Part 34, Takut

915 54 1
                                    


Senja berjalan keluar dari ruangan kelas tempatnya menjalankan ujian. Ya, hari ini adalah hari pertama ujian nasional di laksanakan yang berarti anak kelas X dan XI di liburkan.

Langkah nya terkesan santai karena memang tidak ada hal apapun yang membuat nya terburu-buru. Tapi seketika terhenti saat seseorang memanggil nya dari arah belakang. Dia menoleh dan mendapati Fajar yang berjalan ke arah nya.

"Lo mau langsung balik?" Tanya Fajar.

Senja menggeleng, "Mau ke kantin dulu. Laper gue."

"Kalau gitu bareng deh sama gue. Gue juga males balik."

Senja mengangguk dan melanjutkan langkahnya ke arah kantin di ikuti Fajar yang berjalan di samping nya.

"Kenapa males balik?" Tanya Senja di tengah langkah mereka.

Terdengar Fajar menghembuskan nafas kasar memperlihatkan bahwa kini ia tengah dalam mode gusar.

"Gue lagi ribut sama Dafira, jadi kalau balik ke rumah pasti bakal keinget dia."

Senja menaikkan sebelah alisnya, "kaya ABG labil banget omongan lo. Ribut kenapa emang?"

"Kemarin gue janji dateng ke rumahnya, tapi karena nyokap gue harus buru-buru ke butik dan mobil nya mogok jadi gue anterin. Dan gue lupa buat ngabarin Dafi, jadilah dia mencak-mencak dan engga mau terima alasan gue. Gue juga jadi ngerasa kesel karena dia bahkan engga percaya penjelasan gue. Jadi gue males buat nemuin dia buat sekarang."

Senja mendudukan dirinya di bangku kantin dan Fajar melakukan hal yang sama.

"Iya sih, emang lebih baik engga ketemu dulu kalau masih kesel. Tapi lo juga pasti tau, kalau lo engga nemuin dia pasti dia semakin kesel sama lo dan nganggep lo engga berusaha buat minta maaf ke dia atas kesalahan lo."

Fajar kembali menghela nafasnya, "Iya gue tau, tapi biarin aja lah. Gue juga kan mau dia ngerti. Kalau gue terus yang ngalah dia bisa jadi kaya gini terus."

"Ya itu sih terserah lo. Gue pesen makanan dulu."

"Gue samain kaya lo ya, Nja."

Senja mengangguk dan berjalan ke arah salah satu pedagang yang menjajakan nasi goreng. Senja memesan dua porsi beserta teh manis panas untuknya dan Fajar.

Beberapa menit kemudian seorang wanita paruh baya mengantarkan pesanan mereka.

"Makasih, Bu." Kata Senja sedangkan Fajar hanya tersenyum sopan.

"Lo sama Jingga gimana? Udah baikan?" Tanya Fajar saat sesuap nasi berhasil di telannya.

"Alhamdulillah udah kemarin."

Fajar mengangguk paham, "Iya gue tau Jingga bukan tipe cewek manja yang ngambek nya lama. Lo beruntung."

Senja terkekeh dan menyuapkan nasi ke mulutnya.

"Lo udah ngomong soal beasiswa lo?" Tanya Fajar lagi.

Mendadak Senja terdiam dan mengurungkan sendok untuk sampai di mulutnya.

"Udah gue duga kalau lo belum cerita apapun ke Jingga soal ini. Lo harus bilang sendiri, Nja, jangan sampe Jingga tau dari orang lain dan malah engga baik hasilnya buat lo."

Kali ini helaan nafas keluar dari mulut Senja.

"Gue takut Jar. Takut dia engga bisa terima. Tapi lo tau, beasiswa ini impian terbesar gue."

"Iya gue tau. Makanya lo harus bilang secepatnya ke Jingga, jelasin aja sejelas-jelasnya dan kasih pengertian. Gue yakin kok dia bisa ngerti."

Lagi, helaan itu terdengar lagi.

SENJA DAN JINGGA (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang