[13] Weird Feeling

1.8K 185 54
                                    

Boleh minta votenya dulukah?
Komennya sekalian deh hhi
Thx, happy reading ^^
================================

"I wish i could fight,
but my heart isn't tough."

-Samuel A. Phillips-

***

Ilmira mengerang menyentuh kepalanya yang terasa berat. Dia menggeser kepalanya, mencari posisi nyaman di atas sesuatu yang—hangat-tempatnya merebahkan diri.

Wangi maskulin yang tak asing tiba-tiba menyapu hidungnya, membuai dan membuatnya mengawang tinggi dan semakin tinggi.

Perempuan itu mendesah pelan ketika akhirnya menemukan posisi nyaman. Yakni dengan memiringkan kepalanya ke samping.

Karena merasa nyaman, Ilmira semakin menyurukkan kepalanya tanpa tahu ada seseorang yang menegang akibat perbuatannya itu.

Yakni Samuel. Yang kini sedang mematung seolah-olah ibunda Malin Kundang ikut mengutuknya menjadi batu.

Bagaimana tidak, racun ini, meringkuk lebih dalam dan mendesakkan wajah pada perutnya.

Oh, jangan lupakan juga gesekan lembut sambil lalu dari kepala racun ini pada aset-nya. Yang mana membuat Sam—jika tidak ingat dia sedang bersama David, tidak bisa menjamin bahwa ia tidak akan menerkam racun cantik ini.

"Kau mencoba membunuhku, huh?" Desisan yang diikuti geraman rendah Samuel di tenggorokannya ternyata sukses membuat Ilmira membuka matanya lebar-lebar.

Syok menyadari kepalanya sedang tenggelam begitu dalam di atas pangkuan Samuel. Di atas—

"Mengapa aku ada di sini?!" Dengan gelengan samar perempuan itu membuang pikiran tidak-tidak dari kepalanya. Kepalanya terlonjak naik dari pangkuan sialan hangat laki-laki itu.

Mendengar suara berisik di belakangnya, David yang sedang menyetir melirik melalui spion tengah sambil sesekali melihat ke arah jalanan di depannya. "Apa kau tidak ingat, Ilmira?"

"Sebaiknya kau bertanya pada Samuel, mengapa ia selalu sangat ingin bertemu denganmu dan menyeretmu di lantai," jawab David melihat Ilmira menggeleng kencang.

Gelak tawa kemudian menggelitik kerongkongan David menerima hunusan tajam dari tatapan elang Samuel.

Samuel. Mira menyimpan baik-baik nama itu di kepalanya. Siapa tahu ia membutuhkan nama laki-laki sialan ini ketika ia datang ke tempat orang pintar saat kelakuan semena-mena laki-laki ini mulai menyalakan alarm peringatan tanda bahaya yang lebih besar.

Oke, itu berlebihan. Setidaknya, ia tidak perlu memanggil dengan sebutan Phillips sialan, laki-laki sialan dan jenis sialan-sialan lainnya.

Tapi, sejujurnya, Phillips sialan—sangat cocok untuknya.

***

"Apa kau sedang sakit, Ilmira?" David bertanya, mencoba memecah kesunyian yang menyengat di antara Ilmira dan Samuel yang sama-sama membuang muka seolah-olah masing-masing dari mereka adalah makhluk tak kasat mata.

Ilmira mengalihkan pandangan dari jalanan, "Aku—" ia menelan kembali ucapannya sadar bahwa dua bule ini bukan siapa-siapa.

Dia bahkan tidak mengenal mereka. Seperti halnya ia tidak mengenal Jonathan Phillips.

"Aku baik-baik saja." Akhirnya kata-kata itu yang bisa ia ucapkan. Bahunya terangkat samar. Memang benar, peningnya secara ajaib berangsur-angsur membaik dan menghilang sama sekali.

My Perfect PoisonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang