[36] Awal dari Sebuah Tragedi

1.6K 102 13
                                    

Jonathan berguling perlahan ke tepi ranjang dalam upaya menggapai sesuatu dari atas nakas. Sesuatu yang sudah bertahun-tahun keberadaannya sangat ia butuhkan pada saat-saat seperti ini.

Setelah meraih apa yang dimaksud, pria paruh baya itu berusaha keras untuk duduk. Dengan ketergesaan ia mengarahkan tangan ke mulutnya lalu menghirup seraya menarik napas saat menekan inhaler di mulutnya.

Seperti yang diketahui orang-orang terdekatnya, sejak lama Jonathan mengidap gangguan pernapasan akut atau asma.

Selain dokter pribadinya, tak ada yang tahu jika beberapa waktu terakhir, keluhannya itu semakin menjadi sampai-sampai menghambat kegiatan kesehariannya.

Ya, tak ada yang tahu. Tepatnya, pria itu tidak ingin ada satu pun yang tahu keadaannya kini, ketika berita demi berita miring bertubi-tubi mengikis keutuhan keluarganya.

Mungkin semua orang menganggap, terutama sang putra, bahwasannya Jonathan sangat santai dan tenang menyikapi semua pemberitaan miring seputar keluarganya.

Tapi sayangnya, yang mereka tidak tahu, jauh di dalam lubuk hati Jonathan, semua ini juga tak mudah untuknya.

Demi memenuhi keinginan terakhir sang istri, yang sudah lebih dulu menghadap Tuhannya yang selalu wanita itu rindukan, Jonathan rela melakukan segalanya.

Rela ketika nama keluarganya menjadi konsumsi publik, rela ketika perusahaannya yang sudah susah payah ia rintis-menjadi taruhannya, dan yang paling menyakitkan, dimusuhi oleh putranya sendiri.

Namun yang tak Jonathan sangka-sangka, ada hati lain yang tersayat luka yang sama. Yang sudah terseret terlalu jauh dalam drama pelik keluarganya. Dan paling Jonathan sesali, hati yang tak bersalah itu hampir mengorbankan jiwanya sendiri karena terlanjur putus asa.

Entah, apa yang akan Jonathan lakukan jika takdir memenuhi keinginan gadis itu saat menyayat nadinya sendiri. Walaupun ironis, karena sedikit banyak, gadis itu merupakan salah satu alasan dibalik terciptanya huru-hara ini.

Sebentar lagi, selalu kata-kata tersebut yang menjadi dorongan untuk Jonathan melanjutkan dan menyelesaikan apa yang sudah terlanjur terjadi.

Karena sesungguhnya, semua itu tak lain dan tak bukan hanyalah demi menyatukan kepingan misteri dari masa lalu mereka. Yang harus Jonathan ketahui kebenarannya, salah satunya sebagai bentuk pemenuhan dari keinginan Evelyn. Sebelum ia mungkin menyusul sang istri ke sana.

Demi Tuhan, Jonathan sudah sangat merindukan Evelyn, satu-satunya wanita yang ia cintai-bahkan sejak peti mati sang istri dikebumikan lalu tanah dingin menguburnya dalam sunyi.

***

Dengan begitu sopan, Nora mengetuk pintu sementara bibirnya menyerukan nama sang tuan yang tak kunjung menjawab dari dalam.

"Ya, Nora. Silakan masuk." Akhirnya sang majikan, Jonathan, menyahut setelah keheningan merayapi selama beberapa saat.

"Bagaimana gadis itu? Kau sudah memastikan dia menghabiskan setiap makanan yang kau bawa?" tanya Jonathan yang tengah duduk berselonjor di ranjang.

"Tentu Tuan, Nona Ilmira sedang menikmati makan malamnya saat saya kembali ke sana untuk menyampaikan pesan jika Tuan ingin bertemu dengannya selepas ia menyelesaikan makannya."

Nora menjawab dengan sopan pada Tuannya yang begitu dia hormati, seperti halnya ia menghormati mendiang Evelyn, wanita yang pernah begitu berjasa di hidup Nora.

Keterdiaman Jonathan yang tidak biasa membuat Nora sedikit ingin tahu. "Adakah yang perlu saya bawakan untuk Tuan?"

"Oh," seru Jonathan, terhempas dari lamunannya. "Tidak, Nora, terima kasih. Hanya saja, tolong pastikan Ilmira datang menemuiku karena ada hal penting yang ingin kusampaikan padanya."

My Perfect PoisonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang