[35] Rencana Besar

1.4K 110 15
                                    

"I'm so addicted to the idea of us being together."

-Samuel A. Phillips-

***

(Part sebelumnya....)

"Dan, hanya orang buta yang tak mampu melihat luka itu di matamu, Ilmira. Sebut saja itu Ayahku dan maaf—orang tuamu. Karena itu, tolong, dengarkan aku karena aku sangat bersungguh-sungguh."

Permintaan Samuel yang terdengar begitu serius membuat Ilmira mengangguk pelan. Sekali ini saja, ya, sekali saja.

"Sebelumnya, tolong bukalah hatimu dan biarkan aku masuk," pinta Samuel seraya meletakkan sebelah telapak tangannya ke atas dada Ilmira. Mungkin tepat di atas jantung Ilmira karena Samuel bisa merasakan debar kencang wanita itu di tangannya.

***

Part 35

"A-apa maksudmu?" Ilmira terbata. Memberanikan diri balas menatap tatapan penuh arti Samuel yang masih mempertahankan sebelah telapak tangan pria itu di dadanya yang bergemuruh hebat.

"Kau tahu pasti apa maksudku." Tanpa melepas sebelah tangannya dari atas dada Ilmira, sebelah tangan Samuel yang lain bergerak mengelus pipi merona wanita itu. Ingin sekali rasanya Samuel menjawil dan memakan warna menggoda yang membias di sana.

"Sampai sekarang aku tak tahu apakah kau ini benar-benar polos atau ini hanya salah satu caramu agar membuatku semakin luluh," tuduh Samuel terdengar usil, matanya menyipit. Sedikit tak menyangka jika akhirnya ia berada pada posisi seluluh ini di hadapan wanita yang pernah dibencinya setengah mati.

Demi Tuhan, yang Ilmira lakukan hanya berdiri di sana, menatap Samuel dengan mata beningnya, di mana wanita itu bisa terlihat begitu rapuh dan polos di saat yang bersamaan. Dan semua itu justru dalam sekejap meluluh-lantahkan bahkan diluar kendali Samuel, menyeret perasaan pria itu semakin dalam lagi.

"Maksudmu?" tanya Ilmira begitu saja, melepas pelan sentuhan Samuel yang menghasilkan sensasi aneh hingga ke pori-pori di sekujur tubuhnya.

"Tidak, lupakan," dengus Samuel dengan kekehan pelan, membuat Ilmira dengan polosnya mengangguk patuh.

"Aku tahu ini terlalu cepat dan aku tak bisa menyalahkanmu jika kau terkejut akan apa yang aku ungkapkan."

Bersiap untuk melanjutkan ucapannya, Samuel menghirup napas dalam-dalam. "Tolong, bukalah hatimu untukku layaknya aku yang sudah lebih dulu membuka hatiku untukmu yang mungkin tak pernah kau sadari."

Ilmira mengerutkan dahi dan menggeleng pelan tak mengerti. Mengumpat dalam hatinya karena dalam sekejap merasa bodoh dan lamban dalam mencerna semua pengakuan pria di depannya.

Kekehan pelan kembali bergetar dari bibir Samuel. "Kau tidak bisa dirayu, eh? Baiklah, akan kupersingkat." Kepala Samuel mendekat dan pria itu berbisik tepat di depan wajah Ilmira, takut jika wanita itu tak mendengar dengan jelas apa yang akan diungkapkannya.

"Aku. Jatuh. Cinta. Padamu." Kata per kata begitu dalamnya Samuel ucapkan seakan tak ada hari lain untuk ia bisa mengungkapkan apa yang selama ini membara dalam hatinya, seraya memperhatikan sekecil apa pun reaksi yang ditunjukkan Ilmira walaupun yang dilihat pria itu hanya kekosongan.

Entah wanita itu tak mengerti atau terlalu terkejut sehingga kehilangan kemampuan motoriknya untuk sekedar berkedip.

Cinta dan Samuel. Dua kata yang terdengar mustahil di telinga Ilmira. Dia tidak mampu membayangkannya terlalu jauh seolah itu adalah sesuatu yang tak masuk akal, di luar nalar yang sulit untuk ia cerna.

My Perfect PoisonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang