"Love doesn't hurt,
loving the wrong person does."Samuel A. Phillips
***
"Ya, semuanya sudah kutangani," gumam seseorang melangkah terburu-buru. Dengan kernyitan di keningnya, ia berhenti melangkah dan menyimak jawaban dari lawan bicara yang sedang menggerutu padanya di ujung telepon.
Dengan gerakan cepat ia memindahkan ponselnya ke telinga kiri dan mendesis pelan, "Siapa yang menyangka jika dia tiba-tiba mengundurkan diri dari tempatnya bekerja? Mengapa tidak kau saja yang melakukan semuanya, ha? Kau tahu resikonya jika seseorang memergokiku melakukan ini semua?"
Sang lawan bicara di ujung telepon ikut terdiam saat sang penelpon menciptakan jeda yang menegangkan di sela percakapan keduanya. "Aku tak akan segan-segan membocorkan kaulah dalang di balik semua berita-berita yang menyangkut keluarga Phillips belakangan ini!"
"Masalah ini sudah kutangani, kau harusnya berterima kasih padaku karena tanganmu masih sangat bersih dan yang perlu kau lakukan hanya duduk manis menunggu hasilnya. Karena itu, sebaiknya kau tidak melupakan bagian yang kau janjikan untukku," geramnya, melanjutkan perjalanan.
Dalam sekejap merasa dongkol karena semakin lama ia merasa seseorang di ujung telepon sana semakin mendesaknya untuk segera menyelesaikan semua rencana picik yang diserahkan padanya.
Jika imbalan yang ditawarkan tidak seberapa, mungkin ia akan menolak mentah-mentah. Namun, dia tidak bisa tidak tergiur oleh imbalan yang ditawarkan sang partner yang jumlahnya mungkin sulit untuk ia dapatkan sekalipun seumur hidup ia bekerja keras dan memeras keringat.
Sambil menggerutu pelan ia memutus panggilan telepon. Kemudian menunduk melempar ponselnya ke dalam tas dan tanpa memperhatikan jalanan di depan ia berbelok lalu tersentak karena kecerobahannya ia menabrak tubuh seseorang yang sedang melangkah di arah yang berlawanan dengannya.
Karena merasa malu, ia hanya mengangguk meminta maaf tanpa berani melihat wajah seseorang yang ia tabrak.
Setelah sekali lagi mengangguk, buru-buru ia melenggang pergi dengan derapan langkah samar yang mengiringi kepergiannya.
***
David menatap punggung yang semakin mengecil seseorang yang menabraknya di koridor rumah sakit malam itu.
Ia mencoba menggali ingatannya karena merasa pernah berjumpa atau sekedar melihat orang yang menabraknya tadi di suatu tempat. Walaupun usaha pria itu tak membuahkan hasil sebab wajah seseorang tadi tidak terlalu terlihat jelas karena yang dilakukan orang itu hanya menunduk setelah mengucapkan maaf.
David merogoh sakunya untuk mengambil ponselnya yang bergetar. Setelah membaca pesan, ia segera melanjutkan langkah menuju ruang tunggu di mana orang tua Ilmira sedang menantinya dan menghapus rasa penasarannya terhadap orang yang menabraknya tadi.
"Apa yang bisa kulakukan untuk membantumu, Tuan Adam?" tanya David setelah bergabung dengan Adam dan istrinya di ruang tunggu rumah sakit.
"Aku mengucapkan terima kasih sebelumnya karena kau sudah menyempatkan datang. Aku dan istriku, kami sangat memohon kepadamu untuk merahasiakan musibah yang menimpa putri kami dari siapa pun. Kami sangat paham jika apa pun yang berhubungan dengan Jonathan pasti membuat media tertarik untuk mencantumkannya sebagai topik hangat."
David mengangguk paham sebelum kembali mendengar penuturan Adam. "Kami juga paham akan posisi putri kami saat ini dan kami sangat khawatir jika musibah yang menimpa putri kami tercium oleh media. Tolonglah kami, David. Kami tidak tahu harus berbuat apa jika peristiwa ini sampai tersebar."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Perfect Poison
RomanceSamuel Alan Phillips terpaksa menginjakkan kaki di tempat yang tak pernah ingin dia datangi lagi demi memberi peringatan kepada dalang di balik semua kekacauan yang mencemarkan nama baik keluarganya. Kekacauan yang juga mengancam akan mendepaknya da...