Part 46, Putus Asa

805 57 6
                                    


Sudah satu bulan semenjak pemakaman Senja, namun jauh di dalam hatinya Jingga masih sangat yakin Senjanya masih hidup di belahan dunia lain. Dia yakin Senjanya sedang berusaha menemuinya kembali, dan menepati janji untuk melamarnya. Jingga yakin itu.

Tapi keyakinannya luruh, saat teringat nama yang terpahat di batu nisan makam yang di kunjunginya setiap hari. Dia masih berharap, jasad yang terbaring di bawahnya bukanlah jasad kekasihnya tapi jasad orang lain.

"Makam adikku akan selalu bersih jika kamu kunjungi setiap hari, Jingga."

Suara lembut dan berat itu menyadarkannya dari lamunan. Jingga menoleh, dan mendapati Bintang juga tengah berlutut di sampingnya memandangi makam Senja.

"Aku bukan sedang mengunjungi makam Senja, tapi makam orang lain. Karena untukku Senja-ku masih hidup. Dia sedang menyelesaikan kuliahnya dan akan kembali untuk melamar ku." Ujar Jingga yakin.

Bintang menatapnya, ada senyum pedih di bibir pria itu. Mendapati wanita yang di cintainya begitu mencintai adiknya. Bahkan setelah adiknya pergi pun, dia masih tidak punya celah untuk bergerak maju.

"Aku tau kamu begitu mencintai Senja. Dan Senja pun begitu, tapi jangan pernah mencoba membodohi dirimu sendiri Jingga. Karena pada kenyataannya dia memang telah pergi, jauh dan engga akan bisa kamu gapai lagi."

Jingga tidak menjawab, dia memilih berdiri dan berniat meninggalkan Bintang yang masih berlutut.

"Beri aku kesempatan."

Jingga berhenti, perkataan Bintang membuat langkahnya refleks terhenti.

"Dulu aku melepaskan perasaan ku saat tau kamu kekasih adikku. Tapi saat ini, Tuhan sendiri yang memisahkan kalian. Jadi aku mohon Jingga, beri aku kesempatan menggantikan Senja di hati dan hidup kamu." Kata Bintang memohon.

Jingga memejamkan matanya. Dulu mendengar nama Senja mampu membuat hatinya menghangat dan senang, tapi sekarang entah kenapa sakit sekali mendengar nama itu di sebut.

"Aku mohon Jingga. Aku sudah coba membuka hati untuk wanita lain, tapi nyatanya tetap kamu yang aku mau." Bintang kembali meyakinkan.

Jingga menarik nafas pelan lalu berbalik.

"Maaf kak, aku engga bisa. Hatiku, seutuhnya masih milik dia."

Ucapan itu menjadi ucapan tersakit yang Bintang dengar. Dimana dia di kalahkan oleh orang yang sama untuk yang kedua kalinya, bahkan di saat orang itu sendiri sudah tidak hidup lagi.

Bintang menghela nafas pasrah dan memandangi Jingga yang berjalan menjauh. Ingin sekali dia berlari dan merengkuh Jingga kedalam pelukannya, meyakinkan bahwa dia lah yang kini hidup dan mencintainya. Bukan lagi Senja, adiknya.

****

Jingga menutup lagi pintu yang tadi dia buka, di ruang tamu dia mendapati kakaknya dan juga Syelon tengah mengobrol dan tertawa bersama.

Hatinya menghangat menyaksikan dua orang terkasihnya itu bahagia, setidaknya hanya dia yang mengalami pahitnya.

"Dek, udah pulang?" Tanya Jemmy yang lebih dulu menyadari kedatangan Jingga.

Jingga tersenyum, lalu mengangguk.

"Ngga, proposal lo udah gue taro di kamar." Kata Syelon memberi tahu.

"Oke, thanks Syel." Jawabnya singkat.

Lalu berlalu begitu saja ke kamarnya.

Di kamar, dia duduk di tepi kasur dan memandangi laptopnya yang tergeletak di atas nakas. Biasanya, setiap hari Senja akan menghubunginya setiap selesai kuliah. Menceritakan apapun yang terjadi seharian ini, bertukar cerita dan saling membagi rasa satu sama lain.

Tapi sekarang, Jingga bahkan takut membuka laptopnya itu. Makanya dia pun meminta bantuan Syelon untuk membuatkannya tugas setelah dia sendiri yang mencari bahannya. Dia takut akan sakit mendapati fotonya dan Senja yang terpampang di dekstop laptopnya.

Jingga memejamkan matanya, menahan gejolak sakit di hatinya yang siap meluap.

Jangan nangis Jingga. Senja masih ada, dia akan kembali.

Itulah mantra yang di ucapkannya selama sebulan ini, mantra yang membuat hatinya kuat sampai sekarang. Jingga merindukan senyumnya, merindukan lesung pipinya saat tersenyum. Merindukan suaranya, panggilan manisnya, dan semua janjinya. Jingga rindu.

Tidak terasa dia terisak begitu dalam. Jingga memegangi dadanya, berharap sakitnya akan berkurang.

Bayangan pertama kali dia mengenal Senja menari di pikirannya, saat Senja mengajaknya ke kedai ice cream sebagai permintaan maaf karena tidak sengaja menabraknya. Lalu saat Senja menyelamatkannya dari Aima yang melabraknya saat kemah, juga saat ada seorang pria yang berusaha melecehkannya. Dan puncaknya saat Senja menyatakan perasaannya, menjadikannya kekasihnya.

Jingga semakin terisak. Suaranya nyaris tak terdengar tapi begitu sesak. Dia ingin melakukan apapun untuk membuat Senjanya kembali, dia tidak ingin orang lain. Hanya ingin Senja-nya.

"Kakak" Ucapnya lirih.

Hatinya teramat sakit. Dia benar-benar ingin menyusul Senja saat ini. Dia hanya ingin melihat Senja.

Dia bangkit, mencari sesuatu di laci samping tempat tidurnya. Lalu beralih ke lemari pakaianya saat dia tidak menemukan apa yang di carinya.

Ketemu!

Sebuah gunting kecil yang masih tajam berada di genggamannya. Fikirannya kosong, saat ini dia hanya ingin bertemu Senjanya bagaimana pun caranya. Dengan masih terisak, di goreskan sisi gunting itu pada pergelangan tangannya. Membuat cairan merah kental sedikit demi sedikit mencuat dan membuat tubuhnya lemas.

Di sisa kesadarannya, dia melihat Senja tengah memandangnya dengan tatapan sakit dan kecewa. Lalu menghilang bersamaan dengan gelap yang merenggutnya.

Jingga telah jatuh dan berharap Senja menjemputnya. Bertemu di dunia yang lain dan hidup bahagia seperti yang di impikannya. Biarlah sakit sebentar asalkan dia benar-benar bertemu dengan Senja-nya. Tak apa jika dia bertindak bodoh, asalkan kesakitan hatinya bisa hilang. Tak apa dia meninggalkan semuanya, asalkan dia tidak hidup sebagai raga yang bahkan tidak tahu arah hidupnya.

Ya. Jingga termakan kebodohannya. Menganggap apa yang di lakukannya adalah hal paling tepat mengakhiri sakit di hati dan jiwanya.

Tanpa dia tahu, bahwa akan banyak orang yang kecewa atas apa yang dilakukannya. Akan banyak yang terluka jika dia tidak selamat. Jingga menjadi egois.


*******

SENJA DAN JINGGA (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang