Hai, kalian...boleh minta votenya dulu sebelum mulai baca? ;)
ohya, jangan lupa tinggalkan komen yaa hhi :****
Setelah sekian lama, keberadaan laki-laki itu di kota ini lagi, Jakarta, ternyata masih saja membuat kenangan-kenangan yang ingin dilupakan itu menyeruak dan memukul keras pikirannya. Membuatnya mengumpat perlahan.
"Damn it!" Samuel memijat pelipisnya yang berdenyut.
"Kau baik-baik saja, Sam?" tanya David dari balik kemudi, melalui spion tengah ia memeriksa keadaan Sam yang duduk di belakangnya.
Sam sangat paham apa yang sedang ditanyakan oleh David, tapi dia tidak siap untuk membahasnya. Tidak akan pernah.
"Baik-baik saja setelah mengetahui kelakuan si Phillips tua yang menyebabkan nama keluarga Phillips hingga tujuh turunan tercemar? Yang benar saja," Sam mengalihkan pembicaraan dan mendengus kesal.
"Sudah bertahun-tahun lamanya. Aku tahu semua itu sulit bagimu, Sam. Tapi aku yakin kau tahu bahwa kau mampu melewati itu semua dan menegakkan kepalamu. Selama ini kau hanya terus menerus melarikan diri," David tidak menghiraukan jawaban Sam.
Dia tahu Sam selalu mengelak jika membahas sesuatu yang membuatnya pernah bersumpah tak akan menginjakkan kakinya lagi di negara ini.
Mendengar ucapan David, Sam mendesah keras, "Bisakah kau menutup mulutmu yang seperti keran bocor itu and stop saying those fucking words!!"
"Aku hanya mengingatkan," balas David seraya mengangkat bahu lalu menyambung ucapannya, "Kau tahu, banyak hal yang harus kau urus di negara ini. Apa kau mau sepupu cemerlang-mu itu mengambil alih semua yang ada di sini?" kejar David.
Erland. Sepupu terdekat yang entah sejak kapan mematenkan statusnya menjadi rival Sam. Rival dalam semua hal. Pendidikan, posisi dalam keluarga, hingga wanita.
Sam masih mengingat dengan jelas ketika ia mendapati sang kekasih, Sharon, tengah bermain api dengan Erland. Tentu saja hal tersebut membuat Sam terbakar dan kalap mengeluarkan semua jurus andalan kick boxing-nya hingga membuat sang sepupu bagaikan samsak tanpa nyawa.
"Jika terus menerus seperti ini, kau harus sadar bahwa mungkin saja Ayahmu tiba-tiba merubah keputusannya dan mengalihkan posisi pertama pada Erland," tutur pria yang tengah mengemudi itu dengan wajah serius.
Tiba-tiba Sam tergelak keras. Siapa lagi setelah ini yang akan mengatakan bahwa ia akan terdepak dari tampuk tertinggi pewaris keluarga Phillips?
"Semakin lama kau semakin mirip Bibi Lily dengan mulut ceriwis nan tajam kalian yang mengatakan bahwa aku akan terdepak dari posisi pertama."
"Mungkin bibimu benar," celetuk David membuat Sam melotot.
"Oleh racun penyebab kekacauan ini? Seriously, aku bersumpah tak akan membiarkan wanita tamak itu seujung kuku pun mendapatkan keinginannya," geram Samuel.
David menatap Sam penuh arti, "Dia sangat cantik. Kau tidak melihat wajahnya?"
"Aku tak peduli. Sekali pun ia wanita tercantik di muka bumi, tak akan merubah pikiranku untuk menendang dia ke puncak tertinggi Everest."
Jawaban Sam menyebabkan gelombang tawa tak berhenti keluar dari mulut David, "Jangan seyakin itu dulu, Sam. Aku tahu kau tipe pria yang tak tahan melihat wanita cantik."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Perfect Poison
RomanceSamuel Alan Phillips terpaksa menginjakkan kaki di tempat yang tak pernah ingin dia datangi lagi demi memberi peringatan kepada dalang di balik semua kekacauan yang mencemarkan nama baik keluarganya. Kekacauan yang juga mengancam akan mendepaknya da...