[23] Keputusan

1.5K 126 51
                                    

Mungkin part ini agak krik2 dan garing gitu, maaf kalo bosenin :')

Vote dan komennya dinanti selalu ❤
================================

"It seems like such a waste of time
to be fighting over something like this."

Samuel A. Phillips

***

Deru napas memburu menyerbu telinga David. Membuatnya menghela napas pelan sebelum sebelah tangannya terulur menepuk bahu si Phillips muda yang tak berhenti menggedor-gedor pintu tak bersalah di hadapannya.

"Sam, easy, okay? Kau tidak mau, bukan, kita diusir dari sini karena mengganggu kenyamanan penghuni lain?" Sekilas David memutar pandangan ke sekeliling koridor apartemen yang lengang pagi ini.

Tawa meremehkan terhempas dari bibir Samuel. "Mengusir pemilik gedung apartemen ini? Really?" sindir Samuel pongah masih berusaha menggedor agar penghuni di dalamnya segera membuka pintu sialan ini.

"Harusnya kau bersyukur karena aku membatalkan niatku untuk mendobrak pintu ini!" Samuel berdecak keras. "Hell! Ke manakah si bedebah satu itu?!" umpatnya setelah sekali lagi menggedor dengan kasar pintu di depannya.

"Kau tak sadar sekarang jam berapa, Sammy?" tanya David santai, "Jam 6 pagi, dan hari minggu. Mungkin sepupu cemerlangmu itu masih meringkuk di atas kasurnya." David mengendikkan kedua bahunya.

Samuel terlihat masa bodoh dengan ucapan David, ia memegang kenop pintu dengan tak sabar saat mendengar bunyi klik kunci dari pintu di depannya.

"Sammy?" Kening Erland berkerut mendapati sang sepupu dengan wajah yang jauh-dari-kata-santai itu saat pintu terayun terbuka.

"Apa yang sedang kau lakukan, ha?!" geram Samuel tanpa berbasa-basi lagi langsung merangsek masuk ke dalam apartemen yang berada beberapa lantai di bawah penthouse yang ia huni.

"Perusahaan kita di negara ini sedang mengalami guncangan, Sammy. Waktu tidur kami tidak cukup karna banyak yang harus kami usahakan agar Phillips Corp. tetap terus berdiri." Erland menguap samar menandakan ia masih mengantuk lalu menutup pintu apartemen setelah Samuel dan David sudah mendudukkan tubuh mereka di atas sofa.

"Setelah berita yang mengaitkan Ayahmu dan juga mengaitkan tentang foto-fotomu tentu saja, beberapa perusahaan membatalkan kerja sama saat proyek sudah setengah berjalan. Dan, hal itu sudah pasti membuat kita rugi besar," jelas Erland seraya ikut menjatuhkan tubuhnya di atas sofa.

"Mengapa?" Erland menyuarakan pertanyaan yang Samuel kirim melalui sorot matanya. "Karena demi menjaga nama baik perusahaan mereka, tentu saja, Sam. Seperti yang kau tahu nama perusahaan keluarga kita mulai sedikit goyah akhir-akhir ini." Kedua bahu Erland terangkat. Ia kembali bangkit berdiri.

"Sejujurnya, kalian mengganggu tidur nyenyakku. Aku sudah hampir mencium sang putri dalam mimpi indahku ketika teriakanmu menerobos masuk ke dalam mimpiku, Sammy." Erland berdecak kecil, melangkah menuju dapur minimalisnya.

"Kopi?" tawar Erland yang dibalas dengan anggukan oleh David. Hanya David. Karena Samuel bertransformasi menjadi patung yang sedang duduk dengan mimik wajah serius dan sedikit menyeramkan.

Erland terkekeh melihat ekspresi sang sepupu. "Segelas kopi di pagi hari mungkin bisa meregangkan otot-ototmu yang kaku, Sam."

Dentingan sendok yang beradu dengan cangkir mengisi keheningan yang tiba-tiba merebak kala itu. Erland mengaduk tiga cangkir kopi kemudian membawanya satu persatu ke ruang tengah.

My Perfect PoisonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang