Part ini agak panjang lagi sedikiiiit, moga gabosen ^^
Vote dan komennya boleh? ❤
================================"You're poison running through my veins,
you're poison running inside of me."-Samuel A. Phillips-
***
Samuel mengatupkan bibir dengan kedua mata menatap lurus-lurus ke depan. Kedua tangannya mencengkeram setir hingga buku-buku jarinya memutih.
Begitu banyak yang memenuhi kepalanya saat ini. Oh, sangat banyak hingga ia merasa isi kepalanya terancam pecah dan berhamburan karena tak kuasa menampung lebih banyak lagi beban pikiran.
Hampir seminggu sudah berlalu sejak hari di mana foto-fotonya tersebar. Foto di mana ia memeluk racun-nya.
Terkutuklah dia karena tidak pernah lupa saat itu, saat bibir mereka bertemu. Ralat, saat ia mencuri ciuman dari bibir Ilmira, tepatnya.
Dan sekarang, Samuel memaki dirinya sendiri karena hal-hal yang ia anggap remeh itu bisa-bisanya tinggal di kepalanya seolah-olah ia yang memilih untuk terus mengingatnya.
Demi Tuhan, tidak! Demi harta Phillips yang tak akan habis hingga tujuh turunan, dia berada di sini demi kepentingan keluarganya.
Membasmi hama, racun yang merusak nama keluarganya. Lalu menarik keluar sang Ayah dari jerat racun itu.
Bukan malah ikut menceburkan diri dan terjebak di sana. Terkurung dalam perasaan yang tak ia pahami.
Perasaan yang mengganggu, terutama setelah mendengar kabar pernikahan Ayahnya yang akan segera dilaksanakan dalam waktu dekat.
Samuel hampir tidak bisa membedakan, dia merasa terganggu dan tak suka demi Sang Ibu—satu-satunya wanita yang pantas untuk Ayahnya, ataukah merasa terganggu untuk racun-nya yang akan segera dipersunting sang Ayah.
Sial! Samuel tidak menyukai gagasan yang terakhir itu. Bahwasannya saat-saat ia harus bertekuk lutut pada perempuan yang harusnya ia benci itu sudah berada di depan mata.
Apakah ini cinta? Hati kecilnya berteriak. Tidak, tidak. Itu terlalu jauh. Ya, perasaannya belum mencapai tahap itu.
Belum? Itu artinya, akan atau—segera, bukan?
Damn! umpatnya terengah-engah. Tangannya melepas setir dan menarik-narik keras rambutnya.
Seolah dengan cara itu ia mampu memusnahkan sang racun yang—khayalan tingkat tinggi Samuel bayangkan, sedang bergerak memenuhi kepalanya untuk kemudian menyebar ke dalam setiap aliran darah dan menyusup masuk ke dalam nadinya.
Aku pasti sudah gila!!!
Tok...tok...
Suara ketukan membuyarkan perang di kepala Samuel dan ia bersyukur karena gangguan kecil itu.
"Sammy, kau yakin akan melakukan ini?" tanya David yang berdiri di luar mobil, menunduk menengok ke jendela.
Samuel kembali mengalihkan kepala ke depan. "Ya, David. Jangan membuat aku berubah pikiran," jawabnya cepat sebelum menyalakan mobil dengan tangan bergetar serta napas menderu lalu melesat pergi meninggalkan David yang tak bisa menyembunyikan kekhawatirannya.
***
Samuel mencoba masa bodoh dan tak mau tahu, apa arti racun itu baginya. Tapi, sekali lagi, hatinya memenangkan semuanya. Seolah mendepak peranan akal sehatnya. Hingga menuntun langkahnya lagi dan lagi ke tempat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Perfect Poison
RomanceSamuel Alan Phillips terpaksa menginjakkan kaki di tempat yang tak pernah ingin dia datangi lagi demi memberi peringatan kepada dalang di balik semua kekacauan yang mencemarkan nama baik keluarganya. Kekacauan yang juga mengancam akan mendepaknya da...