[33] Gagal

1.4K 111 48
                                    

Dini hari tadi, Samuel sudah berniat untuk melakukan tindakan nekat dengan membawa pergi Ilmira dari mansion ini. Tak peduli jika wanita itu dalam keadaan tidur sekalipun.

Tapi sejuta sial, mungkin karena anggur yang ia minum, hampir dua jam kemudian ia tersentak bangun setelah gelas anggurnya terlepas dari tangannya dan jatuh dengan suara berdebum di atas karpet persia di sebelah ranjang tempat Ilmira berbaring.

Bangun. Samuel bahkan tidak sadar kapan ia jatuh tertidur dan membuat rencananya terpaksa mundur beberapa jam. Jam setengah 5 pagi, batinnya saat menatap jam. Setidaknya masih cukup gelap untuk mengendap-endap keluar dari rumah ini tanpa menarik perhatian orang lain.

Ilmira terlihat sangat damai dan nyenyak dalam tidurnya. Tak terbangun atau sekedar bergerak bahkan ketika Samuel menelusupkan sebelah tangannya di tengkuk Ilmira dan sebelah tangannya yang lain di bawah lutut wanita itu untuk kemudian Samuel angkat dari atas ranjang.

Dengan tubuh Ilmira yang masih tertidur di lengannya, Samuel baru saja mencapai pintu kamar ketika bunyi bising membuat langkahnya terhenti.

"Fuck!" umpatnya pelan menerka asal dari suara-suara itu. Samuel kembali ke ranjang dan meletakkan tubuh Ilmira yang menggeliat ke atas kasur.

"Aku akan segera kembali," bisik Samuel menunduk membelai puncak kepala racun-nya yang kembali damai dalam tidurnya.

Sial, sial, rutuk Samuel untuk yang kesekian kalinya ketika tergesa menuruni tangga untuk memastikan apakah bunyi bising di depan kediaman Phillips adalah tanda-tanda dari kepulangan ayahnya.

Dia menggeram pelan di pintu masuk dengan sebelah tangan menyapu rambut melihat Ayahnya keluar dari mobil.

Jujur, Samuel begitu membenci kehadiran Ayahnya saat ini. Bahkan ia tidak merasa berdosa karena sudah menyumpahi Ayahnya agar terjebak di jalanan setidaknya sampai Samuel berhasil keluar dari rumah ini dengan Ilmira di tangannya tanpa diketahui siapapun.

Kedatangan Ayahnya jelas menggugurkan niat Samuel untuk membawa pergi racun-nya. Hell, saat ini ia tidak akan bisa mengendap-endap pergi ketika seluruh pengawal Ayahnya berjaga di setiap sudut.

"Tumben sekali Dad datang. Kupikir Dad sudah lupa dengan keberadaan rumah ini dan segala isinya."

Itulah sambutan yang Jonathan Phillips dapatkan dari sang anak setelah hampir satu tahun ia meninggalkan rumah ini. Walaupun letih, pria paruh baya itu hanya tersenyum maklum pada kesinisan putranya yang sepertinya semakin menjadi.

"Samuel! Apa yang membuatmu sudah terbangun sepagi ini, son? Ah, kudengar kau mulai turun tangan pada beberapa bisnis properti keluarga kita. Aku sangat senang mendengarnya." Jonathan mengikuti sang putra yang berjalan masuk mendahuluinya.

Samuel mendengus mengalihkan perkataan, "Mengapa Dad membawa begitu banyak pengawal? Apakah Dad merasa terancam oleh awak media yang mungkin akan menguntit Dad atas berita yang Dad timbulkan sendiri dengan wanita itu?"

Jonathan mengangkat bahu dan menyerahkan tasnya pada salah seorang pengawal dan mengisyaratkan kepada mereka untuk meninggalkan dia bersama putranya yang kini berdiri seraya menghunuskan tatapan tidak suka.

"Bagaimana keadaan Ilmira? Apakah dia baik-baik saja? Kudengar dia sudah sadar," tanya Jonathan setelah menempatkan tubuhnya di atas sofa.

Dengan ketidaksudian yang disembunyikan rapat-rapat, Samuel berdesis, "Apakah dia baik-baik saja? Mengapa tak Dad  lihat dengan mata kepala Dad sendiri?!"

Merasa sangat kesal karena rencananya gagal total, Samuel segera berderap pergi lalu tiba-tiba memutar tubuh dan kembali berdesis. "Jika Dad ingin dia baik-baik saja, harusnya Dad tidak mengambil resiko dengan menempatkan dia di sebelah kamarku! Apa Dad tidak takut aku akan berbuat yang tidak-tidak pada calon istri kesayangan Dad itu?!"

My Perfect PoisonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang