Part 50, Berbagai Sisi

810 52 1
                                    

Sore itu..

Senja tampak berkilauan di langit, bergelut dengan warna Jingga yang cantik mengantar matahari kembali ke peraduannya.

Syelon tampak merenung sambil menopang dagunya, sampai-sampai dia bahkan tidak menyadari Jemmy sudah duduk di sampingnya.

"Engga bagus ngelamun sore-sore." Tegur Jemmy.

Syelon sontak menoleh dan sempat berjengkit kaget.

"Duh kakak,ngagetin aja." Katanya sambil mengusap dada.

Jemmy hanya tersenyum lalu mengusap rambut Syelon lembut.

"Mikirin apa?" Tanya nya lembut.

Syelon menghela nafas kasar lalu menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi taman.

"Aku kepikiran Jingga kak, aku tau banget kalau dia itu cuma maksain diri."

Jemmy menatap Syelon sekilas,lalu ikut memandang lurus ke depan

"Aku juga tau, tapi kamu tau sendiri Jingga gimana. Dia keras kepala,kita cuma perlu mendoakan supaya keputusannya ini yang terbaik. Lagipula kita sama-sama tau kalau Bintang orang yang baik, dia pasti bisa jaga Jingga dengan baik."

Terdengar helaan nafas lagi dari arah Syelon, entah kenapa di sisi hatinya dia merasakan bahwa sesuatu akan terjadi. Mengingat bagaimana dulu Senja dan Jingga menjadi pasangan yang begitu manis, membuat Syelon merasa tidak rela jika Jingga harus menikah dengan pria lain.

"Aku jadi kangen sama Kak Senja." Ucap Syelon santai.

Tapi tidak dengan Jemmy, pria itu menoleh cepat ke arah Syelon begitu mendengar kekasihnya mengatakan merindukan pria lain.

"Kamu bilang apa? Kangen Senja?" Tanyanya dengan suara agak tinggi.

Syelon kaget, lalu menoleh ke arah Jemmy.

"Ck, kenapa? Kakak cemburu? Duh Kak Jemmy nih, bukan kangen seperti yang kakak pikirin. Tapi dulu, Jingga sama Kak Senja itu bener-bener pasangan yang bisa bikin orang iri, aku kangen ngeliat mereka saling lempar rayuan, aku kangen liat Jingga malu-malu pas di goda sama Kak Senja. Aku...kangen liat Jingga senyum tulus kaya dulu kak." Ucap Syelon semakin lirih diakhir kalimatnya.

Jemmy ikut merasakan perih yang sama dengan Syelon. Memang semenjak Senja meninggal, Jingga tidak pernah lagi bisa tersenyum tipis apalagi tertawa lebar. Yang ada hanya senyum kaku yang di paksakan.

"Bukan cuma kamu yang merasa kehilangan dengan Jingga yang dulu sayang, aku dan yang lain juga sama. Tapi kita juga tau kalau ini semua engga mudah buat Jingga. Di saat dia memaksa Senja supaya engga pulang pas libur semester dengan alasan supaya pas ketemu rasa bahagianya jadi berlipat-lipat, tapi malah engga bisa ketemu sama sekali. Aku juga engga akan kuat kalau kaya gitu."

Jemmy menoleh ke arah Syelon, gadis cantik itu sedang tertunduk dengan wajah sangat lesu. Jemmy merasakan hatinya menghangat,Adiknya Jingga sungguh beruntung mempunyai orang-orang yang sangat peduli padanya.

"Kita percayain semua nya sama yang di atas ya. Aku yakin ada hikmah di balik semuanya." Ucap Jemmy lembut sembari membelai kepala gadisnya.

Syelon mengangguk lalu tersenyum. Memang saat ini hanyalah berserah diri yang menjadi jalan keluar nya.

*****

"Nak, Bunda boleh masuk?"

Suara itu menghentikan kegiatan Bintang yang tadi tengah sibuk mengetik sesuatu di laptopnya.

"Iya masuk aja Bunda." Sahut Bintang

Tidak lama kemudian muncul Bundanya dari balik pintu. Bintang tersenyum dan membiarkan Bunda duduk di tepi kasur nya.

"Kenapa Bun?" Tanya Bintang

Terlihat Bunda nya tersenyum lembut lalu meraih tangan Bintang dan menggenggam nya.

"Nak, kamu sekarang anak Bunda satu-satunya. Kebahagiaan kamu jelas prioritas Bunda, jadi sebelum semuanya terlambat Bunda mau tanya, apakah kamu yakin akan menikahi Jingga? Sedangkan kamu tau di hatinya masih ada adikmu Senja."

Bintang terdiam, hanya menatap Bunda nya dengan tatapan lembut. Dia sedikit berpikir, lalu kemudian membalas genggaman tangan Bunda nya.

"Bintang tau di hati Jingga hanya ada Senja Bun, tapi Bintang juga sangat percaya dengan kekuatan tali pernikahan. Dan Jingga juga mengerti apa arti dari pernikahan, jadi Bintang yakin dia akan bisa membuka hati untuk Bintang seiring berjalannya waktu." Katanya yakin.

"Bintang tau Bunda memikirkan kebahagiaan Bintang, tapi hanya dengan Jingga lah Bintang akan bahagia Bun. Jadi Bunda engga usah khawatir ya." Ucapnya melanjutkan.

Bunda terlihat merenung,tapi tersenyum kemudian. Bagaimana pun apa yang di katakan Bintang memang benar, semua bisa berubah seiring berjalannya waktu apalagi mereka akan terus bersama sepanjang waktu setiap harinya.

"Iya Bunda lega sekarang, Bunda akan mendoakan yang terbaik untuk kamu Nak." Ujar Bunda lembut sembari menatap penuh kasih ke arah Bintang .

****

Sudah sejak satu jam lalu, Jingga mendekap erat sehelai kertas tanpa mau melepasnya.

Dia tidak menangis, tidak juga merintih. Tapi pandangannya kosong ke depan, tangannya hanya semakin erat memeluk kertas itu tanpa melakukan apapun lagi.

Kertas itu, adalah kertas yang Senja berikan pada saat mengajaknya kembali menjadi pacar Senja. Saat Jingga menjauhinya lalu Senja setiap hari mengejar maaf darinya, hingga puncaknya saat Senja menunggu nya di depan rumah dan memberikannya surat itu. Surat yang membuat Jingga tidak mampu menolak, dan dengan mudah menerima kembali Senja di hidupnya.

"Kak.. kaka dengar aku kan?" Tanya Jingga entah pada siapa.

Suara nya tidak terdengar bergetar, justru terdengar sangat jelas dan tegar.

"Apa kaka sekarang ada di samping aku? Kakak lagi liatin aku ya?" Tanyanya lagi.

Terdengar kekehan kecil keluar dari mulut Jingga, lalu kepala nya dia sandarkan di kepala ranjang.

"Minggu depan aku nikah Kak, sama Kak Bintang, kakak kandung Kak Senja. Engga apa-apa kan? Dia baik kan kak? Dia pasti bisa jagain aku kan?" Suara Jingga semakin lirih dan tercekat.

Dengan susah payah dia menahan rasa sesak di hatinya. Sungguh, dia sudah bersumpah tidak akan menangis lagi.

"Kak, aku cape banget. Selama ini aku sendirian berusaha percaya kalau kakak masih hidup, tapi kenapa kakak engga datang-datang juga? Aku cape terus-terusan meyakinkan diri aku kalau kakak memang masih ada. Itulah kenapa aku akhirnya mutusin buat benar-benar ngelepas kakak. Karena jika kakak memang benar-benar udah pergi, aku engga mau bikin langkah kakak berat."

Luruh sudah pertahan Jingga. Air matanya mengalir dengan sangat deras, dia terisak begitu dalam. Tangannya meremas kertas yang tadi di peluknya.

"Kaka..kakak..tolong datang..bawa aku pergi kak. Sakit sekali.." katanya tercekat.

Tangan kirinya memukul-mukul dadanya dengan kencang. Berusaha meredam rasa sesak dan sakit yang dia rasakan.

Dengan kasar dia menghapus air matanya dan menarik nafas dalam-dalam. Jingga bangkit dari duduknya dan berjalan ke arah jendela, di bukanya jendela itu dan melempar gulungan kertas yang sudah kusut keluar.

"Datanglah saat aku menikah kak."

*****








SENJA DAN JINGGA (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang