[7] Si Mata Biru

2.1K 175 100
                                    

Bantu vote dan komennya ya hhi makasiii, selamat membaca ^^

***

"Lihat, siapa yang datang? Calon istri Miliarder, Saudara-saudara."

Celetukan nyaring nan berisik itulah yang menyambut kedatangan Ilmira ketika perempuan itu baru saja menginjakkan kaki di lobi tempat kerjanya.

Ilmira berupaya menulikan telinga dari kesibukan sekeliling yang rupanya sedang berpusat padanya saat ini.

Walaupun usahanya sia-sia karena kata demi kata itu sudah terlanjur masuk ke telinga untuk kemudian sampai di hatinya.

Berhari-hari dia menutup mata dan telinga dari tatapan mencela dan cibiran dari mulut-mulut dengan rem blong atau mungkin mulut-mulut tanpa rem di tempat kerjanya ini.

Di rumah, Ilmira bahkan tidak berani menyalakan televisi hanya untuk menemukan wajahnya terpampang jelas di sana, di banyak acara gossip yang ditayangkan stasiun televisi dan ditonton oleh jutaan penduduk negeri ini.

Persetan dengan popularitas! Demi Tuhan, dia bukan seorang artis pencari sensasi yang melibatkan diri dalam kasus kontroversial untuk mendompleng ketenarannya.

Di jalanan, ia tentu bisa bersembunyi dan berhati-hati agar tidak ada satu pun yang mengetahui dialah 'wanita lokal' di dalam berita itu.

Akan tetapi, dia jelas tidak bisa bersembunyi di sini—di tempat kerjanya. Tempat yang hampir seminggu ini terasa bagaikan neraka jahanam baginya.

Jika dia tidak ingat dengan kondisi dompetnya yang menuntut pengisian ulang, dia mungkin tidak akan berpikir dua kali untuk mengajukan surat pengunduran diri sebelum dia benar-benar didepak dari perusahaan ini karena berita laknat itu.

Ilmira mempercepat langkah kakinya menuju lift. Oh, sepuluh meter menuju lift terasa bagaikan seratus meter tahun cahaya baginya saat ini. Begitu jauh.

"Ilmira, kami penasaran, siapakah bule tampan bermata biru yang menemuimu beberapa hari yang lalu? Incaranmu lainnya? He's hot and—" Yasmin, resepsionis dengan gincu pada bibirnya yang membuat sakit mata itu menyeletuk tanpa dosa dan menggantung ucapannya seraya menatap bergantian pada beberapa pasang mata yang menatap ingin tahu pada Ilmira.

"—incredibly rich. Tentu saja!" Yasmin bersorak menyambung ucapannya. Membuat wajah Ilmira memanas karena sekali lagi merasa dijuluki sebagai wanita mata duitan.

"Sebenarnya, kompensasi apakah yang telah kau persembahkan pada mereka, Mira? Ups," pertanyaan dengan maksud negatif itu tercetus dari satu suara feminim lain.

Ilmira yang tengah menjadi santapan dan gunjingan di pagi hari itu menggeram dalam hati seraya menahan tangannya untuk tidak mencakar duo bermuka dua itu dan melanjutkan langkah dengan getaran kecil yang melanda tubuhnya.

"Yas, aku sarankan kau dan Manda dengan bibir kalian yang tanpa saringan itu sebaiknya banting setir menjadi pemandu acara gossip daripada bekerja di tempat yang menuntut ke-profesionalan seperti perusahaan ini," sindir Hani yang baru saja tiba seraya menggamit lengan Mira yang terlihat akan juntai saat itu juga.

"Kau tak perlu mendengarkan perkataan dua parasit itu, Mira. Mereka berdua hanya sepasang tong kosong yang nyaring bunyinya!" ucap Hani berapi-api pada Ilmira yang menatap lurus pada pintu lift yang sedang mereka naiki.

My Perfect PoisonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang