Jingga berjalan gontai memasuki kelasnya. Entah kemana semangatnya pergi, sejak kejadian tadi pagi Jingga sudah tidak mood untuk belajar sedikit pun.Saat masuk ke dalam kelas, Jingga di sambut oleh teriakan histeris dari sahabatnya Dafira.
"Jinggaaa lo kemana aja astaga? Gue nunggu lo dari tadi pagi. Gue denger dari temen-temen katanya lo di dorong sama Rian sampe jatuh? Lo engga apa-apa kan, Ngga?" Tanyanya terlihat khawatir.
Jingga hanya tersenyum simpul ke arah sahabatnya itu, lalu langsung melangkahkan kakinya lagi untuk duduk di bangkunya.
"Ngga, lo pasti shock banget ya? Gue engga nyangka si sialan itu ngasarin lo cuma karena hal sepele." Dafira kembali bicara.
"Gue engga apa-apa kok Daf. Makasih ya udah ngehawatirin gue." Jawab Jingga memaksakan senyumnya.
"Iyalah gue khawatir, Lo kan sebelumnya enggak pernah dapet masalah kaya ginian. Lo dari pagi kemana, Ngga? Untung jamkos jadi lo engga terhitung bolos." Cerocos Dafira lagi.
"Gue di taman belakang tadi."
"Sendirian lo disana? Lo pasti nangis bombay kan?"
Jingga menghela nafasnya berat. Sahabatnya yang satu ini memang tidak akan pernah puas jika tidak di ladeni.
"Gue di temenin Senja." Ujar Jingga singkat.
"WHHAAAATT???"
Sontak suara Dafi berhasil mengundang semua tatapan teman sekelas ke arahnya. Dafira tersenyum salah tingkah ke arah teman-temannya.
"Hehe abaikan gue." Katanya sambil menggaruk tengkuknya yang mendadak gatal.
Sesaat kemudian dia mengarahkan perhatian sepenuhnya pada Jingga.
"Demi apa lo bareng kak Senja di taman belakang?" Tanya nya sedikit berbisik
"Iya gue bareng Senja tadi."
"Wait wait.. Senja lo bilang? Engga sopan lo manggil kakak kelas namanya doang, gue sama kak Fajar yang pacaran aja masih manggil dia kakak."
"Dia sendiri yang minta gue manggil pake namanya aja." Ujar Jingga santai.
"Iya tapi kan tetep enggak sopan kedengerannya."
Jingga hanya mengangkat bahu acuh lalu menelungkupkan kedua tangannya.
"Jingga, ceritain dong lo ngapain aja sama Kak Senja tadi?" Tanya Dafi dengan mengguncang lengan Jingga berkali-kali.
Jingga tidak bergeming. Dia berusaha menulikan pendengarannya dari ocehan Dafira. Tapi usahanya gagal saat sebuah teriakan menggema dengan hebatnya.
"Jinggaaaaaaa"
Jingga yang baru saja berniat tidur pun, harus mengurungkan niatnya. Dia mengangkat kepalanya dan melihat Tia, Rena dan Syelon sedang berlari kecil ke arahnya.
Ya, mereka bertiga juga termasuk sahabat dekat Jingga seperti Dafira, yang membedakan hanya karena Dafira yang lebih lama kenal Jingga dari SMP, sedangkan ketiga sahabatnya yang lain ia kenal saat MOS.
"Lo enggak apa-apa kan, Ngga? Kita semua nyariin lo dari tadi pagi tauu." Ucap Syelon sambil mengerucutkan bibirnya.
Dan perkataannya mendapat anggukan dari dua teman yang lain.
"Iya gue enggak apa-apa kok. Maaf ya bikin kalian khawatir." Kata Jingga sedikit lemas.
"Mata lo sembab, Ngga. Lo pasti tadi nangis ya" Kali ini Tia yang bicara.
KAMU SEDANG MEMBACA
SENJA DAN JINGGA (COMPLETE)
Teen FictionJika jatuh cinta adalah sebuah pilihan, maka Jingga memutuskan untuk memilih jatuh kepada Senja. Karena dia yakin Senja akan menangkapnya, tidak akan membiarkan dia terjatuh sendirian. Semburat orange yang muncul di penghujung sore, datang sekilas n...