukan putri kami." Nisrina menangis sesenggukan di pelukan sang suami yang sama-sama terlihat sembab.

Erland baru saja akan menjawab ketika ketiganya menoleh ke arah langkah-langkah kaki dua orang pria yang berjalan mendekati mereka.

Samuel tak bisa menyembunyikan kebingungannya mendapati sang sepupu di sana, "Erland?" gumamnya, dilanjutkan dengan menganggukkan kepala sopan pada sepasang suami-istri yang tak perlu ditanyakan lagi, pasti kedua orang tua Ilmira.

Ia bisa melihat garis muka Ilmira pada wajah wanita paruh baya di depannya.

"Selamat malam, Tuan dan Nyonya Adam. Semoga anda masih mengingatku, David Gregory. Ini Samuel. Samuel Alan Phillips." David memperkenalkan Samuel yang sedang berusaha menyembunyikan kebingungannya.

Setelah terkejut mendapati Erland di sini, Samuel dibuat semakin bingung karena David mengenal orang tua Ilmira. Bagus! Apa ada sesuatu yang kulewatkan?!

My Perfect PoisonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang