Part 42- Tetap Dia

848 51 0
                                    

Tubuh yang menjulang bak model, paras yang tampan layaknya selebriti. Senyum yang ramah, dan tatapan yang teduh. Semua itu berhasil memikat setiap orang yang tengah menatap ke arahnya.

Termasuk Jingga, yang bahkan terkejut melihat kenyataan bahwa hanya dengan bisa berjalan normal kembali membuat Bintang memiliki pesona jauh lebih besar dari sebelumnya. Tapi tentu saja itu hanya kekaguman biasa untuk Jingga, karena dua tahun membuat hatinya hanya bisa jatuh pada Senja. Tidak untuk yang lainnya.

"Long time no see, Jingga." Sapa Bintang saat dia sudah berhadapan dengan Jingga.

Jingga mengerjap dan menatap balik ke arah Bintang.

"Kak Bintang udah.. " Jingga menggantung ucapannya karena ragu melanjutkan.

Bintang tersenyum, mengerti apa maksud Jingga.

"Iya, Ada orang yang baik hati yang mau membantu aku untuk bisa berjalan lagi." Katanya menjawab pertanyaan Jingga.

Jingga mengangguk dan tersenyum kaku. Dua tahun tidak bertemu membuat Jingga merasa canggung, apalagi sebelumnya mereka terlibat cinta segitiga yang lumayan drama.

"Apa kamu ada waktu buat ngobrol-ngobrol?" Tanya Bintang.

Jingga melirik jam di tangannya, masih pukul dua siang dan Jemmy baru akan pulang kantor jam 5 sore.

"Bisa kok kak, di sekitar sini ada Cafe tempat aku sama temen-temen biasa ngobrol. Kita kesana aja gimana?"

Bintang tersenyum lebih lebar dan menyetujui usul Jingga. Bintang mengarahkan Jingga menuju mobilnya.

Tidak banyak yang mereka bicarakan sepanjang perjalanan, karena Jingga pun lebih banyak diam dan berpura-pura sibuk dengan ponselnya. Sedangkan Bintang hanya sesekali melirik ke arah Jingga tanpa mau membuka pembicaraan lebih dulu.

"Di depan sana kak." Kata Jingga menunjukkan arah.

Bintang mengangguk dan memasuki halaman cafe untuk memarkirkan mobilnya.
Jingga segera melepas seat belt nya saat mobil sudah berhenti dan kemudian keluar. Dia membiarkan Bintang berjalan lebih dulu dan mengikutinya dari belakang.

Bintang berhenti di meja yang ada di tengah ruangan dan menarik satu kursi untuk Jingga lalu untuk dirinya sendiri.

"Mau makan sesuatu?" Tawar Bintang.

"Engga usah kak, minum aja."

"Mau pesen minum apa?" Tanya Bintang sembari memanggil seorang pelayan.

Datang seorang wanita muda yang membawakan dua buku menu ke arah mereka.

"Saya mau lemon squash." Pesan Jingga.

"Samain aja Mba. Jadi dua ya." Kata Bintang.

Pelayan itu mengangguk dan pamit untuk menyiapkan pesanan mereka.

"Udah lama banget ya, Ngga." Ucap Bintang membuka obrolan.

Jingga tersenyum kikuk dan mengangguk, "Dua tahun kak."

"Dan selama itu kamu masih nunggu Senja kembali?" Tanya Bintang.

Jingga terdiam. Dia merasa aneh dengan pertanyaan Bintang.

"Karena memang itu yang harus aku lakukan." Jawab Jingga penuh penekanan.

"Kamu bisa menyerah kalau mau Jingga. "

Jingga semakin bingung dengan arah pembicaraan Bintang. Benarkah kalau Bintang mencoba mendoktrin dirinya agar berhenti menunggu Senja? Yang benar saja.

SENJA DAN JINGGA (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang